Sepekan Serangan Rusia, 30% Pembangkit Listrik Ukraina Hancur
loading...
A
A
A
KIEV - Hanya dalam satu pekan serangan udara Rusia yang menargetkan infrastruktur energi Ukraina, 30% pembangkit listrik di negara itu telah hancur.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan hal itu dalam tweet terbarunya.
“Kehancuran telah menyebabkan pemadaman besar-besaran di seluruh negeri,” ujar dia dalam tweet yang diposting pada Selasa pagi (18/10/2022).
Dia menyimpulkan “tidak ada ruang tersisa untuk negosiasi” dengan pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin.
Putin mengumumkan pergeseran operasi militer di Ukraina pada Senin pekan lalu, tepat setelah pasukan Rusia meluncurkan serangan rudal jarak jauh besar-besaran di seluruh Ukraina.
Dia menuduh Kiev mendalangi beberapa "serangan teroris" yang menargetkan infrastruktur utama Rusia selama beberapa bulan terakhir, termasuk serangan bom Jembatan Crimea.
Presiden Rusia mengatakan taktik Kiev membenarkan tanggapan yang sama, saat dia menegaskan Moskow sekarang menganggap infrastruktur energi Ukraina menjadi target yang sah untuk serangan militer.
Beberapa hari sebelumnya, satu ledakan besar di jembatan yang menghubungkan Crimea ke daratan Rusia merenggut tiga nyawa warga sipil dan menyebabkan kerusakan signifikan pada bagian lalu lintas jalan di jembatan tersebut.
Moskow mengklaim Ukraina berada di balik serangan itu, sementara beberapa pejabat di Kiev merayakan insiden tersebut.
Penegakan hukum Rusia sejak itu mengklaim mereka menetapkan bagaimana bom, yang disamarkan sebagai bahan konstruksi, berjalan dari Odessa, Ukraina, ke Rusia melalui sejumlah negara transit.
Penyelidik mengklaim intelijen militer Ukraina berada di balik rencana tersebut.
“Dalam dua hari pertama serangan rudal Rusia, sekitar 30% infrastruktur energi Ukraina hancur,” papar Menteri Energi Ukraina Galushchenko, kepada CNN pekan lalu.
Dia mencatat bahwa itu adalah perubahan besar dalam cara Rusia menggunakan kekuatan militernya melawan negaranya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan hal itu dalam tweet terbarunya.
“Kehancuran telah menyebabkan pemadaman besar-besaran di seluruh negeri,” ujar dia dalam tweet yang diposting pada Selasa pagi (18/10/2022).
Dia menyimpulkan “tidak ada ruang tersisa untuk negosiasi” dengan pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin.
Putin mengumumkan pergeseran operasi militer di Ukraina pada Senin pekan lalu, tepat setelah pasukan Rusia meluncurkan serangan rudal jarak jauh besar-besaran di seluruh Ukraina.
Dia menuduh Kiev mendalangi beberapa "serangan teroris" yang menargetkan infrastruktur utama Rusia selama beberapa bulan terakhir, termasuk serangan bom Jembatan Crimea.
Presiden Rusia mengatakan taktik Kiev membenarkan tanggapan yang sama, saat dia menegaskan Moskow sekarang menganggap infrastruktur energi Ukraina menjadi target yang sah untuk serangan militer.
Beberapa hari sebelumnya, satu ledakan besar di jembatan yang menghubungkan Crimea ke daratan Rusia merenggut tiga nyawa warga sipil dan menyebabkan kerusakan signifikan pada bagian lalu lintas jalan di jembatan tersebut.
Moskow mengklaim Ukraina berada di balik serangan itu, sementara beberapa pejabat di Kiev merayakan insiden tersebut.
Penegakan hukum Rusia sejak itu mengklaim mereka menetapkan bagaimana bom, yang disamarkan sebagai bahan konstruksi, berjalan dari Odessa, Ukraina, ke Rusia melalui sejumlah negara transit.
Penyelidik mengklaim intelijen militer Ukraina berada di balik rencana tersebut.
“Dalam dua hari pertama serangan rudal Rusia, sekitar 30% infrastruktur energi Ukraina hancur,” papar Menteri Energi Ukraina Galushchenko, kepada CNN pekan lalu.
Dia mencatat bahwa itu adalah perubahan besar dalam cara Rusia menggunakan kekuatan militernya melawan negaranya.
(sya)