Misteri Sosok Pangeran Arab Saudi yang Djebloskan ke Penjara usai Pulang dari AS
loading...
A
A
A
RIYADH - Pangeran Abdullah bin Faisal al-Saud, salah seorang bangsawan Kerajaan Arab Saudi , ditangkap dan dijebloskan ke penjara setelah pulang dari studinya di Amerika Serikat (AS).
Sosoknya sangat misterius dan jarang dikenal publik. Pelacakan identitasnya di berbagai situs pencarian sangat sedikit yang membuahkan hasil.
Dia hanya diketahui sebagai mahasiswa pascasarjana di Northeastern University, Boston, AS.
Teman-temannya mengatakan Pangeran Abdullah bin Faisal al-Saud jarang mengungkap identitasnya sebagai anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi.
Penangkapannya diungkap oleh laporan investigasi AP, Kamis (3/11/2022). Tak disebutkan kapan penangkapannya terjadi, namun dia dijatuhi hukuman penjara 30 tahun pada Agustus 2022 atau bertambah 10 tahun dari hukuman awal 20 tahun penjara.
Menurut laporan tersebut, pihak berwenang Kerajaan Arab Saudi diduga menggunakan spyware Israel untuk menyadap para pembangkang Saudi di Amerika Serikat, termasuk Pangeran Abdullah.
Pangeran Abdullah ditangkap dan dipenjara setelah pulang ke kerajaan. Penangkapan terjadi setelah pejabat Saudi mengetahui bahwa dia telah mendiskusikan pemenjaraan sepupunya—sesama pangeran—dengan kerabatnya saat dia berada di AS.
"Abdullah dipenjara karena panggilan [telepon] itu. Hukuman awal 20 tahun dinaikkan menjadi 30 tahun pada Agustus," bunyi laporan investigasi AP.
Kedutaan Besar Arab Saudi di Washington, menanggapi laporan investigasi AP, Kamis (3/11/2022), dengan mengatakan: "Gagasan bahwa pemerintah Saudi—atau lembaganya—melecehkan warganya sendiri di luar negeri adalah tidak masuk akal."
Kedutaan tersebut tidak membahas laporan penangkapan Pangeran Abdullah.
Freedom House, sebuah kelompok penelitian dan advokasi, mengatakan Arab Saudi telah menargetkan para pengkritik di 14 negara, termasuk penargetan terkoordinasi dan dijalankan dari Amerika Serikat. Tujuannya adalah untuk memata-matai orang Saudi dan mengintimidasi mereka, atau memaksa mereka untuk kembali ke kerajaan.
“Ini mengganggu, menakutkan, dan ini merupakan pelanggaran besar terhadap [kebebasan] berbicara yang dilindungi,” kata Nate Schenkkan dari Freedom House tentang pemenjaraan baru-baru ini terhadap orang-orang Saudi yang berbasis di Barat.
Dalam pernyataannya yang menolak klaim yang menargetkan kritik di luar negeri, Kedutaan Besar Saudi di Washington mengatakan: "Sebaliknya, misi diplomatik kami di luar negeri menyediakan beragam layanan, termasuk bantuan medis dan hukum, kepada setiap warga negara yang meminta bantuan saat bepergian ke luar kerajaan."
Sosoknya sangat misterius dan jarang dikenal publik. Pelacakan identitasnya di berbagai situs pencarian sangat sedikit yang membuahkan hasil.
Dia hanya diketahui sebagai mahasiswa pascasarjana di Northeastern University, Boston, AS.
Teman-temannya mengatakan Pangeran Abdullah bin Faisal al-Saud jarang mengungkap identitasnya sebagai anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi.
Penangkapannya diungkap oleh laporan investigasi AP, Kamis (3/11/2022). Tak disebutkan kapan penangkapannya terjadi, namun dia dijatuhi hukuman penjara 30 tahun pada Agustus 2022 atau bertambah 10 tahun dari hukuman awal 20 tahun penjara.
Menurut laporan tersebut, pihak berwenang Kerajaan Arab Saudi diduga menggunakan spyware Israel untuk menyadap para pembangkang Saudi di Amerika Serikat, termasuk Pangeran Abdullah.
Pangeran Abdullah ditangkap dan dipenjara setelah pulang ke kerajaan. Penangkapan terjadi setelah pejabat Saudi mengetahui bahwa dia telah mendiskusikan pemenjaraan sepupunya—sesama pangeran—dengan kerabatnya saat dia berada di AS.
"Abdullah dipenjara karena panggilan [telepon] itu. Hukuman awal 20 tahun dinaikkan menjadi 30 tahun pada Agustus," bunyi laporan investigasi AP.
Kedutaan Besar Arab Saudi di Washington, menanggapi laporan investigasi AP, Kamis (3/11/2022), dengan mengatakan: "Gagasan bahwa pemerintah Saudi—atau lembaganya—melecehkan warganya sendiri di luar negeri adalah tidak masuk akal."
Kedutaan tersebut tidak membahas laporan penangkapan Pangeran Abdullah.
Freedom House, sebuah kelompok penelitian dan advokasi, mengatakan Arab Saudi telah menargetkan para pengkritik di 14 negara, termasuk penargetan terkoordinasi dan dijalankan dari Amerika Serikat. Tujuannya adalah untuk memata-matai orang Saudi dan mengintimidasi mereka, atau memaksa mereka untuk kembali ke kerajaan.
“Ini mengganggu, menakutkan, dan ini merupakan pelanggaran besar terhadap [kebebasan] berbicara yang dilindungi,” kata Nate Schenkkan dari Freedom House tentang pemenjaraan baru-baru ini terhadap orang-orang Saudi yang berbasis di Barat.
Dalam pernyataannya yang menolak klaim yang menargetkan kritik di luar negeri, Kedutaan Besar Saudi di Washington mengatakan: "Sebaliknya, misi diplomatik kami di luar negeri menyediakan beragam layanan, termasuk bantuan medis dan hukum, kepada setiap warga negara yang meminta bantuan saat bepergian ke luar kerajaan."
(min)