Restoran Belanda Hapus Israel dari Peta Timur Tengah
A
A
A
ROTTERDAM - Sebuah restoran di Belanda menuai kontroversi setelah menghapus nama Israel dari peta Timur Tengah. Peta yang seharusnya tertulis nama Israel diganti menjadi nama Palestina.
Para politikus dan warga Belanda yang pro-Israel memprotes tindakan pemilik restoran di Rotterdam Market Hall itu. ”Sebuah negara baru di Timur Tengah? Di Rotterdam Market Hall, mereka langsung mempertanyakan posisi Israel. Aneh,” tulis Jan Hutten, ketua sayap kanan Partai Kristen Demokrat di Twitter sembari memajang foto peta itu.
Pemilik restoran Le Souq, Nadia Afkir, minta agar politisi lokal tidak menarik polemik peta itu ke persoalan politik. Peta itu dibuat semata-mata karena ketertarikannya pada kuliner Timur Tengah, terutama masakan kuno Palestina.
“Restoran kami hanya berurusan dengan rasa (kuliner) Timur Tengah. Sumber utama inspirasi restoran berasal dari dapur Palestina kuno dengan hidangan kunefe yang kita sukai,” kata Nadia, seperti dilansir Russia Today, Sabtu (23/5/2015).
Kontroversi yang muncul dari penerbitan peta Timur Tengah dengan menghapus nama Israel bukan sekali ini saja. Pada tahun 2013, sebuah penerbit buku anak-anak juga pernah menghapus nama Israel dari peta Timur Tengah dan menggantinya dengan nama Libanon dan Yordania.
Hal itu terungkap ketika seorang ibu asal Kanada yang sudah pindah ke Israel ingin menjelaskan peta Timur Tengah kepada anaknya. ”Saya ingin menunjukkan pada anak saya di mana kita tinggal di Timur Tengah, tapi saya tidak melihat Israel pada peta; melainkan kata Yordania,” kata ibu bernama Adina Golombek kepada Times of Israel.
Para politikus dan warga Belanda yang pro-Israel memprotes tindakan pemilik restoran di Rotterdam Market Hall itu. ”Sebuah negara baru di Timur Tengah? Di Rotterdam Market Hall, mereka langsung mempertanyakan posisi Israel. Aneh,” tulis Jan Hutten, ketua sayap kanan Partai Kristen Demokrat di Twitter sembari memajang foto peta itu.
Pemilik restoran Le Souq, Nadia Afkir, minta agar politisi lokal tidak menarik polemik peta itu ke persoalan politik. Peta itu dibuat semata-mata karena ketertarikannya pada kuliner Timur Tengah, terutama masakan kuno Palestina.
“Restoran kami hanya berurusan dengan rasa (kuliner) Timur Tengah. Sumber utama inspirasi restoran berasal dari dapur Palestina kuno dengan hidangan kunefe yang kita sukai,” kata Nadia, seperti dilansir Russia Today, Sabtu (23/5/2015).
Kontroversi yang muncul dari penerbitan peta Timur Tengah dengan menghapus nama Israel bukan sekali ini saja. Pada tahun 2013, sebuah penerbit buku anak-anak juga pernah menghapus nama Israel dari peta Timur Tengah dan menggantinya dengan nama Libanon dan Yordania.
Hal itu terungkap ketika seorang ibu asal Kanada yang sudah pindah ke Israel ingin menjelaskan peta Timur Tengah kepada anaknya. ”Saya ingin menunjukkan pada anak saya di mana kita tinggal di Timur Tengah, tapi saya tidak melihat Israel pada peta; melainkan kata Yordania,” kata ibu bernama Adina Golombek kepada Times of Israel.
(mas)