NATO Sesumbar Rusia Tak Bisa Menangkan Perang Nuklir
loading...
A
A
A
BRUSSELS - NATO mengatakan kepada Moskow dengan sangat jelas bahwa Rusia tidak dapat memenangkan perang nuklir.
Tak hanya itu, NATO telah mengumpulkan pasukan di perbatasan timurnya untuk "menghilangkan ruang untuk salah perhitungan atau kesalahpahaman."
Peringatan itu diungkapkan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg kepada Reuters pada Rabu.
“Ini adalah retorika nuklir yang berbahaya dan sembrono,” ujar dia kepada pemimpin redaksi Reuters Alessandra Galloni di sela-sela Sidang Umum PBB di New York.
“Dia tahu betul bahwa perang nuklir tidak boleh diperjuangkan dan tidak dapat dimenangkan dan itu akan memiliki konsekuensi yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi Rusia,” papar dia, merujuk pada Presiden Rusia Vladimir Putin.
Ditanya apa yang akan dilakukan NATO jika Rusia menggunakan senjata atom, Stoltenberg mengatakan itu "tergantung" pada keadaan, tetapi blok itu sangat jelas dalam komunikasi mereka dengan Moskow bahwa, "Perang nuklir tidak dapat dimenangkan oleh Rusia."
“Sejauh ini kami tidak melihat adanya perubahan dalam postur nuklir Rusia, tetapi NATO memantau dengan sangat cermat jika itu berubah,” ungkap dia.
Dalam pidato yang disiarkan pada Rabu pagi, Putin menuduh Barat berusaha memecah belah Rusia dan mengatakan Moskow akan menggunakan segala cara yang dimilikinya untuk mempertahankan integritas teritorial negara itu, termasuk penangkal nuklirnya, jika terjadi serangan dengan senjata pemusnah massal. Putin menekankan bahwa dia “tidak menggertak” tentang ini.
Stoltenberg bersikeras pemimpin Rusia telah "membuat kesalahan strategis" dengan Ukraina dan konflik di sana tidak berjalan sesuai dengan rencananya, seperti yang disimpulkan NATO.
Dia juga berpendapat, “Pasukan Rusia tidak diperlengkapi dengan baik dan kesulitan dengan komando, kontrol, dan pasokan, sementara Ukraina memiliki dukungan terpadu dari Barat secara kolektif, yang benar-benar diremehkan oleh Rusia.”
“Kami bukan pihak dalam konflik, tetapi kami mendukung Ukraina,” tegas Stoltenberg.
NATO telah mendukung pemerintah di Kiev dengan uang, senjata, pelatihan dan intelijen, menurut beberapa pejabat Barat dan media.
Tak hanya itu, NATO telah mengumpulkan pasukan di perbatasan timurnya untuk "menghilangkan ruang untuk salah perhitungan atau kesalahpahaman."
Peringatan itu diungkapkan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg kepada Reuters pada Rabu.
“Ini adalah retorika nuklir yang berbahaya dan sembrono,” ujar dia kepada pemimpin redaksi Reuters Alessandra Galloni di sela-sela Sidang Umum PBB di New York.
“Dia tahu betul bahwa perang nuklir tidak boleh diperjuangkan dan tidak dapat dimenangkan dan itu akan memiliki konsekuensi yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi Rusia,” papar dia, merujuk pada Presiden Rusia Vladimir Putin.
Ditanya apa yang akan dilakukan NATO jika Rusia menggunakan senjata atom, Stoltenberg mengatakan itu "tergantung" pada keadaan, tetapi blok itu sangat jelas dalam komunikasi mereka dengan Moskow bahwa, "Perang nuklir tidak dapat dimenangkan oleh Rusia."
“Sejauh ini kami tidak melihat adanya perubahan dalam postur nuklir Rusia, tetapi NATO memantau dengan sangat cermat jika itu berubah,” ungkap dia.
Dalam pidato yang disiarkan pada Rabu pagi, Putin menuduh Barat berusaha memecah belah Rusia dan mengatakan Moskow akan menggunakan segala cara yang dimilikinya untuk mempertahankan integritas teritorial negara itu, termasuk penangkal nuklirnya, jika terjadi serangan dengan senjata pemusnah massal. Putin menekankan bahwa dia “tidak menggertak” tentang ini.
Stoltenberg bersikeras pemimpin Rusia telah "membuat kesalahan strategis" dengan Ukraina dan konflik di sana tidak berjalan sesuai dengan rencananya, seperti yang disimpulkan NATO.
Dia juga berpendapat, “Pasukan Rusia tidak diperlengkapi dengan baik dan kesulitan dengan komando, kontrol, dan pasokan, sementara Ukraina memiliki dukungan terpadu dari Barat secara kolektif, yang benar-benar diremehkan oleh Rusia.”
“Kami bukan pihak dalam konflik, tetapi kami mendukung Ukraina,” tegas Stoltenberg.
NATO telah mendukung pemerintah di Kiev dengan uang, senjata, pelatihan dan intelijen, menurut beberapa pejabat Barat dan media.
(sya)