Gazprom: NATO Pernah Kehilangan Drone di Bawah Pipa Nord Stream

Kamis, 13 Oktober 2022 - 05:15 WIB
loading...
A A A
Pernyataan itu muncul setelah serangan sabotase yang nyata pada sistem pipa Nord Stream. Pipa Nord Stream 1 dan 2 keduanya tiba-tiba kehilangan tekanan pada 26 September, menyusul serangkaian ledakan bawah laut yang kuat di pulau Bornholm, Denmark.

Pecahnya pipa menyebabkan kebocoran gas besar-besaran ke laut terbuka dan membuat pipa tidak bisa dioperasikan.

Sementara Moskow telah menyerukan penyelidikan internasional, dengan partisipasinya sendiri, atas insiden tersebut, pihak lain tampaknya enggan untuk melakukan penyelidikan semacam itu.

Swedia, misalnya, telah secara eksplisit menyatakan tidak akan membagikan hasil investigasi ledakannya dengan Moskow.

"Di Swedia, penyelidikan awal kami bersifat rahasia, dan itu, tentu saja, juga berlaku dalam kasus ini," ungkap Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson kepada wartawan, Senin.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyalahkan “Anglo-Saxon,” bahasa sehari-hari Rusia untuk aliansi AS-Inggris, berada di balik ledakan, yang digambarkan Moskow sebagai “tindakan terorisme internasional.”

Berbicara dalam pertemuan Dewan Keamanan Rusia pada Senin, Putin mengatakan, “Kita semua tahu betul siapa penerima manfaat utama dari kejahatan ini.”

(sya)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1790 seconds (0.1#10.140)