Puluhan Ekonom Dunia Desak AS Cairkan Dana Afghanistan yang Dibekukan

Sabtu, 13 Agustus 2022 - 13:27 WIB
loading...
Puluhan Ekonom Dunia...
Puluhan ekonom dunia desak AS cairkan dana Afghanistan yang dibekukan. Foto/New York Post
A A A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) harus melepaskan aset Bank Sentral Afghanistan yang dibekukan tahun lalu setelah Taliban mengambil alih kekuasaan dan mengembalikannya kepada rakyat Afghanistan . Hal itu diungkapkan lebih dari 70 ekonom terkenal dalam sebuah surat terbuka pada hari Rabu.

Para ekonom dan akademisi dari AS, Inggris, India, Prancis, Kanada, Australia, dan Brasil mengatakan mereka sangat prihatin dengan bencana ekonomi dan kemanusiaan yang terjadi di Afghanistan serta peran yang dimainkan Amerika dalam “mendorongnya.”

Setelah pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban pada Agustus 2021, AS memblokir dana USD7 miliar dalam cadangan devisa Bank Sentral Afghanistan yang disimpan di Federal Reserve Bank of New York. Sedangkan USD2 miliar lainnya dibekukan oleh Inggris, Jerman, Uni Emirat Arab (UEA), dan beberapa negara lain.

"Aset yang dibekukan itu penting untuk berfungsinya ekonomi Afghanistan, termasuk fasilitasi impor makanan dan minyak, yang sangat diandalkan negara itu," bunyi surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden Joe Biden dan Menteri Keuangan AS Janet Yellen.

Baca juga: Kelompok HAM Kritik Skema Pemerintah Inggris Tangani Pengungsi Afghanistan

"Sekarang, sekitar setengah dari populasi Afghanistan menghadapi ketidakamanan pangan akut,” para ekonom memperingatkan seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (13/8/2022)

Mereka menambahkan bahwa, meskipun ada beberapa faktor yang menyebabkan situasi ekonomi yang mengerikan di Afghanistan, pembekuan aset oleh AS dan sekutunya khususnya telah berkontribusi besar terhadap keruntuhan ekonomi Afghanistan.

Para ekonom dan akademisi, termasuk pemenang hadiah Nobel Ekonomi 2001 Joseph Stiglitz serta mantan Menteri Keuangan Yunani Yanis Varoufakis, mengecam pembekuan itu sebagai "tindakan pemaksaan" yang mencegah Bank Sentral Afghanistan (DAB) dari menjalankan "fungsi normal dan esensialnya."

Surat itu juga mengutip penilaian oleh Komite Penyelamatan Internasional - sebuah asosiasi bantuan kemanusiaan global yang didirikan atas permintaan Albert Einstein - yang memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan saat ini dapat menyebabkan lebih banyak kematian daripada perang selama dua puluh tahun.

Baca juga: Protes Anti Amerika Meletus di 7 Provinsi Afghanistan

Para penandatangan surat itu juga mengkritik keputusan Biden untuk menggunakan setengah dari jumlah yang dibekukan oleh Washington – USD3,5 miliar – sebagai kompensasi kepada para korban terorisme Taliban di Amerika, termasuk korban 9/11.

"Dengan semua hak, USD7 miliar sepenuhnya adalah milik rakyat Afghanistan. Keputusan untuk membagi dana ini menjadi dua adalah sewenang-wenang dan tidak dapat dibenarkan, dan mengembalikan apa pun yang kurang dari jumlah penuh merusak pemulihan ekonomi yang hancur," kata para ekonom.

Para ekonom juga mengutuk pemerintah Taliban atas beberapa "hal-hal mengerikan" yang dilakukan, termasuk perlakuan mengerikan terhadap perempuan dan anak perempuan, dan etnis minoritas, tetapi berpendapat bahwa baik secara moral dikutuk dan secara politik serta ekonomi sembrono untuk menjatuhkan hukuman kolektif pada seluruh orang.

Washington sejauh ini belum menanggapi surat tersebut. Selama sekitar satu tahun sejak pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban, Washington telah menolak untuk mengakui pemerintah baru itu atau mengembalikan dana yang dibekukan. Pada bulan Juli, Biden juga mencabut status Afghanistan sebagai 'Sekutu Utama Non-NATO'.

Pada bulan Februari, ketika Biden menandatangani perintah eksekutif yang menjanjikan USD3,5 miliar untuk memberikan kompensasi kepada para korban terorisme Taliban di Amerika, Taliban mengecam langkah itu sebagai “pencurian” dan memperingatkan bahwa mereka akan “mempertimbangkan kembali” kebijakannya terhadap Washington jika melanjutkan rencananya.

Baca juga: Diprotes Keras, Biden Cairkan Rp50,2 Triliun Aset Afghanistan untuk Keluarga Korban 9/11

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
AS Pangkas Jumlah Jenderal...
AS Pangkas Jumlah Jenderal Bintang 4 hingga 20 Persen, Ada Apa?
Pemerintah Trump Tawarkan...
Pemerintah Trump Tawarkan Rp16,4 Juta kepada Imigran Gelap untuk Angkat Kaki dari AS
Ini Respons Donald Trump...
Ini Respons Donald Trump usai Gambarnya sebagai Paus Picu Kemarahan Katolik
Profil Yulia Svyrydenko,...
Profil Yulia Svyrydenko, Menteri Ekonomi Ukraina yang Sepakat Jual Logam Tanah Jarang Ukraina ke AS
Beda Jauh, Ini Perbandingan...
Beda Jauh, Ini Perbandingan Luas Kebakaran Israel vs Los Angeles
Trump Perintahkan Pembukaan...
Trump Perintahkan Pembukaan Kembali Penjara Alcatraz untuk Penjahat Paling Kejam di AS
AS Bakal Turunkan Tarif...
AS Bakal Turunkan Tarif Impor dari China, Trump Ajukan Syarat Ini
Setujui Perluasan Serangan,...
Setujui Perluasan Serangan, Israel Ingin Rebut dan Kuasai Gaza
Waduh! Presiden Kenya...
Waduh! Presiden Kenya William Ruto Dilempar Sepatu oleh Demonstran
Rekomendasi
Waspada World ID: Paspor...
Waspada World ID: Paspor Digital Sam Altman Iming-iming Uang, Pakar Ingatkan Risiko Data Biometrik
Garuda Indonesia Hentikan...
Garuda Indonesia Hentikan Operasional 15 Pesawat, Ada Apa?
Jonathan Frizzy Jadi...
Jonathan Frizzy Jadi Penghubung Bandar Vape Obat Keras dari Malaysia
Berita Terkini
AS Pangkas Jumlah Jenderal...
AS Pangkas Jumlah Jenderal Bintang 4 hingga 20 Persen, Ada Apa?
Kisah Wanita Inggris...
Kisah Wanita Inggris Bangun dari Stroke dengan Aksen Mandarin, Padahal Belum Pernah ke Asia
10 Fakta Mengerikan...
10 Fakta Mengerikan Penjara Alcatraz, Salah Satunya Tak Ada Harapan untuk Melarikan Diri
Mirip Nazi, Produser...
Mirip Nazi, Produser TV Israel Serukan Holocaust Gaza dengan Gas
Pemerintah Trump Tawarkan...
Pemerintah Trump Tawarkan Rp16,4 Juta kepada Imigran Gelap untuk Angkat Kaki dari AS
Rusia Tutup Semua Bandara...
Rusia Tutup Semua Bandara di Moskow akibat Serangan Pesawat Nirawak Ukraina
Infografis
Ini 3 Negara Musuh AS...
Ini 3 Negara Musuh AS yang Tidak Terkena Tarif Impor Trump
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved