Ledakan Guncang Melitopol Seiring Referendum Gabung Rusia
loading...
A
A
A
MELITOPOL - Kiev dituding berada di balik ledakan yang terjadi di kota Melitopol pada Jumat pagi (23/9/2022). Ledakan itu tepat ketika wilayah yang dikuasai Moskow di selatan Ukraina itu mulai memilih apakah mereka ingin secara resmi bergabung dengan Rusia.
Kabar tentang ledakan itu diungkapkan seorang pejabat setempat, dilansir RT.com.
Melitopol terletak di Wilayah Zaporozhye yang sebagian besar dikuasai pasukan Rusia.
Seorang pejabat senior yang ditunjuk Rusia, Vladimir Rogov, mengatakan para pelaku melemparkan bahan peledak dari kendaraan yang bergerak.
Ledakan yang terjadi sekitar pukul 07.00 waktu setempat itu merusak satu rumah. Rogov menuding Ukraina atas “tindakan teroris” tersebut.
Insiden itu terjadi ketika bagian dari Wilayah Zaporozhye dan Wilayah Kherson yang berdekatan mengadakan referendum lima hari untuk memisahkan diri dari Ukraina dan secara resmi bergabung dengan Rusia.
Pasukan Rusia merebut tanah-tanah itu setelah Moskow melancarkan operasi militernya di negara tetangga itu pada Februari.
Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk (DPR dan LPR) secara bersamaan mengadakan referendum mereka sendiri untuk menjadi bagian dari Rusia.
Rogov sebelumnya mengatakan Ukraina berada di balik ledakan di dekat pasar utama Melitopol pada Kamis, yang menyebabkan enam orang terluka.
Ivan Fyodorov, pejabat Ukraina yang bertanggung jawab atas Melitopol, menuduh pemerintah setempat mencoba menjebak Kiev.
Juga pada Kamis, artileri Ukraina menyerang satu bus di Donetsk, menewaskan enam orang, menurut Walikota Aleksey Kulemzin.
Pejabat kota itu kemudian melaporkan tujuh warga sipil tewas dan delapan terluka dalam penembakan hari itu.
Ukraina, Amerika Serikat, dan Uni Eropa menolak referendum itu sebagai "palsu". Mereka bersumpah tidak akan mengakui hasilnya.
Hasil referendum itu akan semakin memperburuk konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina yang didukung Barat.
Kabar tentang ledakan itu diungkapkan seorang pejabat setempat, dilansir RT.com.
Melitopol terletak di Wilayah Zaporozhye yang sebagian besar dikuasai pasukan Rusia.
Seorang pejabat senior yang ditunjuk Rusia, Vladimir Rogov, mengatakan para pelaku melemparkan bahan peledak dari kendaraan yang bergerak.
Ledakan yang terjadi sekitar pukul 07.00 waktu setempat itu merusak satu rumah. Rogov menuding Ukraina atas “tindakan teroris” tersebut.
Insiden itu terjadi ketika bagian dari Wilayah Zaporozhye dan Wilayah Kherson yang berdekatan mengadakan referendum lima hari untuk memisahkan diri dari Ukraina dan secara resmi bergabung dengan Rusia.
Pasukan Rusia merebut tanah-tanah itu setelah Moskow melancarkan operasi militernya di negara tetangga itu pada Februari.
Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk (DPR dan LPR) secara bersamaan mengadakan referendum mereka sendiri untuk menjadi bagian dari Rusia.
Rogov sebelumnya mengatakan Ukraina berada di balik ledakan di dekat pasar utama Melitopol pada Kamis, yang menyebabkan enam orang terluka.
Ivan Fyodorov, pejabat Ukraina yang bertanggung jawab atas Melitopol, menuduh pemerintah setempat mencoba menjebak Kiev.
Juga pada Kamis, artileri Ukraina menyerang satu bus di Donetsk, menewaskan enam orang, menurut Walikota Aleksey Kulemzin.
Pejabat kota itu kemudian melaporkan tujuh warga sipil tewas dan delapan terluka dalam penembakan hari itu.
Ukraina, Amerika Serikat, dan Uni Eropa menolak referendum itu sebagai "palsu". Mereka bersumpah tidak akan mengakui hasilnya.
Hasil referendum itu akan semakin memperburuk konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina yang didukung Barat.
(sya)