Belarusia Akui Jalin Persahabatan dengan Moskow agar Tak Diinvasi Rusia

Minggu, 18 Desember 2022 - 01:09 WIB
loading...
Belarusia Akui Jalin Persahabatan dengan Moskow agar Tak Diinvasi Rusia
Presiden Alexander Lukashenko akui jalin persabahatan dengan Moskow agar Belarusia tak diinvasi Rusia. Foto/REUTERS
A A A
MINSK - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengakui memilih untuk menjalin persahabatan dengan dengan Rusia dan Presiden Vladimir Putin. Jika tidak seperti itu, maka negaranya bisa berada di posisi yang sama dengan Ukraina , yakni diinvasi Moskow.

Menurut laporan kantor berita BelTa, Lukashenko berkomentar seperti itu selama pertemuan mengenai masalah kerja sama Belarusia dan Rusia.

Pertemuan tersebut mendahului pertemuan puncak antara kedua negara yang dijadwalkan berlangsung pada Senin di Minsk, Ibu Kota Belarusia.

"Kami tidak akan pernah menjadi musuh Rusia," kata Lukashenko.



"Dan tidak akan pernah memberi Rusia sikap dingin. Ini adalah negara yang paling dekat dengan kita, orang-orang terdekat kita. Saya pikir selama kita berkuasa, kita akan mengikuti tren ini. Jika sebaliknya, akan seperti di Ukraina," paparnya, seperti dikutip Newsweek, Sabtu (17/12/2022).

Lukashenko mengatakan bahwa negaranya bersama Rusia, tetapi sebagai negara yang berdaulat dan merdeka, ia mengontrol wilayahnya sendiri.

Sejak Putin meluncurkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, Belarusia telah muncul sebagai salah satu sekutu strategis terdekat Rusia saat Moskow menghadapi kecaman Barat.

Lukashenko secara terbuka mendukung pemimpin Rusia, bahkan mengizinkan pasukan Rusia memasuki Ukraina dari perbatasan Belarusia-Ukraina, memberikan akses yang lebih dekat ke Ibu Kota Ukraina, Kiev.

"Saya mengatakan ini dengan sangat tulus: dengan segala kesulitan, jika Federasi Rusia-—para pemimpin-—ingin membangun hubungan dengan negara Belarusia yang berdaulat dan merdeka, jika Rusia memandang kami sebagai negara yang berdaulat dan merdeka tetapi sangat dekat, sangat dapat diandalkan, di mana segala sesuatu yang berbau Rusia—-dari bahasa hingga tradisi Rusia—-dihormati, kami siap membangun hubungan," kata Lukashenko.

"Namun kita harus selalu berangkat dari premis bahwa kita adalah negara yang berdaulat dan merdeka."

Desas-desus telah beredar dalam beberapa bulan terakhir mengenai Belarusia yang memasukkan dirinya secara militer dalam konflik Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung.

Pejabat Kiev sebelumnya memperingatkan Belarusia bahwa Kiev akan menanggapi dengan keras seperti ketika menanggapi setiap penjajah di wilayah Ukraina.

Bahkan jika tentara Belarusia mendapat perintah dari Minsk untuk bergabung dalam perang Rusia di Ukraina, Kementerian Pertahanan Inggris telah menyatakan ketidakpastian dampak Belarusia dalam skenario teoretis tersebut.

Sementara itu dalam sebuah laporan dari awal pekan ini, The Institute for the Study of War (ISW) menyatakan bahwa keterlibatan Belarusia tetap "sangat tidak mungkin."

Javed Ali, seorang profesor Universitas Michigan yang berspesialisasi dalam kebijakan dan diplomasi internasional, mengatakan kepada Newsweek bahwa keterlibatan Belarusia dalam perang di Ukraina--jika benar-benar terjadi--, itu akan menimbulkan potensi konsekuensi jangka panjang bagi Minsk.

“Itu datang dengan risiko yang cukup besar bagi Belarusia. Lihatlah serangan yang dilakukan militer Rusia di Ukraina,” kata Ali.

"Belarusia adalah negara yang sangat kecil. Ia memiliki sumber daya militer yang sangat terbatas. Kehilangan beberapa ratus atau beberapa ribu tentara akan sangat menghancurkan bagi mereka."

Artyom Shraibman, seorang sarjana non-residen di Carnegie Endowment for International Peace, sebelumnya mengatakan kepada Newsweek bahwa dia melihat "tidak ada bukti" adanya paksaan atas nama Putin.

Dia mengatakan bahwa berbagai indikator sebenarnya mencontohkan hubungan ekonomi antara Minsk dan Moskow, dengan anggapan bahwa Putin mengabulkan banyak permintaan Lukashenko—seperti memberinya minyak yang lebih murah daripada sebelumnya, merestrukturisasi pinjaman lama, memberikan pinjaman baru, dan menyediakan akses ke pelabuhan Rusia untuk Belarusia.

"Narasi bahwa Lukashenko menolak tekanan mistis dari Moskow sangat populer, saya tahu itu," kata Shraibman, pakar yang berasal dari Belarusia, tetapi sekarang tinggal di Polandia.

"Tapi buktinya sama sekali tidak ada. Setidaknya menurut saya."

Sebagai bagian dari KTT minggu depan, Lukashenko mengatakan pejabat Belarusia dan Rusia terutama akan membahas ekonomi serta berbicara tentang situasi militer-politik di sekitar negara-negara tersebut.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1510 seconds (0.1#10.140)