Eks Panglima NATO: Putin Akan Ditinggalkan China Jika Gunakan Senjata Nuklir
loading...
A
A
A
BRUSSELS - Mantan Panglima Tertinggi Sekutu NATO Laksamana (Purn) James Stavridis mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin akan ditinggalkan sekutu-sekutunya, termasuk China, jika nekat menggunakan senjata nuklir di Ukraina.
Komentar Stavridis disampaikan hari Minggu (25/9/2022) setelah pemimpin Rusia secara eksplisit mengeluarkan ancaman menggunakan senjata nuklir di Ukraina dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu pekan lalu.
"Jika Rusia merasa integritas teritorialnya terancam, kami akan menggunakan semua metode pertahanan yang kami miliki, dan ini bukan gertakan," kata Putin.
"Mereka yang mencoba memeras kita dengan senjata nuklir harus tahu bahwa angin juga bisa berputar ke arah mereka," lanjut Putin.
Segera setelah dimulainya invasi ke Ukraina pada akhir Februari, Putin menempatkan pasukan nuklirnya dalam siaga tinggi.
Selama berbulan-bulan, televisi pemerintah Rusia telah membingkai perang di Ukraina sebagai pertempuran antara Barat dan Rusia, yang tujuannya dapat dipercepat jika Kremlin menggunakan sekitar 6.000 hulu ledak nuklir.
Dalam sebuah wawancara di Cats Roundtable WABC 770, Stavridis mengatakan, "Putin tidak serius mempertimbangkan untuk menggunakan senjata nuklir."
“Dia tahu jika dia melakukannya, itu akan menyebabkan dunia sepenuhnya berbalik melawannya," ujarnya.
"Dia bahkan akan kehilangan dukungan dari China, Iran. Tidak ada yang akan mendukung Rusia yang menggunakan senjata nuklir. Jadi, saya tidak menganggapnya serius," paparnya.
Komentar Stavridis disampaikan hari Minggu (25/9/2022) setelah pemimpin Rusia secara eksplisit mengeluarkan ancaman menggunakan senjata nuklir di Ukraina dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu pekan lalu.
"Jika Rusia merasa integritas teritorialnya terancam, kami akan menggunakan semua metode pertahanan yang kami miliki, dan ini bukan gertakan," kata Putin.
"Mereka yang mencoba memeras kita dengan senjata nuklir harus tahu bahwa angin juga bisa berputar ke arah mereka," lanjut Putin.
Segera setelah dimulainya invasi ke Ukraina pada akhir Februari, Putin menempatkan pasukan nuklirnya dalam siaga tinggi.
Selama berbulan-bulan, televisi pemerintah Rusia telah membingkai perang di Ukraina sebagai pertempuran antara Barat dan Rusia, yang tujuannya dapat dipercepat jika Kremlin menggunakan sekitar 6.000 hulu ledak nuklir.
Dalam sebuah wawancara di Cats Roundtable WABC 770, Stavridis mengatakan, "Putin tidak serius mempertimbangkan untuk menggunakan senjata nuklir."
“Dia tahu jika dia melakukannya, itu akan menyebabkan dunia sepenuhnya berbalik melawannya," ujarnya.
"Dia bahkan akan kehilangan dukungan dari China, Iran. Tidak ada yang akan mendukung Rusia yang menggunakan senjata nuklir. Jadi, saya tidak menganggapnya serius," paparnya.