Kian Memanas, China Kerahkan Senjata di Laut China Selatan
A
A
A
SYDNEY - Ketegangan terkait sengketa Laut China Selatan semakin memanas. China setelah tegang dengan Amerika Serikat (AS), dilaporkan telah mengerahkan senjata-senjatanya di sejumlah pulau reklamasi di Laut China Selatan.
Pengerahan senjata oleh China di kawasan sengketa itu dilaporkan media Australia, Sydney Morning Herald, Kamis (28/5/2015). Para pejabat militer Australia takut China juga akan mengerahkan radar jarak jauh dan senjata anti-pesawat di wilayah itu.
Reklamasi pulau di Laut China Selatan oleh Beijing juga memicu para petinggi militer Australia berdiskusi untuk pengiriman perwira Angkatan Laut dan pilot pesawat Angkatan Udara untuk latihan perang tak jauh dari kawasan itu. (Baca juga: "Perang China dan AS Tak Bisa Dihindari di Laut China Selatan")
Sekretaris Departemen Pertahanan Australia, Dennis Richardson mengatakan dalam sebuah forum di Sydney semalam bahwa, reklamasi pulau di Laut China Selatan yang dilakukan Beijing secara cepat akan menjadi perhatian yang cukup besar jika bertujuan untuk alasan militer.
”Ini sah untuk menanyakan tujuan reklamasi lahan. Untuk pariwisata, tampaknya tidak mungkin,” karanya. ”Mengingat ukuran dan modernisasi militer China, reklamasi lahan oleh China untuk keperluan militer akan menjadi perhatian khusus,” katanya lagi.
China belum merespons laporan soal pengerahan senjata itu. Namun, pada Selasa kemarin, Wakil Perdana Menteri China, Liu Yandong, saat menyampaikan kuliah umum di Universitas Indonesia mengatakan, pembangunan yang dilakukan China adalah pembangunan biasa. Liu bahkan menegaskan China bukan ancaman bagi Asia dan dunia. (Baca juga: Sambangi RI, Wakil PM China: Beijing Bukan Ancaman Dunia!)
“Kami akan menempuh jalan pembangunan secara damai, berpegang teguh pada pandangan nilai akan keuntungan dan kepentingan yang tepat,” katanya.
Ketegangan di Laut China Selatan dalam sepekan ini terus memanas. Hal itu terjadi setelah pesawat mata-mata tercanggih AS, Poseidon P8-A, berpatroli di atas pulau-pulau reklamasi China di kawasan sengketa itu. Pesawat itu lantas diusir Angkatan Laut China karena dianggap melakukan tindakan berbahaya.
China telah mengklaim hampir 90 persen wilayah Laut China Selatan. Namun, Filipina, Malaysia, Vietnam, Brunei dan Taiwan juga sama-sama mengklaim.
Pengerahan senjata oleh China di kawasan sengketa itu dilaporkan media Australia, Sydney Morning Herald, Kamis (28/5/2015). Para pejabat militer Australia takut China juga akan mengerahkan radar jarak jauh dan senjata anti-pesawat di wilayah itu.
Reklamasi pulau di Laut China Selatan oleh Beijing juga memicu para petinggi militer Australia berdiskusi untuk pengiriman perwira Angkatan Laut dan pilot pesawat Angkatan Udara untuk latihan perang tak jauh dari kawasan itu. (Baca juga: "Perang China dan AS Tak Bisa Dihindari di Laut China Selatan")
Sekretaris Departemen Pertahanan Australia, Dennis Richardson mengatakan dalam sebuah forum di Sydney semalam bahwa, reklamasi pulau di Laut China Selatan yang dilakukan Beijing secara cepat akan menjadi perhatian yang cukup besar jika bertujuan untuk alasan militer.
”Ini sah untuk menanyakan tujuan reklamasi lahan. Untuk pariwisata, tampaknya tidak mungkin,” karanya. ”Mengingat ukuran dan modernisasi militer China, reklamasi lahan oleh China untuk keperluan militer akan menjadi perhatian khusus,” katanya lagi.
China belum merespons laporan soal pengerahan senjata itu. Namun, pada Selasa kemarin, Wakil Perdana Menteri China, Liu Yandong, saat menyampaikan kuliah umum di Universitas Indonesia mengatakan, pembangunan yang dilakukan China adalah pembangunan biasa. Liu bahkan menegaskan China bukan ancaman bagi Asia dan dunia. (Baca juga: Sambangi RI, Wakil PM China: Beijing Bukan Ancaman Dunia!)
“Kami akan menempuh jalan pembangunan secara damai, berpegang teguh pada pandangan nilai akan keuntungan dan kepentingan yang tepat,” katanya.
Ketegangan di Laut China Selatan dalam sepekan ini terus memanas. Hal itu terjadi setelah pesawat mata-mata tercanggih AS, Poseidon P8-A, berpatroli di atas pulau-pulau reklamasi China di kawasan sengketa itu. Pesawat itu lantas diusir Angkatan Laut China karena dianggap melakukan tindakan berbahaya.
China telah mengklaim hampir 90 persen wilayah Laut China Selatan. Namun, Filipina, Malaysia, Vietnam, Brunei dan Taiwan juga sama-sama mengklaim.
(mas)