Andalkan Menu Akulturasi Tiga Budaya

Senin, 13 April 2015 - 11:22 WIB
Andalkan Menu Akulturasi Tiga Budaya
Andalkan Menu Akulturasi Tiga Budaya
A A A
PALEMBANG - Kedai Tiga Nyonya melakukan soft opening outlet Palembang, kemarin. Untuk menarik minat konsumen, selain menawarkan suasana yang homey, restoran ini mengandalkan menu perpaduan tiga budaya yaitu Indonesia, Belanda dan Tionghoa.

Franchisee Kedai Tiga Nyonya Palembang, Lucianty Pahri mengatakan, soft opening ini menandai restoran sudah siap dikunjungi. Meski demikian, Lucy mengakui masih banyak kekurangan disana sini baik dari sisi pelayanan dan lain sebagainya.

Namun dia menjanjikan pada saat grand opening pada bulan Juli mendatang semua keku rangan akan dibenahi. “Pelayanan maupun menu pada grand opening nanti tentunya akan semakin baik dan berva riasi,” ujar Lucy usai soft opening outlet Kedai Tiga Nyonya Palembang di Jalan Kartini No. 6, kemarin.

Lucy berharap, kehadiran Kedai Tiga Nyonya ini diterima pencinta kuliner di Sumsel dan Palembang khususnya. Istri Bupati Muba Pahri Azhari ini juga mempromosikan outlet baru ini selain menawarkan cita rasa menu yang memanjakan lidah juga suasana yang berbeda dengan restoran lain.

“Harapan saya seluruh elemen masyarakat bisa menikmati makan di sini. Sebab harganya juga terjangkau dan suasananya kami buat senyaman mungkin seperti sedang makan di rumah sendiri. Selain itu beberapa barang lama yang kami pajang disini bisa memberi nostalgia akan masa lalu,” tuturnya.

Bah kan demi kenyaman dan privasi para tamu yang datang, pihaknya menyediakan tiga jenis ruangan masing-masing ruang smoking, ruang no smoking, dan dua ruang VVIP. Di ruangan no smoking bisa menampung lebih dari 100 tamu. “Demi kenyamanan tamu selain menu khas Kedai Tiga Nyonya nanti juga akan ada menu yang menyesuaikan dengan lidah Sumatera,” katanya.

Sementara itu, Franchisor Kedai Tiga Nyonya Paul B Nio mengatakan, bumbu dan bahan baku yang digunakan di Kedai Tiga Nyonya merupakan akulturasi tiga budaya, Indonesia, Belanda dan Tionghoa. Andalan setiap outlet yang merupakan best seller adalah ikan bakar spesial Tiga Nyonya. Menu tersebut menggunakan ikan pecah kulit yang identik dengan Kedai Tiga Nyonya.

Keunggulan ikan dasar laut itu adalah tidak amis, empuk dagingnya dan tulangnya hanya terdapat di bagian tengah. “Bahkan kami pernah mendapatkan piagam best seller dari salah satu perusahaan riset marketing untuk penjualan ikan bakar spesial Tiga Nyonya itu,” terangnya.

Paul menyatakan, Palembang merupakan outlet ke-8, setelah Jakarta Tebet, Sentul City, Lippo Cikarang, Yogyakarta, Surabaya, Bali dan Medan. “Bu Lucy pelanggan lama kami dan tertarik membuka outlet di Palembang. Setelah kami survei ternyata potensi perkembangan kuliner di Palembang sangat luar luar biasa. Banyak merek-merek dari Jakarta sudah masuk Palembang dan direspons positif masyarakat. Makanya kami sepakati buka di Palembang,” katanya.

Diakui Paul, secara arsi tektur, outlet Palembang merupakan yang terbaik. Sebab suasana nya begitu nyaman. “Restoran harus bersaing konsep dan tentunya konsep yang diusung harus unik. Selain itu restoran juga harus memberikan pengalaman kuliner unik yang tidak dijumpai di tempat lain. Itulah kunci restoran tahan lama atau tidak,” ujarnya.

Melihat outlet Palembang, Paul melanjutkan, pihaknya optimis respons masyarakat akan baik. Apalagi menurut Paul, Kedai Tiga Nyonya menawarkan , konsep cita rasa rumahan perpaduan tiga budaya, mengemas secara sehat makanan tanpa MSG, memperbanyak rempah- rempah agar cita rasanya keluar, dan 100% halal sehingga semua masyarakat bisa menikmati.

“Selain itu kelebihan Kedai Tiga Nyonya lainnya yaitu harga setiap outlet disesuaikan dengan daya beli masyarakat setempat. Sehingga harga antara satu outlet dengan outlet lainnya bisa berbeda,” pungkasnya.

Iwan setiawan
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8905 seconds (0.1#10.140)