Presiden Baru Korsel Diprediksi Akan Bersikap Keras pada Korut

Minggu, 08 Mei 2022 - 16:29 WIB
loading...
Presiden Baru Korsel Diprediksi Akan Bersikap Keras pada Korut
Presiden Baru Korsel Diprediksi Akan Bersikap Keras pada Korut. FOTO/Reuters
A A A
SEOUL - Presiden baru Korea Selatan (Korsel), Yoon Suk-yeol akan dilantik pada Selasa (10/5/2022). Ia diprediksi akan bersikap keras terhadap Korea Utara (Korut), sikap yang berbeda dengan yang diterapkan oleh pendahulunya.

Selama lima tahun terakhir, Seoul telah menerapkan kebijakan keterlibatan dengan Korut, menengahi pertemuan puncak antara Kim Jong-un dan presiden Amerika Serikat saat itu Donald Trump sambil mengurangi latihan militer gabungan dengan AS yang dianggap Pyongyang sebagai provokatif.



Tetapi pembicaraan gagal pada 2019 dan telah terbengkelai sejak itu, sementara Korut yang memiliki senjata nuklir telah secara dramatis meningkatkan tes senjata mereka. Korut tercatat melakukan 14 uji coba selama tahun ini, termasuk peluncuran rudal balistik antarbenua terbesar yang pernah ada.

“Tidak seperti mantan Presiden Moon Jae-in, yang melihat Korut sebagai mitra negosiasi, pemimpin baru Yoon Suk-yeol melihat negara itu sebagai musuh,” kata Cheong Seong-chang dari Pusat Studi Korea Utara di Institut Sejong, seperti dikutip dari AFP.

Menurutnya, Yoon telah berjanji untuk secara resmi mendefinisikan Pyongyang sebagai "musuh utama" Korsel. Sikap garis keras ini tampaknya telah membuat Pyongyang kesal.



Pada hari Kamis, situs propaganda Korut, Uriminzokkiri mengatakan Yoon sedang mengobarkan "kegilaan konfrontatif" dan "tidak masuk akal" baginya untuk membahas serangan pencegahan.

Moon, yang bertemu Jong-un empat kali saat menjabat, berusaha menghindari pertukaran retorika yang keras dengan Pyongyang, dengan memprioritaskan keterlibatan. Tapi, Cheong memperingatkan perjalanan yang sulit di depan.

“Alih-alih diplomasi yang rumit, Yoon menginginkan denuklirisasi yang lengkap dan dapat diverifikasi dari Korea Utara - sesuatu yang merupakan kutukan bagi Kim,” kata Hong Min, seorang peneliti di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1504 seconds (0.1#10.140)