Mahathir Bikin Gerakan Tanah Air, Bidik 120 Kursi di Pemilu
loading...
A
A
A
PUTRAJAYA - Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad pada Kamis (4/8/2022) meluncurkan Gerakan Tanah Air yang bertujuan untuk menghadapi Organisasi Nasional Melayu Bersatu ( UMNO ) dalam pemilihan umum mendatang.
Mahathir mengatakan, Gerakan Tanah Air berencana memperebutkan 120 kursi di Semenanjung Malaysia. Ini terutama akan menjadi kursi mayoritas Melayu. “Kami tidak rasis, tapi ini upaya melawan partai yang menipu, yaitu UMNO,” kata Mahathir, seperti dikutip dari Channel News Asia.
Empat partai politik yang tergabung dalam Gerakan Tanah Air adalah Partai Nasional Aliansi Muslim India (Iman), Parti Bumiputera Perkasa Malaysia (Putra), Parti Barisan Jemaah Islamiah Se-Malaysia (Berjasa) dan Parti Pejuang Tanah Air (Pejuang).
“(Gerakan) ini juga akan mencakup LSM, akademisi dan individu,” jelas Mahathir. Ia juga mengatakan, bahwa gerakan itu yakin akan memenangkan kursi yang akan diperebutkannya.
“Kami berharap mendapat dukungan dari masyarakat, bukan karena mereka anggota partai politik, melainkan orang Melayu yang peduli dengan masa depan mereka,” katanya. Ia menambahkan, mayoritas masyarakat miskin di Malaysia adalah orang Melayu.
“Gerakan ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi orang Melayu. Ini bukan tentang mengambil apa pun dari non-Melayu, melainkan untuk membantu orang Melayu mendapatkan bagian mereka,” kata Mahathir.
Menurutnya, kesenjangan pendapatan yang lebar antara si kaya dan si miskin dapat menyebabkan ketidakstabilan di negara ini. Mahathir juga menyatakan bahwa dia tidak ingin mendirikan partai baru karena akan memecah suara lebih jauh.
Pemilihan umum berikutnya harus diadakan pada bulan September tahun depan. Selama pemilihan umum 2018, Mahathir adalah bagian dari koalisi Pakatan Harapan (PH) yang mengklaim kekuasaan federal. Koalisi itu runtuh setelah 22 bulan.
Mahathir mengundurkan diri sebagai perdana menteri ketujuh negara itu, tugas keduanya di kantor tertinggi negara itu. Dia juga pernah menduduki kursi Perdana Menteri keempat Malaysia dari 1981 hingga 2003, ketika dia memimpin UMNO.
Ia keluar dari UMNO pada 2016 dan mendirikan Parti Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) pada tahun yang sama. Dia memimpin PH meraih kemenangan mengejutkan dalam jajak pendapat 2018, melanggar aturan 60 tahun Barisan Nasional sejak kemerdekaan negara itu.
Namun, setelah manuver politik yang dikenal sebagai "Gerakan Sheraton" pada Februari 2020 yang membuat Bersatu meninggalkan PH, koalisi digulingkan dari pemerintah federal. Mahathir kemudian dipecat dari Bersatu dan dia mendirikan Pejuang. Saat ini, Pejuang memiliki empat anggota parlemen di majelis rendah.
Mahathir mengatakan, Gerakan Tanah Air berencana memperebutkan 120 kursi di Semenanjung Malaysia. Ini terutama akan menjadi kursi mayoritas Melayu. “Kami tidak rasis, tapi ini upaya melawan partai yang menipu, yaitu UMNO,” kata Mahathir, seperti dikutip dari Channel News Asia.
Empat partai politik yang tergabung dalam Gerakan Tanah Air adalah Partai Nasional Aliansi Muslim India (Iman), Parti Bumiputera Perkasa Malaysia (Putra), Parti Barisan Jemaah Islamiah Se-Malaysia (Berjasa) dan Parti Pejuang Tanah Air (Pejuang).
“(Gerakan) ini juga akan mencakup LSM, akademisi dan individu,” jelas Mahathir. Ia juga mengatakan, bahwa gerakan itu yakin akan memenangkan kursi yang akan diperebutkannya.
“Kami berharap mendapat dukungan dari masyarakat, bukan karena mereka anggota partai politik, melainkan orang Melayu yang peduli dengan masa depan mereka,” katanya. Ia menambahkan, mayoritas masyarakat miskin di Malaysia adalah orang Melayu.
“Gerakan ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi orang Melayu. Ini bukan tentang mengambil apa pun dari non-Melayu, melainkan untuk membantu orang Melayu mendapatkan bagian mereka,” kata Mahathir.
Menurutnya, kesenjangan pendapatan yang lebar antara si kaya dan si miskin dapat menyebabkan ketidakstabilan di negara ini. Mahathir juga menyatakan bahwa dia tidak ingin mendirikan partai baru karena akan memecah suara lebih jauh.
Pemilihan umum berikutnya harus diadakan pada bulan September tahun depan. Selama pemilihan umum 2018, Mahathir adalah bagian dari koalisi Pakatan Harapan (PH) yang mengklaim kekuasaan federal. Koalisi itu runtuh setelah 22 bulan.
Mahathir mengundurkan diri sebagai perdana menteri ketujuh negara itu, tugas keduanya di kantor tertinggi negara itu. Dia juga pernah menduduki kursi Perdana Menteri keempat Malaysia dari 1981 hingga 2003, ketika dia memimpin UMNO.
Ia keluar dari UMNO pada 2016 dan mendirikan Parti Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) pada tahun yang sama. Dia memimpin PH meraih kemenangan mengejutkan dalam jajak pendapat 2018, melanggar aturan 60 tahun Barisan Nasional sejak kemerdekaan negara itu.
Namun, setelah manuver politik yang dikenal sebagai "Gerakan Sheraton" pada Februari 2020 yang membuat Bersatu meninggalkan PH, koalisi digulingkan dari pemerintah federal. Mahathir kemudian dipecat dari Bersatu dan dia mendirikan Pejuang. Saat ini, Pejuang memiliki empat anggota parlemen di majelis rendah.
(esn)