Cerita Mencengangkan Fotografer 9/11 soal Keterlibatan AS

Jum'at, 01 Juli 2016 - 10:43 WIB
Cerita Mencengangkan Fotografer 9/11 soal Keterlibatan AS
Cerita Mencengangkan Fotografer 9/11 soal Keterlibatan AS
A A A
NEW YORK - Sejam setelah pesawat menghantam menara kembar World Trade Center (WTC) pada tanggal 11 September 2001 (9/11), Kurt Sonnenfeld diberi akses tidak terbatas ke ground zero.

Sonnenfeld bekerja sebagai fotografer untuk Federal Emergency Management Agency (FEMA), sebuah organisasi terkait dengan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS yang mengkoordinasikan respon pertama terhadap bencana.

Berbekal kamera gigi, pria 39 tahun ini diminta untuk memfilmkan segala sesuatu yang dia lihat. Dokumentasi itu seharusnya merupakan bagian dari laporan tentang apa yang terjadi dalam serangan 9/11, tapi dia tidak pernah menyerahkan rekaman itu.

Hidupnya mulai terurai spektakuler dalam bulan dan tahun-tahun berikutnya, dengan puncaknya pada kematian tragis istrinya. Sang istri ditemukan tewas di sofa di rumah mereka di Denver dengan luka tembak di belakang kepala.

Lima belas tahun kemudian—sang fotografer sekarang berusia 54 tahun—tinggal di Argentina. Pemerintah AS menginginkan dia pulang. Secara resmi, otoritas AS mengatakan dia bertanggung jawab atas pembunuhan istrinya. Tapi, dia percaya itu ada sesuatu yang jauh lebih jahat.

Dia mengatakan mereka (Pemerintah AS) ingin membungkamnya atas apa yang dia lihat di bawah World Trade Center 6, sebuah bukti yang dia yakini bahwa Pemerintahan Bush sebagai pemain besar dalam serangan paling mematikan di bumi Amerika.

Seorang polisi yang pernah tiba di depan pintu rumah Sonnenfeld, secara spontan mengucapkan kata-kata; “Saya tidak percaya dia (istri Sonnenfeld) menembak dirinya sendiri."

Ketika para polisi memperoleh akses ke rumah pasangan itu pada malam tahun baru 2002, itu jelas bahwa Sonnenfeld telah minum.

Fotografer itu memiliki darah di tangan dan napasnya bau alkohol. Para polisi saat itu mengatakan bahwa di ruang atas, mereka menemukan Nancy Sonnenfeld berpakaian merah, masih bernapas, tapi sekarat.Mereka bergegas membawa wanita itu ke rumah sakit dengan bagian dari peluru masih menonjol dari belakang tengkoraknya. Dia meninggal di usia 36 tahun pada keesokan harinya.Ada catatan samar ditemukan di kamar tidur pasangan itu. Ini tampaknya menjadi catatan bunuh diri. Di bagian atas catatan, Nancy telah menulis: ”Apa memang akhirnya indah kecuali kematian dan cinta. Kurt, silakan mencari bantuan”. Kata “cinta” di catatan itu telah dicoret.Sidik jari Nancy berada di pistol, tapi Sonnenfeld dibawa untuk diinterogasi. Sonnenfeld didakwa dengan tuduhan pembunuhan dan dijadwalkan tampil di pengadilan pada bulan Juni 2002. Namun tuduhan itu digugurkan.
Dia melarikan diri karena perasaan itu tidak akan menjadi yang terakhir kalinya saat polisi datang mengajukan pertanyaan. Nalurinya tepat. Pada tahun 2003, satu setengah tahun setelah dakwaan digugurkan, hakim menandatangani surat perintah baru untuk penangkapannya. Ketika polisi pergi mencari, mereka menyadari bahwa sang fotografer sudah pergi.

Sonnenfeld bertemu dan menikah dengan seorang wanita di Argentina tak lama setelah tiba di negara itu. Pasangan ini memiliki dua anak perempuan.

Pemerintah AS telah mencoba untuk mengekstradisi mantan staf FEMA dan tak berhasil. Bagian dari penyebab kegagalan AS adalah perlawanan ketat dari Argentina terhadap hukuman mati. Sonnenfeld bisa menghadapi eksekusi di negara bagian Colorado jika terbukti bersalah atas pembunuhan Nancy.

Fotografer itu menceritakan apa yang dia lihat dan rekam ketika melewati puing-puing bangunan di Kota Manhattan yang hancur oleh serangan 9/11.

Yang menarik dari temuannya adalah yang ada di bawah World Trade Center 6. Dia mengatakan di dalam gedung itu dia menemukan sebuah kubah yang telah dibersihkan dari isinya sebelum pesawat menghantam menara WTC.

Dalam sebuah film dokumenter yang diputar di Argentina, Sonnenfeld mengatakan penemuan itu adalah bukti bahwa Amerika setidaknya tahu serangan mematikan itu akan datang.

”Satu hal yang saya yakin adalah bahwa badan-badan intelijen Amerika Serikat tahu apa yang akan terjadi dan setidaknya membiarkan hal itu terjadi,” bebernya, seperti dikutip news.com.au, Jumat (1/7/2016).

”Mereka bukan hanya tahu itu akan terjadi, tetapi mereka sebenarnya berkolaborasi,” katanya lagi.

Teori dari fotografer ini populer di kalangan truthers. Hal ini sama dengan penemuan serupa di pintu basement bawah World Trade Center 4.

Sonnenfeld adalah seorang ahli teori konspirasi, bukan hanya karena apa yang dilihatnya. Dia mengatakan bahwa dia memiliki sebagian kesulitan untuk memahami bagaimana World Trade Center 7 runtuh meskipun tidak mengalami kerusakan.

”Bagi saya, hal yang paling mencurigakan dari semua adalah apa yang terjadi pada bangunan tujuh di World Trade Center,” katanya.

”Gedung ini tidak ditabrak pesawat. Itu tidak memiliki kerusakan struktural apapun, tapi, cukup luar biasa, membuat jenis ledakan yang sempurna, hanya enam setengah detik untuk bangunan 47 lantai roboh sepenuhnya ke jejak sendiri,” lanjut dia.

"Ini bagi saya menunjukkan ada benar-benar tidak ada perlawanan (kekuatan) di antara lantai ketika bangunan runtuh. Enam setengah detik untuk bangunan 47 lantai roboh sepenuhnya ke jejak sendiri,” lanjut dia.

"Ini bagi saya menunjukkan ada benar-benar tidak ada perlawanan (kekuatan) di antara lantai ketika bangunan runtuh."

(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4254 seconds (0.1#10.140)