Profil Imran Khan: dari Bintang Kriket Menjadi PM Pakistan yang Digulingkan

Minggu, 10 April 2022 - 06:33 WIB
loading...
Profil Imran Khan: dari Bintang Kriket Menjadi PM Pakistan yang Digulingkan
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan digulingkan oleh mosi tidak percaya Parlemen. Foto/REUTERS
A A A
ISLAMABAD - Perdana Menteri (PM) Pakistan Imran Khan digulingkan dari jabatannya oleh mosi tidak percaya di Parlemen, Sabtu. Sebanyak 174 anggota Parlemen memberikan suara yang menentangnya.

Khan kehilangan kekuasaan, hanya beberapa hari setelah dia memblokir upaya mosi tidak percaya di Parlemen.

Pengesahan mosi pada hari Sabtu terjadi setelah Mahkamah Agung setempat memutuskan bahwa bintang kriket yang berubah menjadi politisi itu bertindak tidak konstitusional dengan sebelumnya memblokir proses dan membubarkan Parlemen.

Mosi tidak percaya, yang membutuhkan 172 suara di Parlemen dari 342 kursi, ternyata didukung oleh 174 anggota Parlemen.

Siapa Imran Khan?

Dia bernama asli Imran Ahmed Khan Niazi, lahir 5 Oktober 1952. Dia menjadi PM ke-22 Pakistan sampai akhirnya digulingkan Parlemen.

Dia terjun ke politik dengan menjadi ketua partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI).



Sebelum memasuki dunia politik, Khan adalah pemain kriket internasional dan kapten tim kriket nasional Pakistan. Tim yang dia pimpin meraih kemenangan di Piala Dunia Kriket 1992.

Dia juga pernah menjadi rektor Universitas Bradford di Inggris dari 2005 hingga 2014.

Khan lahir dari keluarga Pashtun di Lahore. Dia lulus dari Keble College, Oxford, pada tahun 1975.

Dia memulai karier kriket internasionalnya pada usia 18 tahun, dalam pertandingan tahun 1971 melawan Inggris.

Imran Khan bermain sampai tahun 1992, menjabat sebagai kapten tim secara singkat-singkat antara tahun 1982 dan 1992. Timnya memenangkan Piala Dunia Kriket 1992, yang merupakan kemenangan pertama dan satu-satunya Pakistan dalam kompetisi tersebut.

Dia dianggap sebagai salah satu pemain kriket terhebat yang pernah ada.

Pada tahun 1991, dia meluncurkan kampanye penggalangan dana untuk mendirikan rumah sakit kanker untuk mengenang ibunya. Dia mengumpulkan USD25 juta untuk mendirikan rumah sakit di Lahore pada tahun 1994, dan mendirikan rumah sakit kedua di Peshawar pada tahun 2015. Khan kemudian melanjutkan upaya filantropisnya, memperluas Shaukat Khanum Memorial Cancer Hospital hingga mencakup pusat penelitian, dan mendirikan Namal College pada 2008.

Khan mendirikan partai politik Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) pada tahun 1996, dan menjabat sebagai ketua partai.

Dengan memenangkan kursi di Majelis Nasional pada tahun 2002, dia menjabat sebagai anggota oposisi dari Mianwali hingga 2007.

PTI memboikot pemilu 2008. Dalam pemilu berikutnya PTI menjadi partai terbesar kedua berdasarkan suara rakyat.

Dalam politik regional, PTI memimpin pemerintahan koalisi di Khyber Pakhtunkhwa dari tahun 2013.

Pada pemilu 2018, PTI muncul sebagai partai terbesar di Majelis Nasional, yang memungkinkannya membentuk pemerintahan koalisi dengan Khan sebagai Perdana Menteri.

PTI juga mampu membentuk pemerintahan koalisi di provinsi Punjab dan bertindak sebagai mitra koalisi Partai Awami Balochistan di provinsi Balochistan.

Namun, puncak kekuasaannya berakhir degan digulingkannya sebagai PM Pakistan.

Dia sudah mengantisipasi kekalahannya dalam voting mosi tidak percaya di Parlemen. Imran Khan, yang menuduh oposisi berkolusi dengan Amerika Serikat untuk menggulingkannya, pada hari Jumat meminta para pendukungnya untuk menggelar aksi unjuk rasa secara nasional pada hari Minggu (10/4/2022).

Seruan demo itu Sebagai upayanya untuk menekan Parlemen agar mengadakan pemilu dini.
Khan sebelumnya mencoba untuk menghindari pemungutan suara dalam mosi tidak percaya dengan membubarkan Parlemen dan mengadakan pemilu lebih awal, tetapi keputusan Mahkamah Agung memerintahkan pemungutan suara di Parlemen untuk dilanjutkan.

“Kami tidak akan membalas dendam. Kami tidak akan memenjarakan orang, tetapi hukum akan berjalan," kata pemimpin oposisi Pakistan, Shehbaz Sharif, dalam pidatonya setelah pemungutan suara yang menggulingkan Imran Khan, seperti dikutip Al Jazeera.

Dia kehilangan mayoritas suara Parlemen ketika sekutunya mundur dari pemerintahan koalisinya. Partai-partai oposisi mengatakan dia telah gagal untuk menghidupkan kembali ekonomi yang terpukul oleh COVID-19 atau memenuhi janji untuk membuat Pakistan bebas korupsi.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2311 seconds (0.1#10.140)