Ayat-Ayat Setan, Tragisnya Salman Rushdie, dan 33 Tahun Fatwa Mati Iran

Sabtu, 13 Agustus 2022 - 14:54 WIB
loading...
A A A
Serangan

Rushdie secara bertahap muncul dari kehidupan bawah tanahnya pada tahun 1991, tetapi penerjemah bahasa Jepang-nya terbunuh pada bulan Juli tahun itu.

Penerjemah bahasa Italia-nya ditikam beberapa hari kemudian dan seorang penerbit Norwegia ditembak dua tahun kemudian, meskipun tidak pernah jelas serangan itu sebagai tanggapan atas fatwa mati dari Khomeini.

Pada tahun 1993, pengunjuk rasa umat Islam membakar sebuah hotel di Sivas di Turki tengah, beberapa di antaranya marah dengan kehadiran penulis Aziz Nesin, yang berusaha menerjemahkan novel itu ke dalam bahasa Turki. Dia melarikan diri tetapi 37 orang tewas.

Pada tahun 1998, pemerintah presiden reformis Iran Mohammad Khatami meyakinkan Inggris bahwa Iran tidak akan menerapkan fatwa mati dari Khomeini tersebut.

Tapi penerus Khomeini, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan pada 2005 dia masih percaya Rushdie adalah seorang murtad yang pembunuhannya akan diizinkan oleh Islam.

Islamofobia

Banyak Muslim marah ketika Rushdie dianugerahi gelar kebangsawanan oleh Ratu Elizabeth II pada 2007 atas jasanya pada sastra.

Iran menuduh Inggris "Islamofobia", mengatakan fatwanya masih berlaku, dan ada protes Muslim yang meluas, terutama di Pakistan.

Rushdie saat itu tinggal relatif terbuka di New York tempat dia pindah pada akhir 1990-an, dan di mana novel-novel terbarunya dibuat.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1278 seconds (0.1#10.140)