Soal Laporan WikiLeaks, Rusia: Tidak Mengejutkan
A
A
A
MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengaku belum melihat laporan WikiLeaks yang menyebut Amerika Serikat (AS) telah menyadap beberapa Presiden Prancis. Namun, dirinya mengaku tidak terkejut bila laporan semacam itu muncul.
"Saya belum melihat laporan tersebut, namun saya juga tidak terkejut. Setidaknya, saya bisa katakan saat ini dalam sebuah pembicaraan, mikrofon akan mati dan nyala dari waktu ke waktu," katanya, seperti dilansir Itar-tass pada Rabu (24/6/2014).
Dalam laporan yang dirilis oleh WikiLeaks, AS melalui NSA setidaknya sudah menyadap telepon dan surat elektronik tiga Presiden Prancis. Ketiga Presiden Prancis itu antara lain, Jacques Chirac (1995-2007), kemudian penggantinya Nicolas Sarkozy (2007-2012) dan penerusnya, Francois Hollande (2012-sekarang).
WikiLeaks dalam keterangan tertulisnya mengatakan, dokumen rahasia tentang aksi spionase NSA itu berupa lalu lintas komunikasi ketiga Presiden Prancis itu, termasuk komunikasi dengan para menteri serta Duta Besar Prancis untuk AS.
Namun, Gedung Putih langsung membantah laporan yang dirilis oleh WikiLeaks tersebut. Gedung Putih menegaskan, NSA tidak pernah melakukan penyadapan terhadap Presiden Prancis.
”Kami tidak melakukan kegiatan pengawasan intelijen asing, kecuali ada tujuan keamanan nasional yang spesifik dan divalidasi. Hal ini berlaku untuk warga biasa dan pemimpin dunia yang sama,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Ned Price.
"Saya belum melihat laporan tersebut, namun saya juga tidak terkejut. Setidaknya, saya bisa katakan saat ini dalam sebuah pembicaraan, mikrofon akan mati dan nyala dari waktu ke waktu," katanya, seperti dilansir Itar-tass pada Rabu (24/6/2014).
Dalam laporan yang dirilis oleh WikiLeaks, AS melalui NSA setidaknya sudah menyadap telepon dan surat elektronik tiga Presiden Prancis. Ketiga Presiden Prancis itu antara lain, Jacques Chirac (1995-2007), kemudian penggantinya Nicolas Sarkozy (2007-2012) dan penerusnya, Francois Hollande (2012-sekarang).
WikiLeaks dalam keterangan tertulisnya mengatakan, dokumen rahasia tentang aksi spionase NSA itu berupa lalu lintas komunikasi ketiga Presiden Prancis itu, termasuk komunikasi dengan para menteri serta Duta Besar Prancis untuk AS.
Namun, Gedung Putih langsung membantah laporan yang dirilis oleh WikiLeaks tersebut. Gedung Putih menegaskan, NSA tidak pernah melakukan penyadapan terhadap Presiden Prancis.
”Kami tidak melakukan kegiatan pengawasan intelijen asing, kecuali ada tujuan keamanan nasional yang spesifik dan divalidasi. Hal ini berlaku untuk warga biasa dan pemimpin dunia yang sama,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Ned Price.
(esn)