Putri Reema: Meninjau Ulang Hubungan AS-Arab Saudi Hal yang Positif
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Putri Reema binti Bandar, Duta Besar (Dubes) Arab Saudi untuk Amerika Serikat (AS) , mengatakan bahwa meninjau ulang hubungan bilateral antara Riyadh dan Washington adalah hal yang positif.
Pernyataan itu sebagai respons atas pemerintah Presiden Joe Biden bahwa mereka ingin mengevaluasi kembali hubungan kedua negara setelah negara-negara OPEC+, terutama Arab Saudi, memutuskan untuk memangkas produksi minyak besar-besaran mulai November nanti.
“Kerajaan ini bukan kerajaan lima tahun yang lalu atau kerajaan 10 tahun yang lalu; jadi setiap analisis yang ada sudah tidak relevan lagi,” kata Putri Reema dalam wawancara dengan CNN yang disiarkan Selasa (25/10/2022).
“Kami adalah populasi muda; kami memiliki kepemimpinan muda, dan kami memiliki aspirasi dan tujuan untuk terlibat dengan dunia dengan cara yang belum pernah kami lakukan sebelumnya," lanjut Putri Reema.
Hubungan antara AS dan Arab Saudi tidak stabil sejak pemerintahan Biden menjabat pada tahun 2021 dan membuat beberapa langkah kebijakan luar negeri, yang menurut Riyadh ditujukan untuk Kerajaan.
Itu termasuk pembekuan langsung penjualan senjata AS ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, menghapus Houthi yang didukung Iran dari daftar hitam kelompok teroris, mendeklasifikasi laporan intelijen tentang pembunuhan Jamal Khashoggi, dan mencoba menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran yang sekarang sudah tidak berlaku.
Biden juga menolak untuk terlibat dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman sampai dia mengunjungi Kerajaan Arab Saudi Juli lalu.
Setelah hubungan tampaknya berada di jalur normalisasi, pemerintah AS mengecam OPEC+ yang pada bulan ini memutuskan akan memangkas produksi minyak hingga 2 juta barel per hari mulai bulan depan.
Para pejabat AS menuduh Arab Saudi berada di balik “langkah politik” ini, menyebutnya “berpandangan sempit” dan mengatakan bahwa Riyadh berpihak pada Rusia.
Pernyataan itu sebagai respons atas pemerintah Presiden Joe Biden bahwa mereka ingin mengevaluasi kembali hubungan kedua negara setelah negara-negara OPEC+, terutama Arab Saudi, memutuskan untuk memangkas produksi minyak besar-besaran mulai November nanti.
“Kerajaan ini bukan kerajaan lima tahun yang lalu atau kerajaan 10 tahun yang lalu; jadi setiap analisis yang ada sudah tidak relevan lagi,” kata Putri Reema dalam wawancara dengan CNN yang disiarkan Selasa (25/10/2022).
“Kami adalah populasi muda; kami memiliki kepemimpinan muda, dan kami memiliki aspirasi dan tujuan untuk terlibat dengan dunia dengan cara yang belum pernah kami lakukan sebelumnya," lanjut Putri Reema.
Hubungan antara AS dan Arab Saudi tidak stabil sejak pemerintahan Biden menjabat pada tahun 2021 dan membuat beberapa langkah kebijakan luar negeri, yang menurut Riyadh ditujukan untuk Kerajaan.
Itu termasuk pembekuan langsung penjualan senjata AS ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, menghapus Houthi yang didukung Iran dari daftar hitam kelompok teroris, mendeklasifikasi laporan intelijen tentang pembunuhan Jamal Khashoggi, dan mencoba menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran yang sekarang sudah tidak berlaku.
Biden juga menolak untuk terlibat dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman sampai dia mengunjungi Kerajaan Arab Saudi Juli lalu.
Setelah hubungan tampaknya berada di jalur normalisasi, pemerintah AS mengecam OPEC+ yang pada bulan ini memutuskan akan memangkas produksi minyak hingga 2 juta barel per hari mulai bulan depan.
Para pejabat AS menuduh Arab Saudi berada di balik “langkah politik” ini, menyebutnya “berpandangan sempit” dan mengatakan bahwa Riyadh berpihak pada Rusia.