Perang Ukraina Makin Memanas, Iran Disebut Pasok Rudal ke Rusia

Rabu, 13 April 2022 - 00:45 WIB
loading...
A A A
“Yang dibutuhkan Rusia di Ukraina saat ini adalah rudal. Ini membutuhkan keterampilan untuk diangkut karena rapuh dan mudah meledak, tetapi jika Anda berkomitmen untuk melakukannya, itu mungkin,” kata Yörük Işık, pakar urusan maritim yang berbasis di Istanbul.

“Ini juga bukan jenis aktivitas yang akan ditangkap oleh citra satelit karena dapat diangkut dalam kotak besar dan kontainer pengiriman biasa.”

Mohaned Hage Ali, seorang fellow di Carnegie Middle East Center, mengatakan: “Persenjataan canggih semacam itu [sistem peluncur roket] akan membuat perbedaan besar di lapangan di Ukraina. Hashd al-Shaabi mengontrol sebagian besar wilayah perbatasan dengan Iran, yang akan membuat transaksi ini lebih mudah."

“Negara-negara lain seperti China harus sangat berhati-hati dalam memberikan senjata ke Rusia sekarang, mengingat situasi sanksi baru. Dan Iran, sebagai bagian dari poros itu, ingin memastikan Rusia tidak kalah dalam konflik ini," paparnya.

“Jika rezim Putin tidak stabil, itu memiliki implikasi besar bagi Iran, khususnya di Suriah, di mana Damaskus bergantung pada dukungan udara Rusia dan Rusia berkoordinasi untuk menghindari konflik langsung antara mereka dan Israel.”

Sanksi ekonomi ekstensif yang dikenakan di Moskow oleh negara-negara Barat sejak invasi 24 Februari termasuk larangan barang-barang penggunaan ganda—barang-barang dengan tujuan sipil dan militer—seperti suku cadang untuk kendaraan dan jenis elektronik dan perangkat optik tertentu, serta item dengan kegunaan militer yang jelas.

Pabrikan Rusia dilaporkan terpukul keras oleh pembatasan baru, di mana Ukraina mengatakan bahwa pabrik kendaraan lapis baja utama negara itu, serta pabrik traktor, telah kehabisan suku cadang untuk pembuatan dan perbaikan tank.

Perkiraan Barat yang direvisi adalah bahwa 29 dari kelompok taktis batalion asli Rusia sekarang "tidak efektif memerangi" dari kekuatan penyerang yang diperkirakan mencapai 125 batalion, atau sekitar 75% dari total tentara Rusia, dalam "operasi militer khusus" yang telah berjalan enam minggu.

Kerugian yang signifikan telah menghasilkan beberapa keuntungan: Moskow untuk saat ini tampaknya telah meninggalkan upaya awalnya untuk merebut Ibu Kota Nasional, Kiev, alih-alih menarik dan memposisikan ulang pasukan daratnya untuk serangan baru di wilayah Donbass.

Serangan udara dan artileri diperkirakan akan berlanjut di kota Kharkiv dan Mykolaiv serta pelabuhan Mariupol yang terkepung.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0808 seconds (0.1#10.140)