Presenter Perempuan Afghanistan Melawan Taliban, Tolak Menutup Wajah Saat Siaran

Sabtu, 21 Mei 2022 - 21:47 WIB
loading...
Presenter Perempuan Afghanistan Melawan Taliban, Tolak Menutup Wajah Saat Siaran
Presenter perempuan Afghanistan menolak perintah Taliban untuk mengenakan penutup wajah saat siaran. Foto/Ilustrasi
A A A
KABUL - Sejumlah pembawa acara atau presenter perempuan di saluran TV terkemuka Afghanistan pada hari Sabtu (21/5/2022) mengudara tanpa menutupi wajah mereka. Mereka menentang perintah Taliban bahwa yang mengharuskan mereka menutupi wajahnya saat siaran.

Sejak kembali berkuasa tahun lalu, Taliban telah memberlakukan banyak pembatasan pada masyarakat sipil, banyak yang berfokus pada mengekang hak-hak perempuan dan anak perempuan.

Awal bulan ini pemimpin tertinggi Afghanistan Hibatullah Akhundzada mengeluarkan diktat bagi perempuan untuk menutup sepenuhnya tubuh mereka di depan umum, termasuk wajah, idealnya dengan burqa tradisional.

Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan yang ditakuti kemudian memerintahkan pembawa acara TV perempuan untuk mengikutinya pada hari Sabtu. Sebelumnya mereka hanya diwajibkan memakai jilbab.



Tapi penyiar TOLOnews, Shamshad TV dan 1TV semuanya menayangkan program langsung hari Sabtu dengan wajah presenter perempuan terlihat.

"Rekan-rekan perempuan kami khawatir jika mereka menutupi wajah mereka, hal berikutnya yang akan mereka katakan adalah berhenti bekerja," kata kepala berita TV Shamshad, Abid Ehsas.

"Inilah alasan mengapa mereka sejauh ini tidak mematuhi perintah itu," katanya kepada AFP seperti dikutip dari France24.

Ia menambahkan bahwa saluran tersebut telah meminta diskusi lebih lanjut dengan Taliban mengenai masalah tersebut.

Seorang presenter perempuan mengatakan perintah Taliban seperti ini telah menyebabkan banyak jurnalis perempuan meninggalkan Afghanistan sejak kelompok Islam garis keras itu kembali berkuasa.

"Perintah terbaru mereka telah menghancurkan hati para presenter perempuan dan banyak yang sekarang berpikir mereka tidak memiliki masa depan di negara ini," katanya, meminta untuk tidak disebutkan namanya.



"Saya berpikir untuk meninggalkan negara ini. Keputusan seperti ini akan memaksa banyak profesional untuk pergi," imbuhnya.

Juru bicara wakil Kementerian Promosi Kebajikan dan Pencegahan, Mohammad Sadeq Akif Mohajir, mengatakan para presenter perempuan itu melanggar arahan Taliban.

"Jika mereka tidak mematuhi kami akan berbicara dengan manajer dan wali dari presenter," katanya kepada AFP.

"Siapa pun yang hidup di bawah sistem dan pemerintahan tertentu harus mematuhi hukum dan aturan sistem itu, jadi mereka harus menjalankan perintah itu," tegasnya.

Taliban telah menuntut agar pegawai pemerintah perempuan dipecat jika mereka gagal mengikuti aturan berpakaian yang baru.

Laki-laki yang bekerja di pemerintahan juga berisiko diskors jika istri atau anak perempuan mereka tidak patuh.



Mohajir mengatakan manajer media dan wali laki-laki dari pembawa acara perempuan juga akan bertanggung jawab atas hukuman jika perintah itu tidak dipatuhi.

Selama dua dekade intervensi militer pimpinan Amerika Serikat (AS) di Afghanistan, perempuan dan anak perempuan mendapatkan keuntungan kecil di negara yang sangat patriarki itu.

Segera setelah mereka mengambil alih, Taliban menjanjikan versi yang lebih lembut dari aturan Islam yang keras yang menandai tugas pertama mereka dalam kekuasaan dari tahun 1996 hingga 2001.

Bagaimanapun, sejak pengambilalihan, perempuan telah dilarang bepergian sendiri dan gadis remaja dilarang sekolah menengah.

Dalam 20 tahun setelah Taliban digulingkan dari kekuasaan pada tahun 2001, banyak wanita di pedesaan konservatif terus mengenakan burqa.

Tapi kebanyakan perempuan Afghanistan, termasuk presenter TV, memilih mengenakan jilbab Islami.



Saluran televisi telah berhenti menayangkan drama dan sinetron yang menampilkan perempuan, mengikuti perintah dari otoritas Taliban.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2283 seconds (0.1#10.140)