China: AS Ancaman Nuklir Paling Utama di Dunia

Rabu, 30 November 2022 - 14:37 WIB
loading...
China: AS Ancaman Nuklir...
Merespons laporan Pentagon, China sebut AS ancaman nuklir paling utama di dunia. Foto/Ilustrasi
A A A
WASHINGTON - Seorang pejabat China mengatakan Beijing menolak karakterisasi Pentagon tentang peningkatan kemampuan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dalam sebuah laporan terbaru. Ia beralasan bahwa Amerika Serikatlah yang memicu ketegangan nuklir, bukan China.

Pentagon baru saja merilis penilain terbarunya tentang "Perkembangan Militer dan Keamanan yang Melibatkan Republik Rakyat China", mencatat sejumlah pengamatan, termasuk peningkatan senjata nuklir China dan kekuatan rudal balistik.

Laporan tersebut memperkirakan bahwa Pasukan Roket PLA telah menggandakan kekuatan rudal balistik antarbenua (ICBM) dari 150 menjadi 300 dan akan berusaha untuk melipatgandakan hulu ledak nuklirnya dari hitungan saat ini di atas 400 menjadi 1.500 pada tahun 2035.



Namun juru bicara Kedutaan Besar China di Washington, Liu Pengyu berpendapat, laporan tersebut sama seperti laporan sebelum-sebelumnya, mengabaikan fakta dan sarat dengan bias.

"AS menggunakan laporan ini untuk menyebarkan teori 'ancaman nuklir China'," kata Liu.

"Tapi ini memanipulasi retorika untuk membingungkan opini publik, yang dilihat oleh komunitas internasional," imbuhnya.

"Faktanya, sumber utama ancaman nuklir di dunia tidak lain adalah AS sendiri," tambahnya.

“Meskipun memiliki persenjataan nuklir terbesar dan tercanggih di dunia, AS masih menginvestasikan triliunan dolar untuk meningkatkan 'triad nuklirnya', mengembangkan senjata nuklir hasil rendah dan menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir,” tuturnya.

Mengenai upaya non-proliferasi sebelumnya, Liu mencatat bagaiman AS telah menarik diri dari instrumen hukum dalam pengendalian senjata termasuk Perjanjian Anti-Rudal Balistik (ABM) yang dibatalkan oleh Presiden George W Bush pada tahun 2002 dan Perjanjian Pasukan Nuklir Jarak Menengah (INF) yang ditinggalkan oleh Presiden Donald Trump pada 2019.

Liu menegaskan bahwa Washington, pada saat yang sama, terus memajukan pengerahan sistem anti-rudal di seluruh dunia, melanjutkan penelitian dan pengembangan serta pengujian rudal berbasis darat jarak menengah dan berusaha untuk menyebarkannya di Eropa dan Asia- Pasifik, serta membentuk kelompok kecil dengan nada Perang Dingin yang kuat melalui kerja sama kapal selam nuklir AUKUS.

AUKUS diumumkan antara Australia, Inggris, dan AS tahun lalu sebagai pakta trilateral yang mencakup kerja sama di kapal selam nuklir.

"Langkah AS ini sangat merusak stabilitas strategis global serta perdamaian dan keamanan internasional," ucap Liu.



"China mendesak AS untuk dengan sungguh-sungguh memikul tanggung jawab khusus dan utamanya terhadap perlucutan senjata nuklir, dan secara drastis dan substantif mengurangi cadangan nuklirnya dengan cara yang dapat diverifikasi, tidak dapat diubah, dan mengikat secara hukum untuk menegakkan keseimbangan dan stabilitas strategis global," serunya.

Adapun posisi China, dia mengatakan negaranya tetap berkomitmen pada strategi nuklir pertahanan diri, secara aktif menganjurkan pelarangan total dan penghancuran senjata nuklir secara menyeluruh, dan menjaga kekuatan nuklirnya pada tingkat minimum yang diperlukan untuk keamanan nasional.

"China mematuhi kebijakan tidak menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu kapan saja dan dalam keadaan apa pun," ucap Liu.

"Dan dengan tegas menyanggupi untuk tidak menggunakan atau mengancam untuk menggunakan senjata nuklir terhadap negara-negara non-senjata nuklir atau zona bebas senjata nuklir tanpa syarat," ia menambahkan.

Laporan terbaru militer AS mencatat posisi yang dinyatakan China tentang penggunaan pertama dan tidak menargetkan atau mengancam penggunaan senjata nuklir terhadap negara yang tidak memiliki senjata nuklir atau di zona bebas senjata nuklir, tetapi juga berspekulasi terhadap kemungkinan pengecualian.

“Terlepas dari kebijakan ini, strategi nuklir China mungkin mencakup pertimbangan serangan nuklir sebagai tanggapan terhadap serangan non-nuklir yang mengancam kelangsungan pasukan nuklir China atau C2 (komando dan kontrol), atau yang mendekati efek strategis dari serangan nuklir,” bunyi laporan Pentagon.

“Beijing mungkin juga akan mempertimbangkan penggunaan nuklir untuk memulihkan pencegahan jika kekalahan militer konvensional sangat mengancam kelangsungan hidup RRC (Republik Rakyat China),” tambahnya.

Tetapi Liu membalas pernyataan seperti itu dengan menyatakan: "Tidak ada negara yang akan terancam oleh senjata nuklir China selama tidak menggunakan senjata nuklir melawan China."

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1145 seconds (0.1#10.140)