UEA Deteksi Kasus Cacar Monyet Pertama, Kedua di Timur Tengah

Rabu, 25 Mei 2022 - 17:20 WIB
loading...
UEA Deteksi Kasus Cacar Monyet Pertama, Kedua di Timur Tengah
Uni Emirat Arab (UEA) mendeteksi kasus cacar monyer pertama pada seorang wisatawan. Foto/Ilustrasi
A A A
ABU DHABI - Uni Emirat Arab (UEA) menjadi negara Teluk pertama yang mengumumkan kasus cacar monyet pada Selasa (24/5/2022), bersikeras bahwa pihaknya "sepenuhnya siap" untuk menangani wabah apa pun.

UEA diyakini sebagai negara Timur Tengah kedua setelah Israel yang mendeteksi monkeypox, penyakit yang kemunculannya di sejumlah negara telah menimbulkan kekhawatiran setelah pandemi virus Corona .

Kementerian Kesehatan dan Pencegahan mengatakan kasus tersebut ditemukan pada seorang wanita berusia 29 tahun yang tiba dari Afrika Barat dan kini tengah menerima perawatan medis.



"Kami telah menerapkan mekanisme yang tepat untuk mendiagnosis pasien yang dicurigai," kata sebuah pernyataan kementerian itu.

"Tim penasihat teknis untuk pengendalian pandemi juga telah menyiapkan panduan komprehensif untuk pengawasan, deteksi dini penyakit, manajemen pasien yang terinfeksi secara klinis, dan tindakan pencegahan," sambung pernyataan tersebut seperti dikutip dari Al Araby, Rabu (25/5/2022).

Menurut harian UEA, The National, pihak kementerian mengatakan wanita yang didiagnosis terkena cacar monyet itu adalah seorang pengunjung alias wisatawan.



Cacar monyet, yang biasanya tidak berakibat fatal, dapat menyebabkan demam, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, kedinginan, kelelahan, dan ruam seperti cacar air di tangan dan wajah.

Virus itu dapat ditularkan melalui kontak dengan lesi kulit atau tetesan cairan tubuh dari orang yang terinfeksi.

Setelah wabah cacar monyet di Eropa dan Amerika Utara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Senin mengatakan risiko penyakit menyebar luas di antara populasi umum sangat rendah.

WHO mengatakan penularan dapat dihentikan di luar negara-negara endemik di Afrika Tengah dan Barat, menambahkan bahwa kurang dari 200 kasus yang dikonfirmasi dan dicurigai telah dicatat sejak awal Mei di Australia, Eropa dan Amerika Utara.



(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1260 seconds (0.1#10.140)