Empat Sandera Perompak Somalia Kembali ke Pelukan Keluarga

Selasa, 01 November 2016 - 12:35 WIB
Empat Sandera Perompak Somalia Kembali ke Pelukan Keluarga
Empat Sandera Perompak Somalia Kembali ke Pelukan Keluarga
A A A
JAKARTA - Air mata haru mengalir deras di Kementerian Luar Negeri (Kemlu), kemarin. Empat warga negara Indonesia yang sebelumnya disandera perompak Somalia akhirnya kembali berpelukan dengan anggota keluarga.

Sudirman, Supardi, Adi Manurung, dan Nelson Pasileron diserahterimakan pemerintah kepada pihak keluarga yang diwakili Sammy Pasileron, saudara Nelson, di Kantor Kemlu. Keempat WNI yang telah 5 tahun menjadi tawanan itu tiba di Jakarta pada 28 Oktober. Namun sebelum diserahterimakan, mereka menjalani pemeriksaan kesehatan.

Keempat WNI itu dibawa menuju Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta. Kondisi mereka terus diawasi sampai kemarin pagi. ”Mudah-mudahan mereka tetap dalam kondisi sehat,” ujar Menlu Retno LP Marsudi kemarin.

Seorang WNI lainnya Nasirin asal Cirebon, Jawa Barat (Jabar), meninggal dunia saat masih disandera di Somalia akibat mengidap penyakit malaria. Semuanya disandera ketika berlayar di atas Kapal Nathan 3 milik perusahaan Taiwan berbendera Oman pada 26 Maret 2012. Bersama 22 ABK asing lainnya, mereka dibebaskan pada 24 Oktober.

Empat WNI sempat mengunjungi keluarga almarhum Nasirin untuk menyampaikan belasungkawa pada akhir pekan lalu. Pertemuan itu difasilitasi Kemlu yang bekerja sama dengan pemerintah setempat. Selain menunjukkan rasa simpati dan solidaritas, mereka juga menyampaikan proses pemakaman dijalankan sesuai syariah Islam.

”Keduanya datang untuk menyampaikan dukacita mendalam dan dukungan penuh kepada pihak keluarga. Mereka juga membawa barang-barang milik almarhum yang sudah dijaga dengan baik,” papar Retno. Dia menambahkan, pembebasan empat WNI itu sangat sulit dan rumit sehingga memakan waktu cukup lama.

Bahkan, pada detik-detik terakhir, mereka diperebutkan kelompok lain. Awalnya, upaya pembebasan berlangsung parsial, tetapi pemerintah akhirnya mengambil pendekatan komprehensif. Sudirman mengapresiasi kerja keras Kemlu karena dia tidak percaya dapat terbebas dari tawanan para perompak. ”Semuanya masih terasa seperti mimpi,” kata Sudirman.

Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (PWNIBHI) Kemlu Lalu Muhammad Iqbal berharap keempat WNI itu bisa didampingi pemerintah daerah untuk dibantu berintegrasi ke lingkungan masyarakat dan dicarikan pekerjaan yang tepat.

Bertahan Hidup

Sudirman menuturkan, tragedi itu terjadi sekitar pukul 02.00, Maret 2012. Kapal yang mereka tumpangi tiba-tiba diserang para perompak. Dia mengaku mendengar suara tembakan, kebanyakan menyasar ke ruangan nakhoda. Sang kapten akhirnya tewas terkena peluru. ”Kami kebingungan dan lari kocar-kacir mencari persembunyian,” urainya.

Selama 4,5 tahun menjadi sandera, Sudirman dan kawan-kawannya tidak banyak beraktivitas. Mereka hanya diperintahkan untuk mencari kayu bakar setiap sore. Sebagai upahnya, mereka diberi makan seadanya. ”Terkadang kami makan roti, nasi kacang merah, teh, atau gula.

Terkadang juga kami tidak makan apa-apa,” tandasnya. Para sandera juga diberi air minum satu gelas per hari. Namun dengan air yang tidak higienis, mereka terkadang terkena diare. ”Di Somalia, ada hujan dua kali setahun saja sudah mukjizat. Karena itu kami menggali tanah untuk menampung air hujan. Air minum yang diberikan tidak layak dikonsumsi karena kotor,” papar Sudirman.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3495 seconds (0.1#10.140)