Lawan AS, China Bangun 2 Mercusuar di Laut China Selatan
A
A
A
BEIJING - China pada Selasa (26/5/2015) melakukan peletakan batu pertama untuk membangun dua mercusuar di Laut China Selatan yang disengketakan banyak negara. Langkah Beijing ini sebagai perlawanan terhadap AS yang menekan China agar berhenti beraktivitas di kawasan sengketa.
Departemen Transportasi China memimpin upacara peletakan batu pertama untuk proyek dua mercusuar di Huayang Reef dan Chigua Reef di kepulauan Spratly. Kantor berita pemerintah China, Xinhua, melaporkan proyek ini selain sebagai bentuk pelawanan terhadap tekanan AS juga untuk melawan tekanan Filipina. (Baca: "Perang China dan AS Tak Bisa Dihindari di Laut China Selatan")
Kementerian Transportasi China tidak menjawab telepon untuk memberikan konfirmasi. Pada 2014, Filipina menuduh China melakukanreklamasi salah satu wilayah di Kepulauan Spratly, dan kini terbukti menjadi bangunan yang diyakini sebagai landasan pacu.
China, seperti diketahui telah mengklaim hampir 90 persen kawasan Laut China Selatan. Namun, Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei juga sama-sama mengklaim. “Mercusuar yang dibangun untuk meningkatkan keselamatan navigasi di Laut China Selatan. Ini tidak rumit,” tulis Xinhua. (Baca juga: Tegang dengan China, AS Ajak Jepang dan Australia Latihan Perang)
Konflik di Laut China Selatan secara tidak langsung telah menyeret AS. Puncaknya, pesawat mata-mata tercanggih AS, Poseideon P8-A, diusir Angkatan Laut China pada akhir pekan lalu. Insiden itu terjadi, setelah pesawat itu memata-matai proyek reklamasi China dan aktivitas militer China di Laut China Selatan.
AS berdalih patroli pesawat mata-matanya sah di atas Laut China Selatan karena wilayah itu merupakan wilayah udara internasional. Namun, China menegaskan wilayah itu merupakan kedaulatan China dan mendesak AS untuk menghormatinya.
Departemen Transportasi China memimpin upacara peletakan batu pertama untuk proyek dua mercusuar di Huayang Reef dan Chigua Reef di kepulauan Spratly. Kantor berita pemerintah China, Xinhua, melaporkan proyek ini selain sebagai bentuk pelawanan terhadap tekanan AS juga untuk melawan tekanan Filipina. (Baca: "Perang China dan AS Tak Bisa Dihindari di Laut China Selatan")
Kementerian Transportasi China tidak menjawab telepon untuk memberikan konfirmasi. Pada 2014, Filipina menuduh China melakukanreklamasi salah satu wilayah di Kepulauan Spratly, dan kini terbukti menjadi bangunan yang diyakini sebagai landasan pacu.
China, seperti diketahui telah mengklaim hampir 90 persen kawasan Laut China Selatan. Namun, Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei juga sama-sama mengklaim. “Mercusuar yang dibangun untuk meningkatkan keselamatan navigasi di Laut China Selatan. Ini tidak rumit,” tulis Xinhua. (Baca juga: Tegang dengan China, AS Ajak Jepang dan Australia Latihan Perang)
Konflik di Laut China Selatan secara tidak langsung telah menyeret AS. Puncaknya, pesawat mata-mata tercanggih AS, Poseideon P8-A, diusir Angkatan Laut China pada akhir pekan lalu. Insiden itu terjadi, setelah pesawat itu memata-matai proyek reklamasi China dan aktivitas militer China di Laut China Selatan.
AS berdalih patroli pesawat mata-matanya sah di atas Laut China Selatan karena wilayah itu merupakan wilayah udara internasional. Namun, China menegaskan wilayah itu merupakan kedaulatan China dan mendesak AS untuk menghormatinya.
(mas)