Depot Minyak dan Kantor Bea Cukai Rusia Diserang Artileri

Minggu, 16 Oktober 2022 - 05:15 WIB
loading...
Depot Minyak dan Kantor Bea Cukai Rusia Diserang Artileri
Kebakaran di depot minyak terjadi selama penembakan di Wilayah Belgorod, Rusia. Foto/Vyacheslav Gladkov/Telegram
A A A
MOSKOW - Depot minyak dan pos pemeriksaan perbatasan telah ditembaki di wilayah Belgorod, selatan Rusia. Gubernur Vyacheslav Gladkov mengungkapkan serangan terbaru itu pada Sabtu (15/10/2022).

Insiden itu terjadi hanya sehari setelah satu rudal menghantam pembangkit listrik di kota Belgorod, menyebabkan kebakaran besar di lokasi tersebut.

“Kami memiliki penembakan lain. Salah satu peluru menghantam terminal minyak,” tulis Gladkov di saluran Telegramnya.



Dia menambahkan kemudian bahwa api yang mengikuti serangan itu telah padam. Tidak ada korban yang dilaporkan.

Sebelumnya pada Sabtu, gubernur menggunakan saluran Telegramnya untuk mengklaim 14 peluru telah ditembakkan ke kantor bea cukai di kota perbatasan Shebekino. Dia menambahkan tidak ada yang terluka.

Pejabat Rusia menuduh Kiev menyerang pembangkit listrik di Belgorod pada Jumat, mengganggu pasokan listrik sebentar.



Ukraina juga dituduh menembaki lantai atas blok apartemen 16 lantai di kota itu pada Kamis. Tidak ada korban jiwa.

Awal pekan ini, Moskow menembakkan lusinan rudal ke sasaran di Ukraina, sebagai tanggapan atas rencana sabotase oleh Kiev yang menargetkan fasilitas penting Rusia, termasuk pembangkit listrik tenaga nuklir Kursk, pipa gas TurkStream, dan Jembatan Crimea.

Kiev tidak mengkonfirmasi atau menyangkal keterlibatannya, meskipun beberapa pejabat tinggi dan lembaga pemerintah secara terbuka merayakan pemboman jembatan Crimea.

Pada Jumat, berbicara pada konferensi media di ibukota Kazakh Astana, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan "untuk saat ini" tidak perlu tambahan serangan rudal skala besar pada target Ukraina.

Dia menjelaskan bahwa militer Rusia mengejar tujuan lain.

Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Luhansk di dalam negara Ukraina.

Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada 2014. Mantan Presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”

Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass, yang sejak itu bergabung dengan Federasi Rusia, sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1805 seconds (0.1#10.140)