Junta Myanmar Bebaskan 7.000 Tahanan di Hari Kemerdekaan

Rabu, 04 Januari 2023 - 21:25 WIB
loading...
A A A
Keadaan darurat diberlakukan untuk memungkinkan kekuasaan militer setelah merebut kekuasaan dua tahun yang lalu.

"Setelah menyelesaikan ketentuan keadaan darurat, pemilu yang bebas dan adil akan diadakan sesuai dengan konstitusi 2008, dan pekerjaan lebih lanjut akan dilakukan untuk menyerahkan tugas negara kepada partai pemenang sesuai dengan standar demokrasi," katanya.

Bahkan ketika konflik bersenjata berkecamuk di seluruh negeri, Jenderal Hlaing menekankan bahwa penghentian perselisihan yang sedang berlangsung diperlukan untuk memastikan solidaritas dan perdamaian nasional.

Mengecam kekuatan Barat yang telah memberlakukan banyak sanksi terhadap junta, jenderal itu menambahkan: "Terlihat bahwa beberapa organisasi dan negara telah mencampuri urusan dalam negeri Myanmar."



"Namun, kami telah memutuskan untuk berdiri teguh secara global, sambil mematuhi kebijakan luar negeri kami untuk menjaga kedaulatan, keamanan, dan kepentingan bangsa kami," ujarnya.

Pemerintahan Jenderal Hlaing selama hampir dua tahun telah ditandai dengan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang terang-terangan dan pembunuhan para pembangkang politik.

Menurut statistik oleh oposisi Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) yang diasingkan, militer telah membunuh 165 anak-anak dari tembakan artileri, serangan udara, serangan pesawat tak berawak, dan ranjau darat.

Sebagian besar serangan dicatat di wilayah kubu perlawanan Sagaing diikuti oleh negara bagian Rakhine dan Kayah, di mana militer sering bentrok dengan kelompok etnis bersenjata.

Pada bulan Juni, Pelapor Khusus PBB Thomas Andrews mengatakan sekitar 382 anak dibunuh atau cacat, sementara lebih dari 1.400 ditangkap secara sewenang-wenang dan 142 disiksa sejak kudeta.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Lebih dari 2.000 Orang...
Lebih dari 2.000 Orang Tewas akibat Gempa Myanmar, 700 Muslim Meninggal di Masjid
Jumlah Korban Tewas...
Jumlah Korban Tewas Gempa Myanmar-Thailand Melebihi 1.600 Orang
Gempa Myanmar Terjadi...
Gempa Myanmar Terjadi saat Salat Jumat, 50 Masjid Rusak, Lebih 1.000 Orang Tewas
USGS Prediksi Jumlah...
USGS Prediksi Jumlah Korban Tewas akibat Gempa Myanmar Lebih dari 10.000 Jiwa
Operasi Penyelamatan...
Operasi Penyelamatan Korban Gempa di Bangkok Berlanjut hingga Sabtu Pagi
Gempa 7,7 Skala Richter...
Gempa 7,7 Skala Richter Guncang Myanmar, Ini 3 Fakta tentang Sesar Sagaing
Korban Gempa Myanmar...
Korban Gempa Myanmar Bertambah, 144 Orang Tewas dan 730 Terluka
Kenapa Pangeran Tampan...
Kenapa Pangeran Tampan Al-Waleed bin Khaled Al-Saud Dijuluki Sleeping Prince Arab Saudi?
Perbandingan Kekuatan...
Perbandingan Kekuatan Militer Amerika Serikat dan China 2025: Siapa Lebih Unggul?
Rekomendasi
Jennifer Coppen dan...
Jennifer Coppen dan Justin Hubner Dikabarkan Ngedate di London, Resmi Pacaran?
Kemenpar dan Universitas...
Kemenpar dan Universitas LIA Sinergi Tingkatkan SDM Pariwisata
Legislator Gerindra...
Legislator Gerindra Ungkap Perintah Presiden Bawa Angin Segar Tertibkan Truk ODOL
Berita Terkini
Dendam, Israel Tak akan...
Dendam, Israel Tak akan Kirim Pejabat Senior ke Pemakaman Paus Fransiskus
52 menit yang lalu
130.000 Orang Berikan...
130.000 Orang Berikan Penghormatan Terakhir pada Paus Fransiskus di Vatikan
1 jam yang lalu
Iran Tawarkan Kemitraan...
Iran Tawarkan Kemitraan Energi Nuklir dengan AS
2 jam yang lalu
Konflik Kashmir Memanas!...
Konflik Kashmir Memanas! Tentara India dan Pakistan Saling Tembak di Perbatasan
3 jam yang lalu
Trump Tawari Arab Saudi...
Trump Tawari Arab Saudi Paket Senjata Senilai Lebih dari Rp1.684 Triliun
4 jam yang lalu
Siapa Lashkar-e-Taiba?...
Siapa Lashkar-e-Taiba? Kelompok Militan Pakistan Disebut Mendalangi Pembantaian Kashmir
4 jam yang lalu
Infografis
10 Negara Penghasil...
10 Negara Penghasil Emas Terbesar di Dunia, Termasuk Indonesia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved