Menteri Singapura Tuding UAS Telah Meradikalisasi Warga Negeri Singa
loading...
A
A
A
SINGAPURA - Menteri Hukum dan Dalam Negeri Singapura , K. Shanmugam mengungkapkan, Ustadz Abdul Somad (UAS) telah berada dalam radar otoritas negara itu selama beberapa waktu. Hal itu dilakukan setelah terungkap bahwa beberapa orang yang diselidiki karena radikalisasi telah menonton video dan mengikuti khotbahnya.
Di antara mereka adalah seorang anak berusia 17 tahun yang ditahan di bawah Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri pada Januari 2020. Remaja itu telah menonton ceramah UAS tentang bom bunuh diri di YouTube dan meyakini jika pelaku bom bunun diri adalah martir.
"Khotbah Somad memiliki konsekuensi dunia nyata," katanya kepada wartawan di kantor pusat Kementerian Dalam Negeri (MHA) Singapura seperti dikutip dari Strait Times, Selasa (24/5/2022).
Shanmugam juga mengutip contoh-contoh terbaru dari pernyataan pendukung UAS yang telah diposting online sejak pencermah itu ditolak masuk ke Singapura minggu lalu, untuk menggambarkan ancaman langsung yang dibuat.
Pendukungnya telah membuat komentar yang menyerukan agar Singapura dibom dan dihancurkan, dengan salah satunya - sejak dihapus oleh perusahaan induk Facebook Meta - mengancam untuk mengirim pasukan pembela Islam untuk menyerang Singapura seperti 9/11 di New York 2001, dan juga akan mengusir warga Singapura yang berpura-pura transit dan tinggal di Indonesia.
Komentar lain menyatakan: "Negara kecil, namun sangat arogan, hanya dengan satu rudal dan Anda selesai."
Shanmugam kemudian mengutip isi ceramah UAS yang melabeli non-Muslim sebagai kafir, dan berkhotbah bahwa Muslim tidak boleh menerima non-Muslim sebagai pemimpin mereka dengan mengatakan non-Muslim dapat berkonspirasi untuk menindas Muslim dan "menggorok leher mereka."
Shanmugam mengatakan seseorang yang mengatakan ini di Singapura akan dikunjungi oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri dan dimasukkan ke balik jeruji besi.
"Bahasanya, retorikanya, seperti yang Anda lihat, sangat memecah belah - sama sekali tidak dapat diterima di Singapura," ujarnya.
"Kerukunan ras, agama, kami menganggap (ini) mendasar bagi masyarakat kami dan sebagian besar warga Singapura menerima itu," jelasnya.
Shanmugam mencatat popularitas UAS di Indonesia dengan 6,5 juta pengikut di Instagram, 2,7 juta pelanggan di YouTube dan lebih dari 700.000 pengikut di Facebook.
"Dalam perspektif saya sendiri, penolakan itu telah memberinya publisitas," ujar Shanmugam.
"Dia memanfaatkan publisitas secara maksimal dan dia sekarang, dalam pandangan saya, terlibat dalam lebih banyak aksi publisitas. Dia mengatakan bahwa dia akan mencoba memasuki Singapura lagi," imbuhnya.
Alasan yang diberikan UAS dalam video YouTube yang diunggah pada Rabu, adalah bahwa Singapura adalah "Tanah Melayu" dan bagian dari Riau, serta "Kerajaan Melayu Temasek".
"Oleh karena itu, kedaulatan kami tidak relevan. Kami bukan negara yang terpisah dari sudut pandangnya," tegas Shanmugam.
"Banyak pendukungnya, sebagian besar di Indonesia, merasa gusar. Mereka mengatakan Singapura 'tidak menghormati' Muslim dan cendekiawan Islam," ujarnya.
Menteri Singapura itu mencatat bahwa tempat-tempat lain juga telah menolak masuknya UAS dalam beberapa tahun terakhir, termasuk Hong Kong, Timor Leste, Inggris, Jerman dan Swiss.
"Saya bertanya-tanya apakah pendukung Somad juga mengancam China, karena dia ditolak masuk ke Hong Kong, dan mengancam negara-negara Eropa lainnya. Atau hanya Singapura yang mendapat perhatian khusus dan mereka cukup berani untuk mengancam Singapura, tetapi bukan yang lain?" ujarnya.
“Mayoritas warga Singapura, semua ras dan agama, mendukung keputusan untuk menolak Somad masuk ke negara itu. Mereka tahu bahwa di Singapura, semua agama diperlakukan sama, atas dasar yang sama. Somad tidak dipilih untuk agamanya, tetapi pandangannya yang tidak dapat diterima dalam konteks Singapura," ia menambahkan.
Shanmugam menggambarkan tanggapan pemerintah Indonesia sebagai sangat wajar dan sangat tepat.
"Singapura yang memutuskan siapa yang boleh masuk ke Singapura. Itu benar, sama seperti Indonesia yang memutuskan siapa yang boleh masuk ke Indonesia. Setiap negara yang memutuskan siapa yang boleh masuk ke negara itu - aspek dasar. kedaulatan,” katanya.
Menteri Singapura itu menambahkan bahwa perasaannya adalah bahwa mayoritas orang Indonesia "mengakui apa yang sebenarnya dilakukan Somad dan para pendukungnya".
"Adapun Somad dan pendukungnya, mereka tidak menghormati Singapura sebagai negara yang terpisah," kata Menteri Singapura itu.
"Mereka dapat memberi tahu kami apa yang harus dilakukan. Ini memberi tahu Anda apa yang sebenarnya mereka pikirkan tentang Singapura. Dan jika kami tidak melakukan apa yang mereka katakan kepada kami, maka mereka mengancam akan menyerang," tambahnya.
"Saya bersyukur bahwa begitu banyak orang Indonesia - pejabat maupun komentator - telah menolak klaim ini dan membela Singapura. Mereka tahu tuduhan terhadap Singapura salah," kata Shanmugam.
"Saya telah mengatakan ini dalam banyak kesempatan - kami mengambil pendekatan tanpa toleransi dan pendekatan yang adil terhadap segala bentuk ujaran kebencian dan ideologi yang memecah belah. Dan itu tidak ditujukan pada individu tertentu, atau agama tertentu, atau kebangsaan tertentu. Posisi kami berlaku sama untuk semua orang," pungkasnya.
UAS ditolak masuk ke Singapura pada pekan lalu. Dalam penjelasannya, Kementerian Dalam Negeri (MHA) Singapura mengatakan UAS mengajarkan ajaran ekstremis dan segregasionisnya, yang tidak dapat diterima dalam masyarakat multiras dan multiagama negara itu.
Poin lain yang menjadi dasar pemerintah Singapura menolak UAS karena yang bersangkutan dianggap mendukung aksi bom bunuh diri. Dalam pernyataannya, MHA merujuk pada khotbah UAS yang menyatakan aksi bom bunuh diri dalam konteks konflik Israel-Palestina adalah sah dan dianggap sebagai operasi syahid.
UAS juga dianggap telah merendahkan anggota komunitas agama lain. MHA pun kembali merujuk pada ceramah UAS yang menggambarkan salib Kristen sebagai tempat tinggal jin kafir. Selain itu, MHA juga menyatakan pernyataan UAS yang menyebut non-Muslim sebagai kafir sebagai alasan penolakan lainnya.
Lihat Juga: Bintang Porno Jepang yang Pasang Tarif Rp306 Juta untuk Seks Ditangkap dalam Operasi Hong Kong
Di antara mereka adalah seorang anak berusia 17 tahun yang ditahan di bawah Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri pada Januari 2020. Remaja itu telah menonton ceramah UAS tentang bom bunuh diri di YouTube dan meyakini jika pelaku bom bunun diri adalah martir.
"Khotbah Somad memiliki konsekuensi dunia nyata," katanya kepada wartawan di kantor pusat Kementerian Dalam Negeri (MHA) Singapura seperti dikutip dari Strait Times, Selasa (24/5/2022).
Shanmugam juga mengutip contoh-contoh terbaru dari pernyataan pendukung UAS yang telah diposting online sejak pencermah itu ditolak masuk ke Singapura minggu lalu, untuk menggambarkan ancaman langsung yang dibuat.
Pendukungnya telah membuat komentar yang menyerukan agar Singapura dibom dan dihancurkan, dengan salah satunya - sejak dihapus oleh perusahaan induk Facebook Meta - mengancam untuk mengirim pasukan pembela Islam untuk menyerang Singapura seperti 9/11 di New York 2001, dan juga akan mengusir warga Singapura yang berpura-pura transit dan tinggal di Indonesia.
Komentar lain menyatakan: "Negara kecil, namun sangat arogan, hanya dengan satu rudal dan Anda selesai."
Shanmugam kemudian mengutip isi ceramah UAS yang melabeli non-Muslim sebagai kafir, dan berkhotbah bahwa Muslim tidak boleh menerima non-Muslim sebagai pemimpin mereka dengan mengatakan non-Muslim dapat berkonspirasi untuk menindas Muslim dan "menggorok leher mereka."
Shanmugam mengatakan seseorang yang mengatakan ini di Singapura akan dikunjungi oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri dan dimasukkan ke balik jeruji besi.
"Bahasanya, retorikanya, seperti yang Anda lihat, sangat memecah belah - sama sekali tidak dapat diterima di Singapura," ujarnya.
"Kerukunan ras, agama, kami menganggap (ini) mendasar bagi masyarakat kami dan sebagian besar warga Singapura menerima itu," jelasnya.
Shanmugam mencatat popularitas UAS di Indonesia dengan 6,5 juta pengikut di Instagram, 2,7 juta pelanggan di YouTube dan lebih dari 700.000 pengikut di Facebook.
"Dalam perspektif saya sendiri, penolakan itu telah memberinya publisitas," ujar Shanmugam.
"Dia memanfaatkan publisitas secara maksimal dan dia sekarang, dalam pandangan saya, terlibat dalam lebih banyak aksi publisitas. Dia mengatakan bahwa dia akan mencoba memasuki Singapura lagi," imbuhnya.
Alasan yang diberikan UAS dalam video YouTube yang diunggah pada Rabu, adalah bahwa Singapura adalah "Tanah Melayu" dan bagian dari Riau, serta "Kerajaan Melayu Temasek".
"Oleh karena itu, kedaulatan kami tidak relevan. Kami bukan negara yang terpisah dari sudut pandangnya," tegas Shanmugam.
"Banyak pendukungnya, sebagian besar di Indonesia, merasa gusar. Mereka mengatakan Singapura 'tidak menghormati' Muslim dan cendekiawan Islam," ujarnya.
Menteri Singapura itu mencatat bahwa tempat-tempat lain juga telah menolak masuknya UAS dalam beberapa tahun terakhir, termasuk Hong Kong, Timor Leste, Inggris, Jerman dan Swiss.
"Saya bertanya-tanya apakah pendukung Somad juga mengancam China, karena dia ditolak masuk ke Hong Kong, dan mengancam negara-negara Eropa lainnya. Atau hanya Singapura yang mendapat perhatian khusus dan mereka cukup berani untuk mengancam Singapura, tetapi bukan yang lain?" ujarnya.
“Mayoritas warga Singapura, semua ras dan agama, mendukung keputusan untuk menolak Somad masuk ke negara itu. Mereka tahu bahwa di Singapura, semua agama diperlakukan sama, atas dasar yang sama. Somad tidak dipilih untuk agamanya, tetapi pandangannya yang tidak dapat diterima dalam konteks Singapura," ia menambahkan.
Shanmugam menggambarkan tanggapan pemerintah Indonesia sebagai sangat wajar dan sangat tepat.
"Singapura yang memutuskan siapa yang boleh masuk ke Singapura. Itu benar, sama seperti Indonesia yang memutuskan siapa yang boleh masuk ke Indonesia. Setiap negara yang memutuskan siapa yang boleh masuk ke negara itu - aspek dasar. kedaulatan,” katanya.
Menteri Singapura itu menambahkan bahwa perasaannya adalah bahwa mayoritas orang Indonesia "mengakui apa yang sebenarnya dilakukan Somad dan para pendukungnya".
"Adapun Somad dan pendukungnya, mereka tidak menghormati Singapura sebagai negara yang terpisah," kata Menteri Singapura itu.
"Mereka dapat memberi tahu kami apa yang harus dilakukan. Ini memberi tahu Anda apa yang sebenarnya mereka pikirkan tentang Singapura. Dan jika kami tidak melakukan apa yang mereka katakan kepada kami, maka mereka mengancam akan menyerang," tambahnya.
"Saya bersyukur bahwa begitu banyak orang Indonesia - pejabat maupun komentator - telah menolak klaim ini dan membela Singapura. Mereka tahu tuduhan terhadap Singapura salah," kata Shanmugam.
"Saya telah mengatakan ini dalam banyak kesempatan - kami mengambil pendekatan tanpa toleransi dan pendekatan yang adil terhadap segala bentuk ujaran kebencian dan ideologi yang memecah belah. Dan itu tidak ditujukan pada individu tertentu, atau agama tertentu, atau kebangsaan tertentu. Posisi kami berlaku sama untuk semua orang," pungkasnya.
UAS ditolak masuk ke Singapura pada pekan lalu. Dalam penjelasannya, Kementerian Dalam Negeri (MHA) Singapura mengatakan UAS mengajarkan ajaran ekstremis dan segregasionisnya, yang tidak dapat diterima dalam masyarakat multiras dan multiagama negara itu.
Poin lain yang menjadi dasar pemerintah Singapura menolak UAS karena yang bersangkutan dianggap mendukung aksi bom bunuh diri. Dalam pernyataannya, MHA merujuk pada khotbah UAS yang menyatakan aksi bom bunuh diri dalam konteks konflik Israel-Palestina adalah sah dan dianggap sebagai operasi syahid.
UAS juga dianggap telah merendahkan anggota komunitas agama lain. MHA pun kembali merujuk pada ceramah UAS yang menggambarkan salib Kristen sebagai tempat tinggal jin kafir. Selain itu, MHA juga menyatakan pernyataan UAS yang menyebut non-Muslim sebagai kafir sebagai alasan penolakan lainnya.
Lihat Juga: Bintang Porno Jepang yang Pasang Tarif Rp306 Juta untuk Seks Ditangkap dalam Operasi Hong Kong
(ian)