Paspampres Kecolongan, Obama dan Pria Bersenjata Satu Lift
A
A
A
WASHINGTON - Mantan narapidana (Napi) bersenjata yang telah dihukum tiga tahun diketahui menyelinap dan satu lift dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama.
Layanan Rahasia AS Pengawal Presiden atau Paspampres Obama kecolongan dengan insiden itu. Itu merupakan insiden memalukan bagi Paspampres Obama untuk kesekian kalinya.
Sebelumnya, laporan media AS, Washington Post, merilis laporan bahwa kediaman Obama di Gedung Putih diberondong tujuh peluru pada November 2011. Kala itu, ada putri kedua Obama di dalam rumah saat penembakan terjadi. (Baca: Ada Putri Obama, Gedung Putih Diberondong 7 Peluru)
Sedangkan kejadian Obama satu lift dengan eks Napi bersenjata terjadi 16 September 2014. Laporan itu muncul tiga hari sebelum Gedung Putih diterobos pria bersenjata yang memanjat pagar, yang akhirnya diketahui bahwa penyusup itu merupakan mantan tentara AS. (Baca juga: Kediaman Obama Diterobos Penyusup, Gedung Putih Panik)
Laporan terbaru soal Obama satu lift dengan eks Napi bersenjata menjadi “tamparan” baru bagi Layanan Rahasia AS. Laporan itu pertama kali dipublikasikan oleh Washington Examiner. Saat itu, Presiden Obama sedang mengunjungi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Atlanta, Georgia, untuk briefing pada kasus Ebola.
Pria bersenjata yang tak disebut namanya itu, dikenal sebagai kontraktor keamanan swasta . Entah bagaimana ceritanya Paspampres Obama bisa kecolongan, pria bersenjata itu leluasa mengambil foto dan video Presiden Obama saat satu lift dengannya. “Dia berperilaku tidak profesional,” tulis media AS itu.
Paspampres Obama kala itu telah memerintahkan agar pria tersebut berhenti mengambil foto dan video Obama. Tapi, perintah itu diabaikan. Petugas Paspampres Obama kemudian memeriksa data pria itu sebelum akhirnya senajatanya diserahkan.
Keteledoran Paspampres itu dikritik keras anggota parlemen AS.”Anda mendapati penjahat yang dihukum, di lengan presiden dan mereka tidak pernah melakukan pemeriksaan latar belakang (penjahat itu)," kata Jason Chaffetz, anggota parlemen dari Partai Republik AS.
”Kata-kata saja tidak cukup kuat untuk melampiaskan kemarahan saya, karena keselamatan Presiden dan keluarganya bisa terancam,” lanjut dia.
”Hidupnya dalam bahaya. Negara ini akan menjadi dunia yang berbeda dari hari ini jika ia mengeluarkan pistolnya,” imbuh dia yang juga dikutip RT, Rabu (1/10/2014).
Layanan Rahasia AS Pengawal Presiden atau Paspampres Obama kecolongan dengan insiden itu. Itu merupakan insiden memalukan bagi Paspampres Obama untuk kesekian kalinya.
Sebelumnya, laporan media AS, Washington Post, merilis laporan bahwa kediaman Obama di Gedung Putih diberondong tujuh peluru pada November 2011. Kala itu, ada putri kedua Obama di dalam rumah saat penembakan terjadi. (Baca: Ada Putri Obama, Gedung Putih Diberondong 7 Peluru)
Sedangkan kejadian Obama satu lift dengan eks Napi bersenjata terjadi 16 September 2014. Laporan itu muncul tiga hari sebelum Gedung Putih diterobos pria bersenjata yang memanjat pagar, yang akhirnya diketahui bahwa penyusup itu merupakan mantan tentara AS. (Baca juga: Kediaman Obama Diterobos Penyusup, Gedung Putih Panik)
Laporan terbaru soal Obama satu lift dengan eks Napi bersenjata menjadi “tamparan” baru bagi Layanan Rahasia AS. Laporan itu pertama kali dipublikasikan oleh Washington Examiner. Saat itu, Presiden Obama sedang mengunjungi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Atlanta, Georgia, untuk briefing pada kasus Ebola.
Pria bersenjata yang tak disebut namanya itu, dikenal sebagai kontraktor keamanan swasta . Entah bagaimana ceritanya Paspampres Obama bisa kecolongan, pria bersenjata itu leluasa mengambil foto dan video Presiden Obama saat satu lift dengannya. “Dia berperilaku tidak profesional,” tulis media AS itu.
Paspampres Obama kala itu telah memerintahkan agar pria tersebut berhenti mengambil foto dan video Obama. Tapi, perintah itu diabaikan. Petugas Paspampres Obama kemudian memeriksa data pria itu sebelum akhirnya senajatanya diserahkan.
Keteledoran Paspampres itu dikritik keras anggota parlemen AS.”Anda mendapati penjahat yang dihukum, di lengan presiden dan mereka tidak pernah melakukan pemeriksaan latar belakang (penjahat itu)," kata Jason Chaffetz, anggota parlemen dari Partai Republik AS.
”Kata-kata saja tidak cukup kuat untuk melampiaskan kemarahan saya, karena keselamatan Presiden dan keluarganya bisa terancam,” lanjut dia.
”Hidupnya dalam bahaya. Negara ini akan menjadi dunia yang berbeda dari hari ini jika ia mengeluarkan pistolnya,” imbuh dia yang juga dikutip RT, Rabu (1/10/2014).
(mas)