Dua Pilot Indonesia Dicurigai Dukung ISIS
A
A
A
JAKARTA - Dua pilot Indonesia jadi objek pelacakan aparat penegak hukum wilayah Asia Tenggara karena dicurigai jadi pendukung ISIS. Salah satu pilot itu diketahui bernama Ridwan Agustin.
Kisahnya, sebelum September 2014, profil akun Facebook Ridwan Agustin mengunggah foto-foto dirinya yang bangga di depan pesawat, dengan mesin, di aspal, dengan krunya, di dalam kokpit dan di berbagai tahap penerbangan. Di foto-foto lain, kadang-kadang ia didampingi istri, seorang pramugari, dan anak-anak mereka.
Dia telah mendokumentasikan pelatihan dan karir, termasuk perjalanan ke kantor Airbus di Toulouse, Prancis, dengan tim AirAsia pada tahun 2009. Dia lulus dari AirAsia Academy pada bulan Januari 2010; dan kemudian menjadi pilot AirAsia, di mana ia melakukan penerbangan internasional ke Hong Kong dan Singapura, serta rute-rute domestik.
Kemudian pada bulan September 2014, ada sesuatu yang berubah. Dia memunculkan foto-foto pasir putih, dan foto-foto bersama rekannya yang mendukung kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Dia kemudian terlacak berinteraksi secara online dengan orang-orang pro-ISIS lainnya, termasuk militan asal Indonesia yang ikut perang di Irak dan Suriah.
Sejak itu, Ridwan mengubah namanya menjadi Ridwan Ahmad Indonesiy dan menyatakan minatnya untuk bergabung dengan ISIS dan bertempur di Kobani. Di saat dia menunjukkan minatnya bergabung dengan ISIS, dia masih berinteraksi dengan pilot Indonesia lainnya dari maskapai yang berbeda. Selama interaksi itu, Ridwan terus mengunggah materi berisi dukungan untuk ISIS.
Pada pertengahan Maret 2015, Ridwan mengunggah lokasinya yang dia sebut sedang di Raqqa, Suriah. Terlacaknya dua pilot Indonesia yang dicurigai mendukung ISIS itu muncul dalam laporan operasional intelijen tanggal 18 Maret 2015 yangdisusun oleh Polisi Federal Australia (AFP). Laporan itu didistribusikan kepada mitra penegak hukum mereka di Turki, Yordania, London dan Amerika Serikat, serta dikirim juga ke Europol.
“Salinan dokumen mengidentifikasi pilot Indonesia dengan kemungkinan menjadi ekstremis,” bunyi dokumen yang diperoleh The Intercept, yang dilansir Kamis (9/7/2015).
”Kedua (pilot) tampaknya dipengaruhi oleh elemen pro-ISIS, termasuk propaganda ekstremis online,”lanjut laporan itu. ”Pilot, awak pesawat dan lain-lain dengan akses ke dan di lingkungan penerbangan dapat menimbulkan ancaman jelas jika orang ini radikal.”
Sementara itu, Sydney Jones, Direktur Institut untuk Analisi Kebijakan Konflik yang berbasis di Jakarta, berujar; ”(Laporan) itu membuat banyak nalar bahwa Australia akan sangat gugup.”
Menurut Sydney Jones, ada peningkatan tajam terkait jumlah warga Indonesia yang ikut bertempur dengan ISIS dalam beberapa bulan terakhir. Menurut data Sydney Jones, antara tanggal 1 Maret hingga 1 Juni 2015, sebanyak 44 orang Indonesia tewas di Suriah dan Irak.
Di antara mereka yang baru-baru ini tewas adalah Heri Kustyanto, militan yang yang juga berinteraksi dengan pilot Ridwan di Facebook. Sydney Jones mengatakan, Kustyanto yang dikenal sebagai Abu Azzam Al Qaswarah Indonesy, adalah salah satu dari tiga orang Indonesia yang dilatih sebagai pasukan elite ISIS.
Kisahnya, sebelum September 2014, profil akun Facebook Ridwan Agustin mengunggah foto-foto dirinya yang bangga di depan pesawat, dengan mesin, di aspal, dengan krunya, di dalam kokpit dan di berbagai tahap penerbangan. Di foto-foto lain, kadang-kadang ia didampingi istri, seorang pramugari, dan anak-anak mereka.
Dia telah mendokumentasikan pelatihan dan karir, termasuk perjalanan ke kantor Airbus di Toulouse, Prancis, dengan tim AirAsia pada tahun 2009. Dia lulus dari AirAsia Academy pada bulan Januari 2010; dan kemudian menjadi pilot AirAsia, di mana ia melakukan penerbangan internasional ke Hong Kong dan Singapura, serta rute-rute domestik.
Kemudian pada bulan September 2014, ada sesuatu yang berubah. Dia memunculkan foto-foto pasir putih, dan foto-foto bersama rekannya yang mendukung kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Dia kemudian terlacak berinteraksi secara online dengan orang-orang pro-ISIS lainnya, termasuk militan asal Indonesia yang ikut perang di Irak dan Suriah.
Sejak itu, Ridwan mengubah namanya menjadi Ridwan Ahmad Indonesiy dan menyatakan minatnya untuk bergabung dengan ISIS dan bertempur di Kobani. Di saat dia menunjukkan minatnya bergabung dengan ISIS, dia masih berinteraksi dengan pilot Indonesia lainnya dari maskapai yang berbeda. Selama interaksi itu, Ridwan terus mengunggah materi berisi dukungan untuk ISIS.
Pada pertengahan Maret 2015, Ridwan mengunggah lokasinya yang dia sebut sedang di Raqqa, Suriah. Terlacaknya dua pilot Indonesia yang dicurigai mendukung ISIS itu muncul dalam laporan operasional intelijen tanggal 18 Maret 2015 yangdisusun oleh Polisi Federal Australia (AFP). Laporan itu didistribusikan kepada mitra penegak hukum mereka di Turki, Yordania, London dan Amerika Serikat, serta dikirim juga ke Europol.
“Salinan dokumen mengidentifikasi pilot Indonesia dengan kemungkinan menjadi ekstremis,” bunyi dokumen yang diperoleh The Intercept, yang dilansir Kamis (9/7/2015).
”Kedua (pilot) tampaknya dipengaruhi oleh elemen pro-ISIS, termasuk propaganda ekstremis online,”lanjut laporan itu. ”Pilot, awak pesawat dan lain-lain dengan akses ke dan di lingkungan penerbangan dapat menimbulkan ancaman jelas jika orang ini radikal.”
Sementara itu, Sydney Jones, Direktur Institut untuk Analisi Kebijakan Konflik yang berbasis di Jakarta, berujar; ”(Laporan) itu membuat banyak nalar bahwa Australia akan sangat gugup.”
Menurut Sydney Jones, ada peningkatan tajam terkait jumlah warga Indonesia yang ikut bertempur dengan ISIS dalam beberapa bulan terakhir. Menurut data Sydney Jones, antara tanggal 1 Maret hingga 1 Juni 2015, sebanyak 44 orang Indonesia tewas di Suriah dan Irak.
Di antara mereka yang baru-baru ini tewas adalah Heri Kustyanto, militan yang yang juga berinteraksi dengan pilot Ridwan di Facebook. Sydney Jones mengatakan, Kustyanto yang dikenal sebagai Abu Azzam Al Qaswarah Indonesy, adalah salah satu dari tiga orang Indonesia yang dilatih sebagai pasukan elite ISIS.
(mas)