Calon Penerus Putin: Warga Rusia Kabur dari Wajib Militer Adalah Pengkhianat
loading...
A
A
A
MOSKOW - Vyacheslav Volodin, Ketua Majelis Rendah Parlemen Rusia , mengecam ratusan ribu warga yang telah melarikan diri untuk menghindari wajib militer. Salah satu calon penerus Presiden Vladimir Putin itu menyebutnya sebagai tindakan pengkhianatan.
Presiden Putin telah mengeluarkan dekrit mobilisasi parsial untuk merekrut sekitar 300.000 tentara cadangan yang akan dikirim untuk berperang ke Ukraina.
Dekrit itu memicu protes di berbagai wilayah di Rusia. Ratusan ribu warga yang masuk kategori usia wajib militer memilih meninggalkan negara.
"Di tanah air mereka yang ditinggalkan, mereka masih memiliki orang tua, kakek-nenek, kerabat. Perbuatan mereka adalah pengkhianatan negara," tulis Volodin di saluran Telegramnya.
"Di masa depan, banyak yang akan menyesali ini. Kesadaran akan kesalahan saat kembali ke Rusia pasti akan datang, tetapi sudah terlambat," lanjut dia, seperti dikutip Newsweek, Selasa (11/10/2022).
Perang di Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari, telah memicu perlombaan baru untuk menggantikan Putin, menurut Carnegie Endowment for International Peace, sebuah lembaga think tank AS. Volodin dipandang sebagai pesaing potensial untuk menggantikan Putin.
Pernyataan Volodin datang ketika setidaknya 370.000 warga Rusia telah meninggalkan negara itu sejak keputusan mobilisasi parsial Putin diumumkan pada 21 September.
Mereka yang menghindari wajib militer melarikan diri ke negara-negara tetangga termasuk Georgia, Finlandia, Kazakhstan dan Mongolia.
Moskow telah membantah laporan 4 Oktober oleh Forbes bahwa sebanyak 700.000 orang Rusia telah meninggalkan negara itu sejak pengumuman Putin.
Presiden Putin telah mengeluarkan dekrit mobilisasi parsial untuk merekrut sekitar 300.000 tentara cadangan yang akan dikirim untuk berperang ke Ukraina.
Dekrit itu memicu protes di berbagai wilayah di Rusia. Ratusan ribu warga yang masuk kategori usia wajib militer memilih meninggalkan negara.
"Di tanah air mereka yang ditinggalkan, mereka masih memiliki orang tua, kakek-nenek, kerabat. Perbuatan mereka adalah pengkhianatan negara," tulis Volodin di saluran Telegramnya.
"Di masa depan, banyak yang akan menyesali ini. Kesadaran akan kesalahan saat kembali ke Rusia pasti akan datang, tetapi sudah terlambat," lanjut dia, seperti dikutip Newsweek, Selasa (11/10/2022).
Perang di Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari, telah memicu perlombaan baru untuk menggantikan Putin, menurut Carnegie Endowment for International Peace, sebuah lembaga think tank AS. Volodin dipandang sebagai pesaing potensial untuk menggantikan Putin.
Pernyataan Volodin datang ketika setidaknya 370.000 warga Rusia telah meninggalkan negara itu sejak keputusan mobilisasi parsial Putin diumumkan pada 21 September.
Mereka yang menghindari wajib militer melarikan diri ke negara-negara tetangga termasuk Georgia, Finlandia, Kazakhstan dan Mongolia.
Moskow telah membantah laporan 4 Oktober oleh Forbes bahwa sebanyak 700.000 orang Rusia telah meninggalkan negara itu sejak pengumuman Putin.