Inggris Tarik Pulang 300 Tentara dari Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Mali
loading...
A
A
A
LONDON - Inggris akan menarik 300 tentara yang telah dikirimnya ke Mali sebagai bagian dari Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di negara Afrika Barat itu. Langkah ini diambil menyusul penarikan serupa tahun ini oleh negara-negara Barat lainnya.
Seperti dilaporkan AFP, penarikan awal terjadi setelah Prancis dan sekutu militernya mulai menarik ribuan tentara dari Mali tahun ini, ketika junta militer negara itu mulai bekerja sama dengan kontraktor swasta milik Grup Wagner Rusia.
Penarikan pasukan Barat dari Mali tahun ini telah menimbulkan ketakutan di antara para diplomat, bahwa hal ini dapat meningkatkan kekerasan, mengacaukan tetangga dan memberanikan para ekstremis.
Menteri Angkatan Bersenjata Inggris James Heappey mengatakan kepada parlemen, bahwa kudeta baru-baru ini di Mali telah merusak upaya internasional untuk membantu membawa perdamaian di negara itu.
Mali telah mengalami peningkatan kekerasan dalam beberapa tahun terakhir oleh kelompok-kelompok yang terkait dengan Al-Qaeda dan Daesh.
“Pemerintah ini tidak dapat mengerahkan militer negara kami untuk memberikan keamanan ketika pemerintah negara tuan rumah tidak bersedia bekerja sama dengan kami untuk memberikan stabilitas dan keamanan yang langgeng,” kata Heappey.
“Kemitraan pemerintah Mali dengan Wagner, yang juga dikaitkan dengan pelanggaran hak asasi manusia, kontraproduktif dengan keamanan di kawasan itu,” tambahnya.
Heappey mengatakan komitmen Inggris untuk Afrika Barat dan pekerjaan PBB di kawasan itu akan terus berlanjut. Inggris mengirim pasukan ke Mali akhir tahun 2020 untuk memberikan dukungan pengintaian kepada misi penjaga perdamaian PBB yang terdiri dari sekitar 14.000 personel
Lihat Juga: Inilah 3 Perbedaan Raja Charles III dan Ratu Elizabeth II Tentang Agresi Israel di Palestina
Seperti dilaporkan AFP, penarikan awal terjadi setelah Prancis dan sekutu militernya mulai menarik ribuan tentara dari Mali tahun ini, ketika junta militer negara itu mulai bekerja sama dengan kontraktor swasta milik Grup Wagner Rusia.
Penarikan pasukan Barat dari Mali tahun ini telah menimbulkan ketakutan di antara para diplomat, bahwa hal ini dapat meningkatkan kekerasan, mengacaukan tetangga dan memberanikan para ekstremis.
Menteri Angkatan Bersenjata Inggris James Heappey mengatakan kepada parlemen, bahwa kudeta baru-baru ini di Mali telah merusak upaya internasional untuk membantu membawa perdamaian di negara itu.
Mali telah mengalami peningkatan kekerasan dalam beberapa tahun terakhir oleh kelompok-kelompok yang terkait dengan Al-Qaeda dan Daesh.
“Pemerintah ini tidak dapat mengerahkan militer negara kami untuk memberikan keamanan ketika pemerintah negara tuan rumah tidak bersedia bekerja sama dengan kami untuk memberikan stabilitas dan keamanan yang langgeng,” kata Heappey.
“Kemitraan pemerintah Mali dengan Wagner, yang juga dikaitkan dengan pelanggaran hak asasi manusia, kontraproduktif dengan keamanan di kawasan itu,” tambahnya.
Heappey mengatakan komitmen Inggris untuk Afrika Barat dan pekerjaan PBB di kawasan itu akan terus berlanjut. Inggris mengirim pasukan ke Mali akhir tahun 2020 untuk memberikan dukungan pengintaian kepada misi penjaga perdamaian PBB yang terdiri dari sekitar 14.000 personel
Lihat Juga: Inilah 3 Perbedaan Raja Charles III dan Ratu Elizabeth II Tentang Agresi Israel di Palestina
(esn)