Mengapa Palestina Tidak Diakui Sebagai Negara Oleh Israel dan AS?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Israel dan Palestina telah bentrok demi memperebutkan tanah suci selama beberapa dekade. Konflik ini menjadi salah satu yang paling sulit untuk diselesaikan.
Meskipun begitu Amerika Serikat sebagai negara adidaya bukan berarti tidak melakukan apapun. Beberapa percobaan untuk menyelesaikan dengan solusi diplomatis telah dilakukan demi mendamaikan kedua belah pihak meskipun AS lebih condong ke Israel.
Tidak seperti Israel yang telah diakui sebagai suatu negara oleh Amerika Serikat pada tahun 1948. Palestina tak kunjung mendapat pengakuan tersebut. Lantas apa penyebab negara ini tak kunjung mendapat pengakuan? berikut ini adalah penjelasannya.
Dilansir dari cfr.org, Sebenarnya pada masa kepemimpinan George W. Bush telah terbuka untuk mendukung sebuah negara bernama Palestina pada 2003. Perundingan ini dilakukan oleh AS, Uni Eropa, Rusia dan PBB.
Hal tersebut berlanjut pada masa pemerintahan Presiden Obama namun diskusi tersebut gagal mencapai kesepakatan karena ketidaksepakatan tentang pemukiman, pembebasan tahanan Palestina, dan masalah lainnya pada tahun 2014.
Rencana Trump, yang dijuluki Perdamaian untuk Kemakmuran dan berjanji akan mendirikan negara Palestina asal memberi Israel kedaulatan atas Yerusalem, termasuk Kota Tua dan tempat-tempat suci, menurunkan ibu kota Palestina ke sepotong Yerusalem Timur.
Kemudian dalam rencana itu tidak memberikan hak kepada pengungsi Palestina untuk kembali ke tanah mereka sebelumnya, tetapi menjanjikan investasi senilai $50 miliar di negara Palestina yang sedang berkembang.
Peta konseptual yang disediakan dalam rencana Trump menunjukkan bahwa wilayah Palestina di Tepi Barat akan menyusut hingga 70 persen karena Israel mencaplok Lembah Yordan dan semua pemukimannya di sana.
Para kritikus menyebut rencana tersebut dibuat tanpa berkonsultasi dengan para pemimpin Palestina dan menunjukkan kemenangan bagi Israel dan akhirnya rencana tersebut tidak berjalan karena ditolak mentah mentah.
Dalam PBB sendiri keanggotaan Palestina hanya sebagai Negara pengamat non-anggota sementara Israel telah berstatus anggota penuh.
Melansir dari news.0cencor.com, Ditambah lagi banyak yang menganggap bahwa warga Palestina hanya mengklaim harus mewarisi tanah Ottoman yang pernah menjadi bagian dari Suriah. Ditambah para warganya juga tidak memiliki dokumen bersejarah atau temuan arkeologis bahwa tanah tersebut milik mereka.
Negara berdaulat yang bernama Palestina sejak dulu juga tak pernah tercatat dalam PBB yang merupakan organisasi pasca Perang Dunia I telah diberi otoritas untuk meresmikan negara-negara bekas kekuasaan Turki Usmani.
Karena sebab itulah Palestina memang belum memiliki cukup bukti sebagai sebuah negara sehingga banyak negara lain yang meragukan cerita dan kisah dari orang orangnya.
Termasuk juga Amerika Serikat yang sampai saat ini masih belum dapat mengakui Palestina sebagai suatu negara. Sehingga setiap terjadi perundingan antara Israel dan AS selalu saja pihak Palestina selalu dirugikan.
Meskipun begitu Amerika Serikat sebagai negara adidaya bukan berarti tidak melakukan apapun. Beberapa percobaan untuk menyelesaikan dengan solusi diplomatis telah dilakukan demi mendamaikan kedua belah pihak meskipun AS lebih condong ke Israel.
Tidak seperti Israel yang telah diakui sebagai suatu negara oleh Amerika Serikat pada tahun 1948. Palestina tak kunjung mendapat pengakuan tersebut. Lantas apa penyebab negara ini tak kunjung mendapat pengakuan? berikut ini adalah penjelasannya.
Dilansir dari cfr.org, Sebenarnya pada masa kepemimpinan George W. Bush telah terbuka untuk mendukung sebuah negara bernama Palestina pada 2003. Perundingan ini dilakukan oleh AS, Uni Eropa, Rusia dan PBB.
Hal tersebut berlanjut pada masa pemerintahan Presiden Obama namun diskusi tersebut gagal mencapai kesepakatan karena ketidaksepakatan tentang pemukiman, pembebasan tahanan Palestina, dan masalah lainnya pada tahun 2014.
Rencana Trump, yang dijuluki Perdamaian untuk Kemakmuran dan berjanji akan mendirikan negara Palestina asal memberi Israel kedaulatan atas Yerusalem, termasuk Kota Tua dan tempat-tempat suci, menurunkan ibu kota Palestina ke sepotong Yerusalem Timur.
Kemudian dalam rencana itu tidak memberikan hak kepada pengungsi Palestina untuk kembali ke tanah mereka sebelumnya, tetapi menjanjikan investasi senilai $50 miliar di negara Palestina yang sedang berkembang.
Peta konseptual yang disediakan dalam rencana Trump menunjukkan bahwa wilayah Palestina di Tepi Barat akan menyusut hingga 70 persen karena Israel mencaplok Lembah Yordan dan semua pemukimannya di sana.
Para kritikus menyebut rencana tersebut dibuat tanpa berkonsultasi dengan para pemimpin Palestina dan menunjukkan kemenangan bagi Israel dan akhirnya rencana tersebut tidak berjalan karena ditolak mentah mentah.
Dalam PBB sendiri keanggotaan Palestina hanya sebagai Negara pengamat non-anggota sementara Israel telah berstatus anggota penuh.
Melansir dari news.0cencor.com, Ditambah lagi banyak yang menganggap bahwa warga Palestina hanya mengklaim harus mewarisi tanah Ottoman yang pernah menjadi bagian dari Suriah. Ditambah para warganya juga tidak memiliki dokumen bersejarah atau temuan arkeologis bahwa tanah tersebut milik mereka.
Negara berdaulat yang bernama Palestina sejak dulu juga tak pernah tercatat dalam PBB yang merupakan organisasi pasca Perang Dunia I telah diberi otoritas untuk meresmikan negara-negara bekas kekuasaan Turki Usmani.
Karena sebab itulah Palestina memang belum memiliki cukup bukti sebagai sebuah negara sehingga banyak negara lain yang meragukan cerita dan kisah dari orang orangnya.
Termasuk juga Amerika Serikat yang sampai saat ini masih belum dapat mengakui Palestina sebagai suatu negara. Sehingga setiap terjadi perundingan antara Israel dan AS selalu saja pihak Palestina selalu dirugikan.
(ian)