Iran: Salman Rushdie dan Para Pendukungnya Harus Disalahkan atas Penikamannya

Senin, 15 Agustus 2022 - 18:31 WIB
loading...
Iran: Salman Rushdie dan Para Pendukungnya Harus Disalahkan atas Penikamannya
Penulis The Satanic Verses Salman Rushdie. Foto/REUTERS
A A A
TEHERAN - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Iran menegaskan tidak seorang pun memiliki hak menuduh Teheran atas serangan terhadap Salman Rushdie pada Jumat.

Menurut Iran, Rushdie yang harus disalahkan karena merendahkan umat Islam dunia.

Novelis itu telah hidup di bawah ancaman kematian selama beberapa dekade sejak membuat marah otoritas ulama di Iran melalui tulisannya.

Kini penulis The Satanic Verses itu sudah pulih setelah berulang kali ditikam di depan umum di negara bagian New York, Amerika Serikat (AS).



Dalam reaksi resmi pertama Iran terhadap serangan Jumat, juru bicara Kemlu Iran Nasser Kanaani mengatakan kebebasan berbicara tidak membenarkan penghinaan Rushdie terhadap agama.

Novelnya tahun 1988 berjudul “The Satanic Verses” dipandang sebagian Muslim mengandung bagian-bagian yang menghujat Islam.

"Selama serangan terhadap Salman Rushdie, kami tidak menganggap siapa pun selain dirinya dan para pendukungnya yang layak... dicela dan dikutuk," tegas Kanaani dalam jumpa pers.



Dia menambahkan, “Tidak ada yang berhak menuduh Iran dalam hal ini.”

Para penulis dan politisi di seluruh dunia mengutuk serangan itu. Agennya mengatakan kepada Reuters bahwa Rushdie menderita luka parah, termasuk kerusakan saraf di lengan dan luka di liver, dan kemungkinan akan kehilangan satu matanya.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada Minggu bahwa lembaga-lembaga negara Iran telah menghasut kekerasan terhadap Rushdie selama beberapa generasi.

Menurut Blinken, media yang berafiliasi dengan negara Iran telah sesumbar tentang upaya pembunuhan itu.

Penulis kelahiran India ini telah mendapatkan ancaman pembunuhan dan imbalan untuk kepalanya sejak “The Satanic Verses” diterbitkan pada tahun 1988.

Tahun berikutnya, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini mengeluarkan fatwa, atau dekrit, menyerukan umat Islam membunuh novelis dan siapa pun yang terlibat dalam penerbitan novel tersebut.

Pada tahun 1991, penerjemah novel Jepang, Hitoshi Igarashi ditikam sampai mati. “Seorang mantan siswa Igarashi pada Senin memperbarui seruan agar pembunuhan Hitoshi Igarashi diusut tuntas,” papar laporan surat kabar Ibaraki Shimbun.

Seorang juru bicara polisi mengatakan kepada Reuters bahwa penyelidikan masih aktif dan undang-undang pembatasan pengusutan kejahatan, yang berakhir pada 2006, dapat dicabut.

Penerjemah novel asal Italia itu terluka pada tahun 1991 dan dua tahun kemudian penerbitnya di Norwegia ditembak dan terluka parah.

Pada tahun 1998, pemerintahan Presiden Iran Mohammad Khatami yang pro-reformasi menjauhkan diri dari fatwa tersebut.

Dia mengatakan ancaman pembunuhan terhadap Rushdie yang telah hidup bersembunyi selama sembilan tahun, telah berakhir.

Tetapi pada tahun 2019, Twitter menangguhkan akun Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei atas tweet yang mengatakan fatwa itu “tidak dapat dibatalkan.”

Rushdie (75) telah hidup relatif terbuka dalam beberapa tahun terakhir.

Dia akan memberikan kuliah di Institusi Chautauqua di New York barat tentang pentingnya Amerika Serikat sebagai surga bagi para seniman yang ditargetkan ketika polisi mengatakan seorang pria berusia 24 tahun bergegas ke panggung dan menikamnya.

Juru bicara Kemlu Iran Kanaani mengatakan, “Rushdie telah mengekspos dirinya pada kemarahan rakyat dengan menghina kesucian Islam dan melintasi garis merah 1,5 miliar Muslim."

Kanaani mengatakan Iran tidak memiliki informasi lain tentang tersangka penyerang novelis itu kecuali apa yang muncul di media.

“Tersangka, Hadi Matar dari Fairview, New Jersey, mengaku tidak bersalah atas percobaan pembunuhan dan penyerangan di pengadilan pada Sabtu,” ungkap pengacara yang ditunjuk pengadilan, Nathaniel Barone, mengatakan kepada Reuters.

Tinjauan penegakan hukum awal terhadap akun media sosial Matar menunjukkan dia bersimpati kepada ekstremisme Syiah dan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, menurut NBC New York.

Washington menuduh IRGC melakukan kampanye ekstremis global.

Jam-e Jam yang berafiliasi dengan IRGC dan media pemerintah Iran garis keras lainnya merayakan serangan itu dan beberapa orang Iran menyuarakan dukungan untuk itu secara online.

“Matar adalah putra seorang pria dari Yaroun di Lebanon selatan,” papar Ali Tehfe, walikota kota itu.

“Orang tua Matar beremigrasi ke AS, tempat dia dilahirkan dan dibesarkan,” ujar walikota itu.

Dia mengaku tidak memiliki informasi tentang pandangan politik mereka.

Kelompok bersenjata yang didukung Iran, Hizbullah, memegang pengaruh signifikan di Yaroun, di mana poster Khomeini dan Komandan IRGC Qassem Soleimani menghiasi dinding pada akhir pekan.

Soleimani terbunuh oleh serangan pesawat tak berawak AS pada tahun 2020.

Seorang pejabat Hizbullah mengatakan kepada Reuters pada Sabtu bahwa kelompok itu tidak memiliki informasi tambahan tentang serangan Jumat.

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1878 seconds (0.1#10.140)