Menteri Pariwisata Thailand Ingin Lenyapkan Wisata Seks
A
A
A
BANGKOK - Menteri Pariwisata Thailand, Kobkarn Wattanavrangkul, mengancam akan melenyapkan wisata seks yang telah menjadi “industri” di negara tersebut. Bangkok dan sekitarnya akan dibersihkan dari rumah-rumah bordil yang selama ini dikenal sebagai wadah wisata syahwat.
Namun, para pekerja di “industri seks” ragu dengan rencana sang menteri. Sebab, layanan seks komersial telah membantu ekonomi Thailand yang mengalami resesi pada tahun 2014.
Prostitusi sejatinya ilegal di Thailand. Namun, militer dan kepolisian terkesan menutup mata terhadap “industri seks” yang beroperasi di bar, panti pijat dan rumah-rumah bordil di berbagai kawasan pantai di Thailand.
Menteri Wattanavrangkul meremehkan anggapan peran “industri seks” sebagai pemikat wisatawan di Thailand.
”Wisatawan tidak datang ke Thailand untuk hal seperti itu. Mereka datang ke sini untuk budaya kita yang indah,” kata Kobkarn Wattanavrangkul kepada Reuters, yang dilansir Minggu (17/7/2016).
”Kami ingin Thailand menjadi (lokasi) pariwisata yang berkualitas. Kami ingin industri seks hilang,” katanya lagi.
Selain para pekerja di bidang prostirusi, para ahli juga ragu dengan rencana menghilangkan wisata asusila di Thailand. Sebab, industri itu sudah mengakar dan menjadi pemasukan yang tak terhitung bagi para pejabat dan polisi.
Mereka menilai rencana menteri pariwisata Thailand itu tidak realistis. Keraguan itu salah satunya disampaikan oleh Panomporn Utaisri, Direktur dari NightLight, sebuah kelompok non-profit yang membantu perempuan yang bekerja di industri seks untuk mencari alternatif pekerjaan.
”Tidak ada menyangkal industri ini menghasilkan banyak pendapatan,” kata Panomporn.
Tidak ada perkiraan berapa pendapatan yang disumbangkan dari wisata seks untuk ekonomi Thailand. Namun, menurut laporan UNAIDS 2014, ada sekitar 123.530 pekerja seks di Thailand. Jumlah itu lebih banyak dari pekerja seks di Kamboja, yakni 37.000 orang.
Bulan lalu, polisi menggerebek puluhan rumah bordil di kota-kota besar di Thailand yang diklaim sebagai operasi rutin. Polisi mengatakan bahwa operasi itu untuk mengadili pihak yang mempekerjakan buruh migran ilegal dan anak di bawah umur.
Polisi telah menegaskan razia yang dilakukan tidak ada hubungannya dengan rencana menteri pariwisata untuk menghilangkan wisata seks di Thailand.
Namun, para pekerja di “industri seks” ragu dengan rencana sang menteri. Sebab, layanan seks komersial telah membantu ekonomi Thailand yang mengalami resesi pada tahun 2014.
Prostitusi sejatinya ilegal di Thailand. Namun, militer dan kepolisian terkesan menutup mata terhadap “industri seks” yang beroperasi di bar, panti pijat dan rumah-rumah bordil di berbagai kawasan pantai di Thailand.
Menteri Wattanavrangkul meremehkan anggapan peran “industri seks” sebagai pemikat wisatawan di Thailand.
”Wisatawan tidak datang ke Thailand untuk hal seperti itu. Mereka datang ke sini untuk budaya kita yang indah,” kata Kobkarn Wattanavrangkul kepada Reuters, yang dilansir Minggu (17/7/2016).
”Kami ingin Thailand menjadi (lokasi) pariwisata yang berkualitas. Kami ingin industri seks hilang,” katanya lagi.
Selain para pekerja di bidang prostirusi, para ahli juga ragu dengan rencana menghilangkan wisata asusila di Thailand. Sebab, industri itu sudah mengakar dan menjadi pemasukan yang tak terhitung bagi para pejabat dan polisi.
Mereka menilai rencana menteri pariwisata Thailand itu tidak realistis. Keraguan itu salah satunya disampaikan oleh Panomporn Utaisri, Direktur dari NightLight, sebuah kelompok non-profit yang membantu perempuan yang bekerja di industri seks untuk mencari alternatif pekerjaan.
”Tidak ada menyangkal industri ini menghasilkan banyak pendapatan,” kata Panomporn.
Tidak ada perkiraan berapa pendapatan yang disumbangkan dari wisata seks untuk ekonomi Thailand. Namun, menurut laporan UNAIDS 2014, ada sekitar 123.530 pekerja seks di Thailand. Jumlah itu lebih banyak dari pekerja seks di Kamboja, yakni 37.000 orang.
Bulan lalu, polisi menggerebek puluhan rumah bordil di kota-kota besar di Thailand yang diklaim sebagai operasi rutin. Polisi mengatakan bahwa operasi itu untuk mengadili pihak yang mempekerjakan buruh migran ilegal dan anak di bawah umur.
Polisi telah menegaskan razia yang dilakukan tidak ada hubungannya dengan rencana menteri pariwisata untuk menghilangkan wisata seks di Thailand.
(mas)