Rusia Kritik Uni Eropa Sekarang Jadi Organisasi Militer NATO
loading...
A
A
A
“Negara-negara Barat yang bertindak dalam mengejar kepentingan Amerika berusaha mengubah Ukraina menjadi pijakan bagi penindasan terakhir terhadap Rusia,” tambah Lavrov.
Setelah Moskow menggunakan kekuatan untuk melawan ancaman itu, negara-negara Eropa membuat perubahan cepat dalam sikap mereka terhadap Rusia.
“Sekarang mencerminkan dendam dan kemarahan terhadap Rusia. Perubahan dramatis adalah bukti bahwa konflik di Ukraina bukan tentang Ukraina,” ujar Lavrov.
“Propaganda Barat mengubah cara untuk menggambarkan Rusia sebagai kejahatan murni dan (Ukraina) sebagai kebaikan murni. Rezim Ukraina saat ini mungkin merupakan mercusuar demokrasi, keadilan, kebebasan yang ditarik ke segala sesuatu yang Eropa, dengan nilai-nilai yang diklaim Eropa selalu dipatuhi,” papar menlu Rusia itu.
“Tidak ada yang benar,” tegas Lavrov.
Dia menambahkan, Ukraina adalah sarang nasionalisme radikal sementara kekuatan Barat dengan mudah melanggar norma apa pun yang sesuai dengan mereka, sambil menyuruh orang lain untuk mematuhinya.
“Kosovo dapat diakui sebagai independen tanpa referendum. Krimea tidak bisa, meskipun mengadakan referendum yang diamati oleh (banyak pemantau internasional),” papar dia menawarkan sebagai contoh standar ganda Barat.
“Di Irak, 10.000 kilometer jauhnya dari AS, mereka membayangkan beberapa ancaman terhadap keamanan nasional mereka. Mereka mengebomnya, tidak menemukan ancaman. Dan bahkan tidak mengatakan mereka minta maaf,” tutur Lavrov.
“Tetapi ketika tepat di perbatasan kami, mereka menumbuhkan neo-Nazi ultra-radikal, membuat lusinan biolab … mengerjakan bioweapon, seperti yang dibuktikan oleh dokumen, kami diberitahu bahwa kami tidak diizinkan untuk bereaksi terhadap ancaman itu,” ujar dia.
Rusia melancarkan serangan besar-besaran terhadap Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina menerapkan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada tahun 2014, dan pengakuan akhirnya Rusia atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Setelah Moskow menggunakan kekuatan untuk melawan ancaman itu, negara-negara Eropa membuat perubahan cepat dalam sikap mereka terhadap Rusia.
“Sekarang mencerminkan dendam dan kemarahan terhadap Rusia. Perubahan dramatis adalah bukti bahwa konflik di Ukraina bukan tentang Ukraina,” ujar Lavrov.
“Propaganda Barat mengubah cara untuk menggambarkan Rusia sebagai kejahatan murni dan (Ukraina) sebagai kebaikan murni. Rezim Ukraina saat ini mungkin merupakan mercusuar demokrasi, keadilan, kebebasan yang ditarik ke segala sesuatu yang Eropa, dengan nilai-nilai yang diklaim Eropa selalu dipatuhi,” papar menlu Rusia itu.
“Tidak ada yang benar,” tegas Lavrov.
Dia menambahkan, Ukraina adalah sarang nasionalisme radikal sementara kekuatan Barat dengan mudah melanggar norma apa pun yang sesuai dengan mereka, sambil menyuruh orang lain untuk mematuhinya.
“Kosovo dapat diakui sebagai independen tanpa referendum. Krimea tidak bisa, meskipun mengadakan referendum yang diamati oleh (banyak pemantau internasional),” papar dia menawarkan sebagai contoh standar ganda Barat.
“Di Irak, 10.000 kilometer jauhnya dari AS, mereka membayangkan beberapa ancaman terhadap keamanan nasional mereka. Mereka mengebomnya, tidak menemukan ancaman. Dan bahkan tidak mengatakan mereka minta maaf,” tutur Lavrov.
“Tetapi ketika tepat di perbatasan kami, mereka menumbuhkan neo-Nazi ultra-radikal, membuat lusinan biolab … mengerjakan bioweapon, seperti yang dibuktikan oleh dokumen, kami diberitahu bahwa kami tidak diizinkan untuk bereaksi terhadap ancaman itu,” ujar dia.
Rusia melancarkan serangan besar-besaran terhadap Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina menerapkan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada tahun 2014, dan pengakuan akhirnya Rusia atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.