Tiru Ukraina, Taiwan Minta Bantuan Barat Jika Diinvasi China
loading...
A
A
A
TAIPEI - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan ada ancaman nyata dari invasi China. Menurutnya, Taipei akan meminta bantuan Barat jika perang benar-benar pecah.
Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Ben Rhodes—penulis pidato Barack Obama dan mantan Deputi Penasihat Keamanan Nasional AS—di The Atlantic, Selasa (8/11/2022) Tsai mengatakan, "Kita perlu mempersiapkan diri untuk kemungkinan invasi China."
“Memang nyata bahwa hal ini bisa terjadi pada kita,” lanjut dia."Ada ancaman nyata di luar sana. Ini bukan hype.”
Taiwan telah memerintah sendiri sejak pasukan nasionalis yang dipimpin oleh Chiang Kai-shek melarikan diri ke pulau itu pada tahun 1949—setelah mereka kalah perang saudara dari Komunis.
Namun, posisi Beijing adalah bahwa Taiwan bagian integral dari China—yang disebut kebijakan "Satu China"—dan menegaskan China pasti akan dipersatukan kembali.
Menurut buku putih kebijakan China yang dirilis pada bulan Agustus lalu menyatakan bahwa Beijing akan berusaha untuk mencapai reunifikasi ini secara damai, tapi juga berhak untuk menggunakan kekuatan militer.
Menyadari bahwa militer China jauh lebih kuat daripada Taiwan, Tsai telah meningkatkan pengeluaran pertahanan sebesar 13%, dan akan menghabiskan USD19 miliar untuk militernya pada tahun 2023. Tujuan Taipei, seperti diuraikan Rhodes, adalah membuat invasi terlalu mahal bagi China.
“Jika [Tentara Pembebasan Rakyat] ingin melakukan sesuatu yang drastis, [Presiden China] Xi [Jinping] harus mempertimbangkan biayanya,” kata Tsai kepada mantan pejabat Gedung Putih itu.
"Dia harus berpikir dua kali."
Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Ben Rhodes—penulis pidato Barack Obama dan mantan Deputi Penasihat Keamanan Nasional AS—di The Atlantic, Selasa (8/11/2022) Tsai mengatakan, "Kita perlu mempersiapkan diri untuk kemungkinan invasi China."
“Memang nyata bahwa hal ini bisa terjadi pada kita,” lanjut dia."Ada ancaman nyata di luar sana. Ini bukan hype.”
Taiwan telah memerintah sendiri sejak pasukan nasionalis yang dipimpin oleh Chiang Kai-shek melarikan diri ke pulau itu pada tahun 1949—setelah mereka kalah perang saudara dari Komunis.
Namun, posisi Beijing adalah bahwa Taiwan bagian integral dari China—yang disebut kebijakan "Satu China"—dan menegaskan China pasti akan dipersatukan kembali.
Menurut buku putih kebijakan China yang dirilis pada bulan Agustus lalu menyatakan bahwa Beijing akan berusaha untuk mencapai reunifikasi ini secara damai, tapi juga berhak untuk menggunakan kekuatan militer.
Menyadari bahwa militer China jauh lebih kuat daripada Taiwan, Tsai telah meningkatkan pengeluaran pertahanan sebesar 13%, dan akan menghabiskan USD19 miliar untuk militernya pada tahun 2023. Tujuan Taipei, seperti diuraikan Rhodes, adalah membuat invasi terlalu mahal bagi China.
“Jika [Tentara Pembebasan Rakyat] ingin melakukan sesuatu yang drastis, [Presiden China] Xi [Jinping] harus mempertimbangkan biayanya,” kata Tsai kepada mantan pejabat Gedung Putih itu.
"Dia harus berpikir dua kali."