Dor! Dua Polisi Selandia Baru Ditembak, Satu Tewas
loading...
A
A
A
WELLINGTON - Dua orang polisi Selandia Baru yang tidak bersenjata ditembak saat menghentikan sebuah mobil untuk melakukan pemeriksaan. Seorang dinyatakan tewas, sedangkan satu lainnya terluka parah. Peristiwa ini adalah yang pertama sejak 2009.
Kepala polisi Selandia Baru, Komisaris Polisi Andrew Coster mengatakan, kedua polisi itu ditembak saat berusaha menghentikan sebuah mobil di pinggiran Massey pada Jumat (19/6/2020) pagi.
"Polisi melihat kendaraan yang menarik perhatian pada hari Jumat, dan berusaha memintanya menepi," kata Coster.
Tetapi, kata Coster, mobil itu tetap melaju dan polisi kehilangan jejaknya sampai kemudian menemukannya mengalami kecelakaan di jalan.
"Seorang pria keluar dari mobil bersenjatakan senapan laras panjang dan menembaki polisi, menyebabkan seorang perwira tewas dan seorang lainnya dalam kondisi serius. Pelaku kemudian masuk ke mobil kedua dan melarikan diri dengan orang lain," ujar Coster seperti dikutip dari CNN.
Seorang warga juga dirawat karena mengalami cedera ringan setelah ditabrak mobil pelaku saat melarikan diri dari polisi.
Setelah insiden itu, perburuan diluncurkan dan sekolah-sekolah di daerah tersebut dikunci. Coster mengatakan senjata api yang digunakan dalam aksi penembakan itu telah ditemukan dan polisi sedang memeriksa dua orang.
Pihak kepolisian pun mengelurkan perintah agar anggotanya dipersenjatai di seluruh Auckland. Untuk diketahui, polisi Selandia Baru pada umumnya tidak membawa senjata. Negara ini memiliki tingkat kejahatan terkait senjata yang relatif rendah, dan insiden di mana petugas polisi terbunuh dalam menjalankan tugas tidak lazim.
Menurut situs web kepolisian Selandia Baru, sejak 1890, hanya 32 perwira polisi tewas karena tindak kejahatan saat menjalankan tugas mereka. Yang terakhir terbunuh adalah perwira Senior Constable Len Snee, yang terluka parah saat melakukan surat perintah pencarian rutin di sebuah properti di Napier pada tahun 2009.
"Ini adalah berita yang menghancurkan dan benar-benar hal terburuk yang harus kita tangani," kata Coster.
"Ini hari yang mengerikan bagi kami," sambungnya.
"Yang jelas insiden ini berlangsung sangat cepat. Insiden itu menunjukkan risiko nyata yang dihadapi petugas kami saat mereka melakukan pekerjaan mereka setiap hari," tukasnya.
Masalah apakah petugas kepolisian Selandia Baru harus dipersenjatai telah menjadi bahan perdebatan sengit dalam beberapa pekan terakhir.
Menyusul penembakan di masjid Christchurch tahun lalu, di mana 51 orang terbunuh, polisi meluncurkan persidangan tim tanggapan bersenjata kontroversial di tiga distrik.
Coster mengumumkan minggu lalu bahwa persidangan tidak akan dilanjutkan, dengan mengatakan tim bersenjata tidak sejalan dengan gaya kepolisian yang diharapkan oleh Selandia Baru.
"Kami polisi dengan persetujuan publik, dan itu adalah hak istimewa," katanya dalam sebuah pernyataan saat itu.
Kepala polisi Selandia Baru, Komisaris Polisi Andrew Coster mengatakan, kedua polisi itu ditembak saat berusaha menghentikan sebuah mobil di pinggiran Massey pada Jumat (19/6/2020) pagi.
"Polisi melihat kendaraan yang menarik perhatian pada hari Jumat, dan berusaha memintanya menepi," kata Coster.
Tetapi, kata Coster, mobil itu tetap melaju dan polisi kehilangan jejaknya sampai kemudian menemukannya mengalami kecelakaan di jalan.
"Seorang pria keluar dari mobil bersenjatakan senapan laras panjang dan menembaki polisi, menyebabkan seorang perwira tewas dan seorang lainnya dalam kondisi serius. Pelaku kemudian masuk ke mobil kedua dan melarikan diri dengan orang lain," ujar Coster seperti dikutip dari CNN.
Seorang warga juga dirawat karena mengalami cedera ringan setelah ditabrak mobil pelaku saat melarikan diri dari polisi.
Setelah insiden itu, perburuan diluncurkan dan sekolah-sekolah di daerah tersebut dikunci. Coster mengatakan senjata api yang digunakan dalam aksi penembakan itu telah ditemukan dan polisi sedang memeriksa dua orang.
Pihak kepolisian pun mengelurkan perintah agar anggotanya dipersenjatai di seluruh Auckland. Untuk diketahui, polisi Selandia Baru pada umumnya tidak membawa senjata. Negara ini memiliki tingkat kejahatan terkait senjata yang relatif rendah, dan insiden di mana petugas polisi terbunuh dalam menjalankan tugas tidak lazim.
Menurut situs web kepolisian Selandia Baru, sejak 1890, hanya 32 perwira polisi tewas karena tindak kejahatan saat menjalankan tugas mereka. Yang terakhir terbunuh adalah perwira Senior Constable Len Snee, yang terluka parah saat melakukan surat perintah pencarian rutin di sebuah properti di Napier pada tahun 2009.
"Ini adalah berita yang menghancurkan dan benar-benar hal terburuk yang harus kita tangani," kata Coster.
"Ini hari yang mengerikan bagi kami," sambungnya.
"Yang jelas insiden ini berlangsung sangat cepat. Insiden itu menunjukkan risiko nyata yang dihadapi petugas kami saat mereka melakukan pekerjaan mereka setiap hari," tukasnya.
Masalah apakah petugas kepolisian Selandia Baru harus dipersenjatai telah menjadi bahan perdebatan sengit dalam beberapa pekan terakhir.
Menyusul penembakan di masjid Christchurch tahun lalu, di mana 51 orang terbunuh, polisi meluncurkan persidangan tim tanggapan bersenjata kontroversial di tiga distrik.
Coster mengumumkan minggu lalu bahwa persidangan tidak akan dilanjutkan, dengan mengatakan tim bersenjata tidak sejalan dengan gaya kepolisian yang diharapkan oleh Selandia Baru.
"Kami polisi dengan persetujuan publik, dan itu adalah hak istimewa," katanya dalam sebuah pernyataan saat itu.
(ber)