Ritual Jalan Salib Umat Katolik Filipina: Tiru Derita Yesus Dicambuk hingga Berdarah-darah
loading...
A
A
A
MANILA - Umat Katolik di Filipina menjalani ritual "Jalan Salib" menjelang Jumat Agung ketika negara itu menandai Paskah. Sebagian dari mereka menirukan penderitaan Yesus dengan memanggul salib kayu sambil dicambuk hingga berdarah-darah.
Puluhan pria—dengan wajah tertutup—berjalan tanpa alas kaki saat mereka mencambuk diri dengan cambuk bambu di bawah terik matahari di dekat ibu kota Manila, sementara yang lain membawa salib kayu saat mereka dicambuk, dalam sebuah ritual yang tidak disukai oleh Gereja.
Roy Balatbat, dengan kulitnya yang masih luka akibat cambukan di depan umum pada hari Kamis, berjalan sekitar satu kilometer, menyerang dirinya sendiri dan berhenti untuk sujud di tanah yang panas.
“Ini menghukum tetapi jika Anda memiliki keinginan, Anda akan menanggung rasa sakitnya,” kata Balatbat (49) mengatakan kepada AFP di kota Hagonoy, yang dilansir Jumat (15/4/2022).
“Saya telah melakukan ini selama 30 tahun sejak saya masih muda. Pengabdian saya adalah bahwa saya hanya akan berhenti ketika saya tidak bisa melakukannya lagi.”
Tontonan Berdarah
Sementara sebagian besar umat di negara berpenduduk mayoritas Katolik menghabiskan Jumat Agung di gereja atau bersama keluarga, yang lain melakukan hal ekstrem ini untuk menebus dosa atau mencari campur tangan ilahi.
Sebelum pencambukan yang mengerikan dimulai, punggung telanjang para pria itu sengaja ditusuk untuk membuat mereka berdarah.
Veteran dari tontonan berdarah menampilkan bekas cambuk sebelumnya, sementara yang lain menanggung tindakan hukuman untuk pertama kalinya.
Puluhan pria—dengan wajah tertutup—berjalan tanpa alas kaki saat mereka mencambuk diri dengan cambuk bambu di bawah terik matahari di dekat ibu kota Manila, sementara yang lain membawa salib kayu saat mereka dicambuk, dalam sebuah ritual yang tidak disukai oleh Gereja.
Roy Balatbat, dengan kulitnya yang masih luka akibat cambukan di depan umum pada hari Kamis, berjalan sekitar satu kilometer, menyerang dirinya sendiri dan berhenti untuk sujud di tanah yang panas.
“Ini menghukum tetapi jika Anda memiliki keinginan, Anda akan menanggung rasa sakitnya,” kata Balatbat (49) mengatakan kepada AFP di kota Hagonoy, yang dilansir Jumat (15/4/2022).
“Saya telah melakukan ini selama 30 tahun sejak saya masih muda. Pengabdian saya adalah bahwa saya hanya akan berhenti ketika saya tidak bisa melakukannya lagi.”
Tontonan Berdarah
Sementara sebagian besar umat di negara berpenduduk mayoritas Katolik menghabiskan Jumat Agung di gereja atau bersama keluarga, yang lain melakukan hal ekstrem ini untuk menebus dosa atau mencari campur tangan ilahi.
Sebelum pencambukan yang mengerikan dimulai, punggung telanjang para pria itu sengaja ditusuk untuk membuat mereka berdarah.
Veteran dari tontonan berdarah menampilkan bekas cambuk sebelumnya, sementara yang lain menanggung tindakan hukuman untuk pertama kalinya.