Lavrov: AS Tidak Cukup Kuat Lawan China dan Rusia
loading...
A
A
A
MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia , Sergey Lavrov mengatakan, Amerika Serikat (AS) tidak cukup kuat untuk melawan China dan Rusia. Ia juga memuji latihan militer bersama antara Moskow dan Beijing.
Dikatakan oleh Lavrov, AS berusaha untuk menahan Rusia dan China dengan bantuan negara lain, tetapi mereka waspada terhadap "permainannya."
Barat, kata Lavrov, melihat Rusia dan China sebagai ancaman - Rusia saat ini, dan China dalam jangka panjang sebagai saingan sistemik.
Dia mengatakan Washington tidak cukup kuat untuk mengawasi kedua negara sekaligus, begitu juga memobilisasi Eropa, Jepang, dan lainnya untuk bergabung. Pada saat yang sama, katanya, Barat mencoba membuat celah antara Rusia dan China.
Lavrov juga menuduh Barat mencari cara untuk membuat marah China atas sejumlah masalah, seperti status Tibet dan Taiwan - yang hidup di bawah ancaman invasi China, yang mengklaim wilayah demokrasi yang memerintah sendiri sebagai bagian dari daerahnya dan jika perlu direbut kembali suatu hari, dengan paksa. AS mengatakan akan membantu mempertahankan Taiwan.
Dia mengatakan China terlalu kuat untuk dilawan AS jika kedua negara terseret ke dalam konflik, jadi Washington terpaksa 'memobilisasi' Barat untuk mendukung agenda anti-Beijing-nya.
"Mereka telah menguraikan posisi mereka di Taiwan, yang benar-benar tidak dapat diterima oleh China dan hukum internasional, mereka mencari lebih banyak kesempatan untuk mengganggu China di Tibet, Xinjiang, dan Hong Kong," kata Lavrov.
"Oleh karena itu, China sangat menyadari bahwa tetap berada dalam sistem Barat dan sepenuhnya bergantung pada Barat penuh dengan risiko yang sangat serius bagi kepentingan nasional fundamental pembangunan China," imbuhnya seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (18/1/2023).
Dikatakan oleh Lavrov, AS berusaha untuk menahan Rusia dan China dengan bantuan negara lain, tetapi mereka waspada terhadap "permainannya."
Barat, kata Lavrov, melihat Rusia dan China sebagai ancaman - Rusia saat ini, dan China dalam jangka panjang sebagai saingan sistemik.
Dia mengatakan Washington tidak cukup kuat untuk mengawasi kedua negara sekaligus, begitu juga memobilisasi Eropa, Jepang, dan lainnya untuk bergabung. Pada saat yang sama, katanya, Barat mencoba membuat celah antara Rusia dan China.
Lavrov juga menuduh Barat mencari cara untuk membuat marah China atas sejumlah masalah, seperti status Tibet dan Taiwan - yang hidup di bawah ancaman invasi China, yang mengklaim wilayah demokrasi yang memerintah sendiri sebagai bagian dari daerahnya dan jika perlu direbut kembali suatu hari, dengan paksa. AS mengatakan akan membantu mempertahankan Taiwan.
Dia mengatakan China terlalu kuat untuk dilawan AS jika kedua negara terseret ke dalam konflik, jadi Washington terpaksa 'memobilisasi' Barat untuk mendukung agenda anti-Beijing-nya.
"Mereka telah menguraikan posisi mereka di Taiwan, yang benar-benar tidak dapat diterima oleh China dan hukum internasional, mereka mencari lebih banyak kesempatan untuk mengganggu China di Tibet, Xinjiang, dan Hong Kong," kata Lavrov.
"Oleh karena itu, China sangat menyadari bahwa tetap berada dalam sistem Barat dan sepenuhnya bergantung pada Barat penuh dengan risiko yang sangat serius bagi kepentingan nasional fundamental pembangunan China," imbuhnya seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (18/1/2023).