Cerita Memilukan Warga Rohingya soal Kebrutalan Tentara Myanmar

Senin, 21 November 2016 - 12:10 WIB
Cerita Memilukan Warga Rohingya soal Kebrutalan Tentara Myanmar
Cerita Memilukan Warga Rohingya soal Kebrutalan Tentara Myanmar
A A A
DHAKA - Ali Hossain bersama empat anggota keluarganya sedang menunggu bus di daerah Hoyaikong Bazar, Bangladesh, di jalan raya Cox Bazar-Teknaf, tengah hari kemarin. Dia ditemani sang ibu; Jahera Begum, adik; Halima Khatun dan anak kecilnya, Halima.

Keluarga Ali adalah salah satu keluarga dari komunitas Muslim Rohingya di Rakhine, Myanmar, sebuah komunitas minoritas yang jadi korban penganiyaan tentara Myanmar dalam operasi militer terbaru Oktober lalu. Keluarga Ali memilih tinggal di sebuah desa di distrik Chakoria Upazila, Bangladesh, untuk menghindari penganiayaan tentara Myanmar.

Ali, 30, mengatakan bahwa dia merupakan salah satu dari 15 warga negara Myanmar yang menyeberangi sungai Naf dengan perahu kecil sebelum fajar dan masuk ke Bangladesh melalui wilayah Lombabeel.

Keluarga Ali berasal dari Kuikkhali, Maungdaw, negara bagian Rakhine, Myanmar. PBB telah menyatakan komunitas Rohingya sebagai salah satu komunitas yang paling teraniaya di dunia.

Moulavi Syed Karim dari wilayah Raimmya Ghona dan Habibullah dari Keyari Para, dua warga Rohingya lainnya juga meninggalkan rumah untuk alasan yang sama, yakni menghindari penganiayaan dari tentara Myanmar.

”Tentara Myanmar membakar rumah-rumah kami dan membunuh saudara-saudara kami,” kata Habibullah. Mereka masuk Bangladesh melalui Jhimongkhali pada hari Jumat, pekan lalu.

Sumber lain dari komunitas Rohingya mengungkap bahwa beberapa warga minoritas Muslim itu ditembak mati saat mencoba menyeberangi sungai yang menandai perbatasan Myanmar dengan Bangladesh.

Menurut laporan AFP, PBB menyatakan bahwa lebih dari 30 ribu orang telah mengungsi akibat kekerasan terbaru ini di Myanmar. Setengah dari data itu mengungsi pada pekan lalu ketika puluhan orang tewas dalam bentrokan dengan militer.

Melarikan diri dari Myanmar dan menyusup ke Bangladesh, bukan masalah mudah bagi komunitas Rohingya. Mereka ingin menghindari penganiyaan di Myanmar, tapi ditolak petugas patroli perairan Bangladesh karena status mereka ilegal.

Para warga Rohingya memilih menyusup ke Bangladesh pada malam hari karena patroli aparat Bangladesh telah ditingkatkan. ”Lebih intens pada malam, lebih ramai di sungai Naf,” kata Sirajul Islam Chowdhury Lalu, anggota Batalyon 2 dari Hoyaikong Union Parishad, Bangladesh.

Tingkat penyusupan warga Rohingya, kata dia, telah meningkat dalam beberapa hari terakhir. Mereka datang dalam kelompok-kelompok.

Lalu mengklaim bahwa dia memiliki informasi yang menyebut beberapa ratus warga Muslim Rohingya masuk Bangladesh dari Sabtu malam hingga dini hari kemarin. ”Mereka berlindung di daerah yang berbeda dan beberapa telah menyelinap masuk ke distrik lain (di Bangladesh),” katanya, seperti dikutip Daily Star, Senin (21/11/2016).

Berbicara kepada wartawan pada Sabtu pekan lalu, Letnan Nafiur Rahman, komandan Coast Guard Bangladesh untuk wilayah Teknaf Upazila, mengatakan bahwa patroli pemantauan terhadap pergerakan Rohingya terus ditingkatkan di sepanjang sungai Naf.

Myanmar di bawah kekuasaan kubu Aung San Suu Kyi telah membantah militernya melakukan penganiayaan terhadap komunitas Rohingya. Tapi, berbagai bukti termasuk citra satelit menunjukkan sebaliknya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3774 seconds (0.1#10.140)