Presiden Afsel Berupaya Pertahankan Kekuasaan di Tengah Skandal Korupsi

Minggu, 04 Desember 2022 - 03:30 WIB
loading...
Presiden Afsel Berupaya Pertahankan Kekuasaan di Tengah Skandal Korupsi
Presiden Afsel Berupaya Pertahankan Kekuasaan di Tengah Skandal Korupsi. FOTO/Reuters
A A A
JOHANNESBURG - Presiden Afrika Selatan (Afsel) Cyril Ramaphosa, yang terlibat dalam skandal dan di bawah ancaman pemakzulan , tidak berniat mengundurkan diri dan akan berjuang baik secara politik maupun hukum, kata orang-orang yang dekat dengannya, Sabtu (3/12/2022).

Minggu ini, tekanan meningkat agar Ramaphosa berhenti atau dipaksa lengser dari jabatannya karena perampokan uang tunai lebih dari setengah juta dolar dari pertaniannya, yang diduga dia tutupi.



Kongres Nasional Afrika (ANC) awalnya mengatakan pada Sabtu pagi akan mengadakan "sesi khusus Komite Eksekutif Nasional" pada Minggu. Kemudian dikatakan pertemuan telah ditunda hingga Senin pagi.

Pimpinan partai bertemu sebentar di Johannesburg pada hari Jumat, sebelum mengatakan kepada wartawan bahwa mereka akan melihat lebih dekat fakta-fakta kasus terhadap presiden.

Menteri Kehakiman Afsel, Ronald Lamola yakin Ramaphosa akan tetap menjabat. "Dia pasti akan melanjutkan," kata Lamola kepada penyiar publik SABC, seperti dikutip dari AFP.

Sementara Juru bicara Ramaphosa, Vincent Magwenya mengatakan presiden "serius mempertimbangkan" menantang di pengadilan laporan yang diserahkan ke parlemen minggu ini tentang perampokan.



Pada hari Rabu, panel parlemen beranggotakan tiga orang, termasuk mantan ketua mahkamah agung negara itu, mengatakan bahwa Ramaphosa "mungkin telah melakukan" tindakan yang bertentangan dengan undang-undang dan konstitusi, membuka jalan bagi proses pemakzulan.

"Mungkin demi kepentingan jangka panjang demokrasi konstitusional kita, jauh di luar kepresidenan Ramaphosa, bahwa laporan yang jelas-jelas cacat itu ditentang, terutama ketika digunakan sebagai titik referensi untuk mencopot kedudukan Kepala Negara," kata Magwenya kepada AFP.

Bahkan kepala Gereja Anglikan Afrika Selatan memperingatkan bahwa jika Ramaphosa mengundurkan diri, negara itu akan berada dalam bahaya jatuh "ke dalam anarki".

Ramaphosa telah mendapat kecaman sejak Juni, ketika seorang mantan bos mata-mata mengajukan pengaduan ke polisi dengan tuduhan bahwa presiden telah menyembunyikan perampokan pada Februari 2020 di pertaniannya di timur laut Afrika Selatan dari pihak berwenang.



Dia diduga mengatur agar para perampok diculik dan disuap agar diam. Ramaphosa mengatakan sejumlah besar uang tunai yang disimpan di peternakan itu adalah pembayaran untuk kerbau yang dibeli oleh seorang pengusaha Sudan.

Tetapi laporan yang memberatkan mempertanyakan mengapa identitas Mustafa Mohamed Ibrahim Hazim, yang dikatakan telah membeli ternak, tidak dapat diverifikasi, dan mengapa kerbau tetap berada di perkebunan Phala Phala Ramaphosa, dua jam perjalanan dari Pretoria.

"Ada keraguan serius apakah mata uang asing yang dicuri itu benar-benar berasal dari penjualan mereka," laporan itu menyimpulkan. Skandal itu telah membayangi upaya Ramaphosa untuk menggambarkan dirinya bebas korupsi setelah era pendahulunya yang tercemar korupsi, Jacob Zuma.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1274 seconds (0.1#10.140)