Komandan Tertinggi Neo-Nazi Tewas di Ukraina, Dihabisi Tim Pengintai Rusia

Selasa, 12 April 2022 - 13:05 WIB
loading...
Komandan Tertinggi Neo-Nazi...
Pemimpin Ultra-nasionalis Sektor Kanan Ukraina Taras Bobanich. Foto/Russian Defence Ministry
A A A
KIEV - Pasukan khusus Rusia membunuh anggota terkemuka kelompok Ultra-nasionalis Sektor Kanan Ukraina Taras Bobanich. Pernyataan itu diungkapkan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia pada Senin (11/4/2022).

Taras Bobanich dituduh Moskow menyebabkan ratusan kematian warga sipil di Ukraina timur selama permusuhan pada 2014.

“Satu tim pengintai Rusia membunuh pemimpin Neo-Nazi saat berpatroli sekitar 5 km selatan dari kota Izium di wilayah Kharkov Ukraina,” papar pernyataan kementerian itu, dilansir RT.com.



Kemhan Rusia menyatakan dia adalah wakil komandan Sektor Kanan yang bertanggung jawab atas operasi cadangan.



Kemhan tidak mengungkapkan keadaan kematian Bobanich. Media sosial The Right Sector melaporkan dia dibunuh pada Jumat di dekat Izium, menyebutnya sebagai "nasionalis legendaris".



Pria berusia 33 tahun, yang nama panggilannya "Hummer" itu berasal dari Ukraina barat.

Dia menjadi terkenal secara nasional selama protes massa dan kudeta bersenjata 2013-2014, di mana nasionalis Ukraina yang didukung Barat menjadi kekuatan tempur jalanan melawan penegakan hukum.

Kudeta berakhir dengan penggulingan presiden Ukraina yang terpilih secara demokratis dan pemberontakan di timur negara itu, yang coba ditumpas oleh otoritas baru di Kiev dengan kekuatan militer.

Kaum nasionalis membentuk apa yang disebut "batalyon sukarelawan" untuk berpartisipasi dalam pertempuran.

Menurut Rusia, Bobanich secara pribadi memerintahkan penembakan artileri sembarangan di kota-kota di Ukraina timur selama permusuhan, yang diduga mengakibatkan ratusan kematian warga sipil.

Selain menjabat sebagai komandan militer nasionalis, Bobanich memainkan peran penting dalam blokade perdagangan antara Ukraina dan Krimea pada musim gugur 2015.

Blokade tersebut diselenggarakan pasukan nasionalis yang ingin menghukum orang yang tinggal di semenanjung Krimea karena melepaskan diri dari Ukraina setahun sebelumnya dan memilih bergabung kembali dengan Rusia.

Moskow menyerang tetangganya pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Rusia atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.

Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.

Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1220 seconds (0.1#10.140)