Ikut Aksi Protes, 48 Diplomat Asing Tolak Aneksasi Israel
loading...
A
A
A
JERICHO - Sejumlah diplomat internasional menolak rencana Israel untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat. Mereka mengatakan rencana itu akan merusah visi solusi dua negara. Pernyataan itu diungkapkan saat demonstrasi massa menolak rencana Israel yang diorganisir kelompok Fatah Presiden Palestina Mahmoud Abbas di kota Jericho, Tepi Barat.
Ribuan warga Palestina bergabung dalam demonstrasi massa, bersama dengan para pemimpin PLO dan Fatah dan 48 diplomat internasional. Para peserta aksi Palestina memegang spanduk untuk menentang aneksasi Israel.
"Rencana aneksasi Israel bertentangan dengan hukum internasional dan akan merusak impian perdamaian dan mendirikan negara Palestina," kata utusan PBB untuk perdamaian Timur Tengah, Nickolay Mladenov, dalam aksi demonstrasi itu.
Ia meminta masyarakat internasional untuk bergerak secepat mungkin dan mengerahkan segala upaya yang mungkin untuk menyelamatkan proses perdamaian melalui pembicaraan damai yang berakhir dengan pembentukan negara Palestina.
"Selama 25 tahun terakhir, masyarakat internasional bekerja untuk mendirikan negara Palestina yang mendiang pemimpin Palestina Yasser Arafat sebagai basisnya," ucap Mladenov seperti dilansir dari Xinhua, Selasa (23/6/2020).
Ia juga menyerukan persatuan di antara Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur.
Perwakilan Uni Eropa (UE) di Palestina, Sven Kuhn Von Burgdsroff, memperbarui penolakan UE terhadap rencana aneksasi Israel.
"UE tidak mengakui kedaulatan Israel di Wilayah Palestina yang diduduki pada tahun 1967, termasuk Yerusalem Timur," tegasnya.
"Setiap proses pencaplokan atau langkah-langkah sepihak akan menciptakan konsekuensi yang tidak dapat diperbaiki, dan secara langsung merusak solusi dua-negara berdasarkan negosiasi," ia menambahkan.
"Uni Eropa memantau dengan seksama konsekuensi dari rencana ini, dan menegaskan bahwa dalam hal aneksasi, hubungan antara UE dan Israel akan terpengaruh," katanya.
Ribuan warga Palestina bergabung dalam demonstrasi massa, bersama dengan para pemimpin PLO dan Fatah dan 48 diplomat internasional. Para peserta aksi Palestina memegang spanduk untuk menentang aneksasi Israel.
"Rencana aneksasi Israel bertentangan dengan hukum internasional dan akan merusak impian perdamaian dan mendirikan negara Palestina," kata utusan PBB untuk perdamaian Timur Tengah, Nickolay Mladenov, dalam aksi demonstrasi itu.
Ia meminta masyarakat internasional untuk bergerak secepat mungkin dan mengerahkan segala upaya yang mungkin untuk menyelamatkan proses perdamaian melalui pembicaraan damai yang berakhir dengan pembentukan negara Palestina.
"Selama 25 tahun terakhir, masyarakat internasional bekerja untuk mendirikan negara Palestina yang mendiang pemimpin Palestina Yasser Arafat sebagai basisnya," ucap Mladenov seperti dilansir dari Xinhua, Selasa (23/6/2020).
Ia juga menyerukan persatuan di antara Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur.
Perwakilan Uni Eropa (UE) di Palestina, Sven Kuhn Von Burgdsroff, memperbarui penolakan UE terhadap rencana aneksasi Israel.
"UE tidak mengakui kedaulatan Israel di Wilayah Palestina yang diduduki pada tahun 1967, termasuk Yerusalem Timur," tegasnya.
"Setiap proses pencaplokan atau langkah-langkah sepihak akan menciptakan konsekuensi yang tidak dapat diperbaiki, dan secara langsung merusak solusi dua-negara berdasarkan negosiasi," ia menambahkan.
"Uni Eropa memantau dengan seksama konsekuensi dari rencana ini, dan menegaskan bahwa dalam hal aneksasi, hubungan antara UE dan Israel akan terpengaruh," katanya.