Terungkap! Drone AS Justru Bunuh 2 Sandera al-Qaeda
A
A
A
WASHINGTON - Kegagalan misi militer Amerika Serikat (AS) untuk menyelamatkan dua sandera al-Qaeda di Pakistan terungkap. Alih-alih menyelamatkan dua sandera, drone AS justru membunuh dua sandera asal AS dan Italia tersebut.
Presiden Barack Obama, kemarin, dengan emosional mengakui keteledoran militer AS pada Januari lalu yang sejatinya telah dirahasiakan. Obama meminta maaf atas kesalahan militer AS.
Namun, para pejabat AS menyalahkan intelijen Pakistan karena informasi yang diberikan tidak akurat. Insiden itu menjadi bukti terjadinya krisis intelijen. Dua sandera al-Qaeda yang justru tewas diserang drone AS itu adalah dokter asal AS bernama Warren Weinstein dan pekerja bantuan asal Italia yang bernama Giovanni Lo Porto.
"Saya amat menyesali apa yang terjadi. Atas nama pemerintah Amerika Serikat, saya menyampaikan permintaan maaf yang terdalam untuk keluarga (korban),” kata Obama di Gedung Putih.
Beberapa mantan pejabat AS, seperti dikutip Reuters, Jumat (24/4/2015), mengatakan keteledoran militer AS itu terjadi karena terlalu sedikit informan AS di zona bahaya seperti Pakistan dan Yaman. ”Anda tidak bisa melakukan operasi intelijen tanpa informan,” kata seorang mantan pejabat senior intelijen AS, yang menolak diidentifikasi.
Presiden Barack Obama, kemarin, dengan emosional mengakui keteledoran militer AS pada Januari lalu yang sejatinya telah dirahasiakan. Obama meminta maaf atas kesalahan militer AS.
Namun, para pejabat AS menyalahkan intelijen Pakistan karena informasi yang diberikan tidak akurat. Insiden itu menjadi bukti terjadinya krisis intelijen. Dua sandera al-Qaeda yang justru tewas diserang drone AS itu adalah dokter asal AS bernama Warren Weinstein dan pekerja bantuan asal Italia yang bernama Giovanni Lo Porto.
"Saya amat menyesali apa yang terjadi. Atas nama pemerintah Amerika Serikat, saya menyampaikan permintaan maaf yang terdalam untuk keluarga (korban),” kata Obama di Gedung Putih.
Beberapa mantan pejabat AS, seperti dikutip Reuters, Jumat (24/4/2015), mengatakan keteledoran militer AS itu terjadi karena terlalu sedikit informan AS di zona bahaya seperti Pakistan dan Yaman. ”Anda tidak bisa melakukan operasi intelijen tanpa informan,” kata seorang mantan pejabat senior intelijen AS, yang menolak diidentifikasi.
(mas)