Pejabat Hongaria: Uni Eropa Pihak yang Kalah dalam Konflik Ukraina
loading...
A
A
A
BUDAPEST - Uni Eropa (UE) mengalami kerusakan politik dan ekonomi yang parah akibat penanganannya terhadap situasi di Ukraina, dan sudah dapat dinyatakan kalah dalam konflik tersebut.
Pernyataan itu diungkapkan juru bicara Majelis Nasional Hongaria Laszlo Kover pada Minggu (11/9/2022).
Laszlo Kover merupakan anggota Partai Fidesz pimpinan Perdana Menteri (PM) Viktor Orban. Dia menuduh UE gagal mencegah konflik melalui cara-cara politik, “sehingga tidak dapat memulihkan perdamaian secara diplomatis.”
“Di bawah tekanan eksternal, UE bertindak melawan kepentingan ekonomi paling dasar dan seharusnya sudah dianggap sebagai pecundang, terlepas dari pihak mana yang terlibat langsung dalam pertempuran yang akan menyatakan dirinya sebagai pemenang,” papar dia.
“Kekuatan di luar Eropa sedang mencoba mengutuk anggota blok untuk kerentanan militer, penaklukan politik, ketidakmampuan ekonomi dan energi, utang keuangan dan disintegrasi sosial, dengan Brussels membantu mereka mencapai tujuan ini,” ujar juru bicara parlemen.
Uni Eropa sedang bergulat dengan melonjaknya harga gas alam, prospek kekurangan energi di musim dingin dan lonjakan inflasi setelah sanksi yang dijatuhkan pada Rusia atas operasi militernya di Ukraina.
Brussels sebagian besar mengikuti sikap Amerika Serikat (AS) yang berusaha melemahkan Rusia melalui sanksi, sambil memasok senjata dan bantuan keuangan ke Kiev.
Hongaria tetap relatif netral sejak pecahnya pertempuran pada akhir Februari. Mereka menolak mengirim senjata ke Ukraina dan mengkritik sanksi Uni Eropa terhadap Moskow, menyebutnya disalahpahami dan merugikan diri sendiri.
Budapest, yang sangat bergantung pada energi Rusia, juga mampu menegosiasikan pengecualian untuk dirinya sendiri dari larangan minyak Rusia di seluruh blok.
Pekan lalu, Menteri Urusan Eropa Mikulas Bek dari Republik Ceko, yang sekarang memimpin Dewan Uni Eropa, memperingatkan sikap Hongaria terhadap Rusia secara teoritis dapat berakhir dengan keluar dari blok tersebut.
“Negara itu telah menempuh perjalanan panjang, mencapai tepi jurang, dan sekarang harus memutuskan apakah akan kembali dari tepi itu atau mengambil risiko melompat," ujar Bek.
Pernyataan itu diungkapkan juru bicara Majelis Nasional Hongaria Laszlo Kover pada Minggu (11/9/2022).
Laszlo Kover merupakan anggota Partai Fidesz pimpinan Perdana Menteri (PM) Viktor Orban. Dia menuduh UE gagal mencegah konflik melalui cara-cara politik, “sehingga tidak dapat memulihkan perdamaian secara diplomatis.”
“Di bawah tekanan eksternal, UE bertindak melawan kepentingan ekonomi paling dasar dan seharusnya sudah dianggap sebagai pecundang, terlepas dari pihak mana yang terlibat langsung dalam pertempuran yang akan menyatakan dirinya sebagai pemenang,” papar dia.
“Kekuatan di luar Eropa sedang mencoba mengutuk anggota blok untuk kerentanan militer, penaklukan politik, ketidakmampuan ekonomi dan energi, utang keuangan dan disintegrasi sosial, dengan Brussels membantu mereka mencapai tujuan ini,” ujar juru bicara parlemen.
Uni Eropa sedang bergulat dengan melonjaknya harga gas alam, prospek kekurangan energi di musim dingin dan lonjakan inflasi setelah sanksi yang dijatuhkan pada Rusia atas operasi militernya di Ukraina.
Brussels sebagian besar mengikuti sikap Amerika Serikat (AS) yang berusaha melemahkan Rusia melalui sanksi, sambil memasok senjata dan bantuan keuangan ke Kiev.
Hongaria tetap relatif netral sejak pecahnya pertempuran pada akhir Februari. Mereka menolak mengirim senjata ke Ukraina dan mengkritik sanksi Uni Eropa terhadap Moskow, menyebutnya disalahpahami dan merugikan diri sendiri.
Budapest, yang sangat bergantung pada energi Rusia, juga mampu menegosiasikan pengecualian untuk dirinya sendiri dari larangan minyak Rusia di seluruh blok.
Pekan lalu, Menteri Urusan Eropa Mikulas Bek dari Republik Ceko, yang sekarang memimpin Dewan Uni Eropa, memperingatkan sikap Hongaria terhadap Rusia secara teoritis dapat berakhir dengan keluar dari blok tersebut.
“Negara itu telah menempuh perjalanan panjang, mencapai tepi jurang, dan sekarang harus memutuskan apakah akan kembali dari tepi itu atau mengambil risiko melompat," ujar Bek.
(sya)