Putin Tegaskan Prioritas Utama Rusia dalam Referendum Donbass

Rabu, 28 September 2022 - 06:37 WIB
loading...
Putin Tegaskan Prioritas Utama Rusia dalam Referendum Donbass
Warga Severodonetsk memberikan suara mereka di tempat pemungutan suara. Foto/Sputnik/Valery Melnikov
A A A
MOSKOW - Menyelamatkan nyawa orang menjadi perhatian utama Rusia dalam referendum yang diadakan di Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk serta wilayah Zaporozhye dan Kherson yang dikuasai Rusia.

Presiden Vladimir Putin menegaskan hal itu pada Selasa (27/9/2022) di tengah ketegangan yang meningkat seiring referendum yang digelar tersebut.

“Dalam konteks operasi militer khusus dan referendum di Donbass, menyelamatkan orang di semua wilayah, yaitu menyelamatkan orang di semua wilayah di mana referendum ini diadakan, berada di garis depan,” papar Putin.



Dia menambahkan, “Itu adalah fokus perhatian seluruh masyarakat kita, seluruh negara.”

Putin menegaskan, “Tingkat kekhawatiran ini alami mengingat peristiwa dramatis baru-baru ini.”

Dia menekankan kembali posisi Moskow bahwa referendum, yang berakhir pada Selasa, pada akhirnya dimaksudkan untuk melindungi penduduk lokal dan membawa perdamaian ke wilayah tersebut.

Referendum untuk bergabung Federasi Rusia telah berlangsung di Republik Donetsk dan Luhansk, serta Wilayah Zaporozhye dan Kherson, sejak Jumat.

Pemungutan suara itu serupa dengan yang terjadi di Crimea pada Maret 2014, ketika penduduk semenanjung memilih bergabung kembali dengan Rusia dan memisahkan diri dari pemerintahan Kiev.

Menurut hasil pendahuluan yang diumumkan panitia referendum, jumlah pemilih di DPR dilaporkan lebih dari 80% pada hari keempat pemungutan suara, sedangkan di LPR melebihi 90%.

Putin mengatakan Moskow akan mendukung hasil apa pun dan akan menyambut baik daerah-daerah itu jika mereka memilih bergabung dengan Rusia.

Moskow juga telah memberi isyarat jika kedua republik dan wilayah itu bergabung, mereka akan menganggap serangan terhadap wilayah tersebut sebagai serangan terhadap wilayahnya dan akan merespons untuk mempertahankan diri.

Sejumlah pemimpin Barat, termasuk Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, mengutuk referendum itu sebagai tidak sah dan tidak demokratis serta bersumpah "tidak pernah mengakui" hasilnya.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2362 seconds (0.1#10.140)