Eks FSB Ungkap Buruknya Perang Rusia di Ukraina, Ibarat Kepala Ikan Busuk

Senin, 12 Desember 2022 - 16:00 WIB
loading...
Eks FSB Ungkap Buruknya...
Seorang mantan anggota FSB mengungkap buruknya perang Rusia di Ukraina yang membuat para perwira Moskow tidak senang dengan Presiden Vladimir Putin. Foto/via NDTV
A A A
MOSKOW - Beberapa perwira Rusia yang berperang di Ukraina tidak senang dengan petinggi militer dan Presiden Vladimir Putin karena buruknya pelaksanaan perang. Hal itu diungkap blogger nasionalis yang juga mantan anggota Dinas Keamanan Federal (FSB) Igor Girkin.

Hampir 10 bulan sejak Putin memerintahkan pasukannya menginvasi Ukraina, tidak ada akhir yang terlihat dari konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II.

Di Rusia modern, kritik publik langsung terhadap Putin jarang terjadi meskipun blogger nasionalis telah blakblakan tentang pelaksanaan perang, terutama kekalahan Rusia yang merugikan di wilayah Kharkiv pada bulan September.



Igor Girkin, yang membantu Rusia mencaplok Crimea pada 2014 dan kemudian mengorganisir milisi pro-Rusia di Ukraina timur, mengatakan ada beberapa ketidakpuasan dengan para petinggi militer dan pemerintah.

Dalam video berdurasi 90 menit yang menganalisis pelaksanaan perang Rusia, Girkin mengatakan "kepala ikan benar-benar busuk" saat mengibaratkan apa yang terjadi di internal militer Rusia. Menurutnya, militer negaranya membutuhkan reformasi dan asupan orang-orang yang kompeten yang dapat memimpin kampanye militer yang sukses.

Beberapa di level menengah militer, kata Girkin, terbuka tentang ketidakpuasan mereka terhadap Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan bahkan Presiden Putin.

"Bukan hanya saya...orang tidak buta dan tuli sama sekali: orang-orang di tingkat menengah di sana bahkan tidak menyembunyikan pandangan mereka yang, bagaimana saya mengatakannya, tidak sepenuhnya memuji presiden atau menteri pertahanan," kata Girkin, seperti dikutip dari Reuters, Senin (12/12/2022).



Kementerian Pertahanan Rusia tidak mengomentari pernyataan dari Girkin yang telah berulang kali mengkritik Shoigu, sekutu dekat Putin, atas kekalahan medan perang yang diderita Rusia dalam perang.

Baik Ukraina dan Rusia mengatakan pihak lain telah menderita korban yang sangat tinggi, meskipun tidak ada yang memberikan data yang jelas tentang kerugian mereka sendiri.

Jenderal tertinggi Amerika Serikat (AS) Mark Milley memperkirakan pada 9 November bahwa Rusia dan Ukraina masing-masing menyaksikan lebih dari 100.000 tentara mereka terbunuh atau terluka. Jumlah kematian warga sipil tidak diketahui.

Rusia mengeluarkan undang-undang tak lama setelah invasi yang memungkinkan hukuman penjara hingga lima tahun untuk tindakan yang ditafsirkan mendiskreditkan angkatan bersenjata, atau hingga 15 tahun karena menyebarkan informasi palsu yang sengaja.

Putin pada pekan lalu menggunakan kata "perang" untuk menggambarkan konflik tersebut, yang dimulai pada tahun 2014 ketika seorang presiden pro-Rusia digulingkan dalam Revolusi Maidan di Ukraina dan Rusia mencaplok Crimea, dengan pasukan separatis yang didukung Rusia bertempur di timur Ukraina.

Putin menyebut apa yang dia sebut "operasi militer khusus" Rusia sebagai momen yang menentukan ketika Rusia akhirnya melawan Barat yang arogan, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, setelah puluhan tahun dipermalukan sejak jatuhnya Uni Soviet pada 1991.

Pasukan Moskow, kata Putin, membela orang-orang Rusia di Ukraina melawan dekaden Barat yang pada akhirnya ingin mengiris sumber daya Rusia yang sangat besar dan memberantas peradaban Rusia. Barat menyangkal plot semacam itu.

Ukraina dan Barat mengatakan Putin tidak memiliki pembenaran atas apa yang mereka sebut sebagai perang pendudukan gaya kekaisaran atau tsar. Ukraina mengatakan akan berjuang sampai tentara Rusia terakhir dikeluarkan dari wilayahnya.

Barat, kata Girkin, ingin mengobarkan situasi revolusioner di Rusia mirip dengan Revolusi Februari tahun 1917 ketika Tsar Nicholas II turun takhta di tengah kemarahan rakyat dan elite atas kegagalan Rusia dalam Perang Dunia I.

Rusia, katanya, memiliki kekurangan rudal taktis yang efektif dan tidak jelas apakah itu dapat menghasilkan cukup sementara Rusia gagal membangun superioritas udara karena pertahanan udara Ukraina yang didukung Barat.

"Kementerian Pertahanan kita hanya tidur dengan fakta bahwa seluruh dunia telah beralih ke penerbangan taktis baru," katanya.

Girkin dihukum secara in absentia oleh hakim Belanda atas pembunuhan atas perannya dalam penembakan pesawat MH17 di atas wilayah udara Ukraina pada tahun 2014 dengan hilangnya 298 penumpang dan awak.

Rusia, yang berulang kali membantah menjatuhkan pesawat Malaysia Airlines tersebut, menolak putusan itu.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1896 seconds (0.1#10.140)