Serangan Rudal Houthi Tewaskan 6 Orang di Provinsi Lahj Yaman
loading...
A
A
A
AL-MUKALLA - Empat tentara Yaman dan dua warga sipil tewas akibat serangan rudal Houthi di sebuah desa di provinsi Lahj, Yaman, Jumat (11/11/2022). Ini terjadi ketika milisi meningkatkan serangan terhadap wilayah yang dikuasai pemerintah di provinsi tersebut dan di tempat lain.
Seorang pejabat militer setempat mengatakan kepada Arab News, peluru kendali yang diluncurkan Houthi menargetkan kendaraan militer yang mengangkut pasukan dan penduduk di desa Qadash, utara provinsi Lahj, menewaskan enam orang - empat tentara dan dua warga sipil - dan melukai lebih banyak lagi.
Serangan itu mendorong pasukan pro-kemerdekaan selatan untuk melakukan serangan balik, dengan mengebom berat bagian-bagian provinsi yang dikuasai Houthi.
Juga di Lahj, seorang tentara pemerintah Yaman tewas dalam pertempuran dengan Houthi di bagian yang disengketakan di distrik Tur Al-Bahah di provinsi itu pada hari Sabtu.
Pejabat lokal dan laporan media mengatakan bahwa Houthi menyerang pasukan separatis di wilayah Hayfan distrik Tur Al-Bahah dalam upaya untuk mendapatkan wilayah. Puluhan warga sipil dan pejuang tewas dalam pertempuran di Yaman sejak gencatan senjata yang ditengahi PBB berakhir pada awal Oktober.
Gencatan senjata yang mulai berlaku pada 2 April secara signifikan mengurangi kekerasan di seluruh Yaman, memungkinkan tanker bahan bakar memasuki pelabuhan Hodeidah dan juga mengizinkan ribuan warga Yaman untuk terbang secara komersial dari Sanaa.
Houthi sendiri menolak untuk memperpanjang gencatan senjata serta membayar pegawai negeri di daerah-daerah di bawah kendali mereka. Mereka juga menolak proposal untuk mencabut sebagian pengepungan mereka terhadap Taiz, kota terbesar ketiga Yaman.
Pada hari Jumat, milisi mengabaikan tuntutan internasional untuk menghentikan serangan terhadap instalasi minyak yang dikendalikan pemerintah, mengulangi ancaman terhadap kapal tanker minyak yang mengangkut pengiriman minyak Yaman ke pasar luar negeri.
Hussein Al-Azzi, Wakil Menteri Luar Negeri Houthi, mengecam diplomat AS, Inggris, dan Prancis yang meminta milisi untuk berhenti menargetkan infrastruktur minyak, mengancam akan melanjutkan serangan sampai pemerintah Yaman setuju untuk berbagi pendapatan dari penjualan minyak.
“Sanaa akan terus menjaga aset rakyat dan tidak akan menyerah sampai semua aktivitas pencurian dan penjarahan berakhir dan lenyap sama sekali,” kata pejabat Houthi.
Bulan lalu, pemerintah Yaman menyatakan Houthi sebagai kelompok teroris dan menuntut agar masyarakat internasional mengikutinya. Langkah ini diambil setelah milisi melancarkan serangan pesawat tak berawak ke dua pelabuhan minyak di Hadramout dan Shabwa.
Seorang pejabat militer setempat mengatakan kepada Arab News, peluru kendali yang diluncurkan Houthi menargetkan kendaraan militer yang mengangkut pasukan dan penduduk di desa Qadash, utara provinsi Lahj, menewaskan enam orang - empat tentara dan dua warga sipil - dan melukai lebih banyak lagi.
Serangan itu mendorong pasukan pro-kemerdekaan selatan untuk melakukan serangan balik, dengan mengebom berat bagian-bagian provinsi yang dikuasai Houthi.
Juga di Lahj, seorang tentara pemerintah Yaman tewas dalam pertempuran dengan Houthi di bagian yang disengketakan di distrik Tur Al-Bahah di provinsi itu pada hari Sabtu.
Pejabat lokal dan laporan media mengatakan bahwa Houthi menyerang pasukan separatis di wilayah Hayfan distrik Tur Al-Bahah dalam upaya untuk mendapatkan wilayah. Puluhan warga sipil dan pejuang tewas dalam pertempuran di Yaman sejak gencatan senjata yang ditengahi PBB berakhir pada awal Oktober.
Gencatan senjata yang mulai berlaku pada 2 April secara signifikan mengurangi kekerasan di seluruh Yaman, memungkinkan tanker bahan bakar memasuki pelabuhan Hodeidah dan juga mengizinkan ribuan warga Yaman untuk terbang secara komersial dari Sanaa.
Houthi sendiri menolak untuk memperpanjang gencatan senjata serta membayar pegawai negeri di daerah-daerah di bawah kendali mereka. Mereka juga menolak proposal untuk mencabut sebagian pengepungan mereka terhadap Taiz, kota terbesar ketiga Yaman.
Pada hari Jumat, milisi mengabaikan tuntutan internasional untuk menghentikan serangan terhadap instalasi minyak yang dikendalikan pemerintah, mengulangi ancaman terhadap kapal tanker minyak yang mengangkut pengiriman minyak Yaman ke pasar luar negeri.
Hussein Al-Azzi, Wakil Menteri Luar Negeri Houthi, mengecam diplomat AS, Inggris, dan Prancis yang meminta milisi untuk berhenti menargetkan infrastruktur minyak, mengancam akan melanjutkan serangan sampai pemerintah Yaman setuju untuk berbagi pendapatan dari penjualan minyak.
“Sanaa akan terus menjaga aset rakyat dan tidak akan menyerah sampai semua aktivitas pencurian dan penjarahan berakhir dan lenyap sama sekali,” kata pejabat Houthi.
Bulan lalu, pemerintah Yaman menyatakan Houthi sebagai kelompok teroris dan menuntut agar masyarakat internasional mengikutinya. Langkah ini diambil setelah milisi melancarkan serangan pesawat tak berawak ke dua pelabuhan minyak di Hadramout dan Shabwa.
(esn)