Ini Cara Iran Buktikan Diri Tak Takut Saudi dan AS
A
A
A
TEHERAN - Teheran tak tinggal diam ketika Arab Saudi dan sekutu Teluknya bersama Amerika Serikat (AS) terus menyudutkan Iran. Militer Iran telah menggunakan kekuatan maritim untuk membuktikan diri bahwa mereka tidak takut dengan Saudi dan AS.
Belum lama ini, kapal Iran melepaskan tembakan peringatan terhadap kapal tanker berbendera Singapura yang dituduh merusak rig pengeboran minyak Iran di Selat Homuz. Manuver kapal militer Iran itu membuat kapal kapal Singapura melarikan diri. Manuver Iran itu menjadi cara negara itu untuk menunjukkan pengaruhnya di kawasan Teluk.
Sedangkan dalam “konfrontasi” dengan Arab Saudi terkait krisis Yaman, Teheran telah blak-blakan mengecam Koalisi Arab Saudi yang membombardir pemberontak Houthi yang selama ini dianggap sekutu Iran.
Kapal Iran, Shahed, juga telah menguji blokade Koalisi Arab Saudi terhadap seluruh perairan Yaman. Buktinya, kapal yang diklaim Iran membawa bantuan kemanusiaan itu sukses masuk ke Yaman melalui pelabuhan Hudayda di Laut Merah. Sebelum kapal itu masuk, para pejabat Iran sudah mengancam perang jika kapal pengirim bantuan itu diserang.
”Langkah-langkah Iran baru-baru ini di Selat Hormuz memiliki satu pesan yang jelas ke Arab Saudi. Tidak ada yang bisa mengabaikan peran kunci Iran,” kata seorang pejabat Iran, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena isu itu sensitif, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (19/5/2015).
”Apakah reformis atau garis keras, pemimpin Iran memiliki konsensus tentang cara mengamankan pengaruh Iran di kawasan itu,” lanjut pejabat itu. ”Mereka (AS dan sekutunya Teluk-nya) tidak mengharapkan kekuatan kunci regional seperti Iran.”
Teheran dan Riyadh telah lama terkunci dalam “perang proxy”. Kedua kubu saling berebut pengaruh dalam krisis Irak, Suriah, Libanon dan Yaman. Iran sendiri telah berhati-hati untuk mencegah konfrontasi militer langsung dengan Arab Saudi.
”Riyadh berusaha untuk menyeret Iran dalam konflik militer," kata seorang pejabat senior keamanan Iran. ”Saudi mengejar jalan yang sangat berbahaya. Kami cukup untuk menghadapi mereka. Tapi, kami lebih suka solusi politik untuk saat ini,” imbuh pejabat itu yang juga minta tak disebut namanya.
Sementara itu, Saudi mengklaim tidak tertarik untuk perang dengan Iran. Hal itu pernah disampaikan Pangeran Saud Al Faisal, Menteri Luar Negeri Saudi sebelum digantikan oleh Adel al-Juber. “Peran Iran di Yaman membuat gemas, dan telah menyebabkan peningkatan kekerasan di negara itu,” kata Faisal.
”Bagaimana Iran bisa meminta kami untuk menghentikan pertempuran di Yaman. Kami datang ke Yaman untuk membantu otoritas yang sah, dan Iran tidak bertanggung jawab atas Yaman,” katanya lagi.
Belum lama ini, kapal Iran melepaskan tembakan peringatan terhadap kapal tanker berbendera Singapura yang dituduh merusak rig pengeboran minyak Iran di Selat Homuz. Manuver kapal militer Iran itu membuat kapal kapal Singapura melarikan diri. Manuver Iran itu menjadi cara negara itu untuk menunjukkan pengaruhnya di kawasan Teluk.
Sedangkan dalam “konfrontasi” dengan Arab Saudi terkait krisis Yaman, Teheran telah blak-blakan mengecam Koalisi Arab Saudi yang membombardir pemberontak Houthi yang selama ini dianggap sekutu Iran.
Kapal Iran, Shahed, juga telah menguji blokade Koalisi Arab Saudi terhadap seluruh perairan Yaman. Buktinya, kapal yang diklaim Iran membawa bantuan kemanusiaan itu sukses masuk ke Yaman melalui pelabuhan Hudayda di Laut Merah. Sebelum kapal itu masuk, para pejabat Iran sudah mengancam perang jika kapal pengirim bantuan itu diserang.
”Langkah-langkah Iran baru-baru ini di Selat Hormuz memiliki satu pesan yang jelas ke Arab Saudi. Tidak ada yang bisa mengabaikan peran kunci Iran,” kata seorang pejabat Iran, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena isu itu sensitif, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (19/5/2015).
”Apakah reformis atau garis keras, pemimpin Iran memiliki konsensus tentang cara mengamankan pengaruh Iran di kawasan itu,” lanjut pejabat itu. ”Mereka (AS dan sekutunya Teluk-nya) tidak mengharapkan kekuatan kunci regional seperti Iran.”
Teheran dan Riyadh telah lama terkunci dalam “perang proxy”. Kedua kubu saling berebut pengaruh dalam krisis Irak, Suriah, Libanon dan Yaman. Iran sendiri telah berhati-hati untuk mencegah konfrontasi militer langsung dengan Arab Saudi.
”Riyadh berusaha untuk menyeret Iran dalam konflik militer," kata seorang pejabat senior keamanan Iran. ”Saudi mengejar jalan yang sangat berbahaya. Kami cukup untuk menghadapi mereka. Tapi, kami lebih suka solusi politik untuk saat ini,” imbuh pejabat itu yang juga minta tak disebut namanya.
Sementara itu, Saudi mengklaim tidak tertarik untuk perang dengan Iran. Hal itu pernah disampaikan Pangeran Saud Al Faisal, Menteri Luar Negeri Saudi sebelum digantikan oleh Adel al-Juber. “Peran Iran di Yaman membuat gemas, dan telah menyebabkan peningkatan kekerasan di negara itu,” kata Faisal.
”Bagaimana Iran bisa meminta kami untuk menghentikan pertempuran di Yaman. Kami datang ke Yaman untuk membantu otoritas yang sah, dan Iran tidak bertanggung jawab atas Yaman,” katanya lagi.
(mas)