Profil Xi Jinping, Pemimpin Kebangkitan China yang Dipuji Setara Mao Zedong
loading...
A
A
A
BEIJING - Parlemen China menyetujui amandemen yang menyebut pencabutan konstitusi masa jabatan presiden pada Maret 2018 lalu.
Ketika pemimpin China beberapa tahun belakangan hanya bisa menjabat dua periode, maka Presiden Xi Jinping dapat melenggang dengan mudahnya menjadi penguasa seumur hidup. Inilah takhta yang sudah ada depan mata Xi Jinping.
Xi Jinping tidak ada bedanya dengan Mao Zedong. Mereka sama-sama menjadi pemimpin dari Partai Komunis China dan dihormati karena intelegensi politik dan memerintah China dengan cara sendiri.
Disadur dari Britannica dan BBC, Xi Jinping lahir pada 15 Juni 1953 di Fuping, Provinsi Shaanxi, China.
Pria berusia 68 tahun ini adalah putra Xi Zhongzun, wakil Perdana Menteri dan pahlawan revolusioner yang seantek dengan Mao Zedong.
Semasa kecil, Xi dibesarkan seperti pangeran dan tinggal di permukiman penguasa elite China di Beijing.
Tapi setelah Xi Zhongzun jadi korban “pembersihan” Mao pada tahun 1962, maka Xi Jinping terpaksa meninggalkan segala kehidupan mewahnya.
Xi Jinping, di usia 15 tahun, dikirim ke pedesaan terpencil. Di sana, selama tujuh tahun, dia bekerja keras di satu komune pertanian.
Meskipun ayahnya adalah korban Mao, Xi tidak menaruh dendam pada Partai Komunis yang dipimpin Mao. Justru, dia berusaha agar bisa bergabung di dalamnya.
Xi berhasil menjadi anggota Partai Komunis China (PKC) pada 1974. Jabatan pertamanya sebagai sekretaris partai lokal di Hebei.
Lalu semakin kariernya beranjak naik, Xi berpindah-pindah posisi ke yang lebih tinggi, yakni sebagai Wakil Walikota Fujian, penjabat Gubernur dan sekretaris PKC Zhejiang, ketua partai PKC Shanghai, hingga ke lembaga pembuat keputusan tertinggi, Komite Tetap Politbitro.
Xi Jinping pun menang telak dalam pemungutan suara oleh Kongres Rakyat Nasional dengan 2.952 suara, sehingga terpilih menjadi Presiden China pada 14 Maret 2013.
Selama kepemimpinannya, Xi berhasil mengonsolidasi kekuasaan secara cepat. Dia telah mengampanyekan anti-korupsi nasional dengan “harimau dan lalat”, yang berakhir dengan lebih dari satu juta pejabat korup dihukum pada 2017.
Selain itu, Xi juga dikenal dengan visi “China’s Dream” tentang peremajaan besar bangsa China.
Xi mencanangkan proyek perdagangan One Belt One Road, hingga mengurangi industri negara yang membengkak.
Pengaruh Xi Jinping yang begitu besar membuat Partai Komunis mengeluarkan resolusi mengenai “pencapaian besar dan pengalaman sejarah” partai selama 100 tahun terakhir.
Resolusi tersebut memuji keberhasilan Xi dalam memimpin partai. Hanya ada dua resolusi yang telah dibuat Partai Komunis sebelumnya, yakni untuk Mao dan Deng Xiaoping.
Xi Jinping menikah dengan penyanyi Peng Liyuan pada 1987. Mereka memiliki seorang putri bernama Xing Mingze yang diketahui menjadi mahasiswi Harvard, namun sosoknya tidak terendus oleh publik.
Meskipun banyak hal yang telah dicapai Cina berkatnya, Xi Jinping tetap dipandang sebagai pemimpin otoriter layaknya Mao.
Berbagai pembungkaman kebebasan berbicara, sensor online, hingga menangkap para pembangkang pemerintahannya.
Sebagai seorang revolusioner komunis, tentu Xi berkiblat pada ajaran Marxisme di mana sebagian besar Partai Komunis secara resmi adalah ateis.
Namun, mereka tetap mengakui lima agama universal lain seperti Buddha, Taoisme, Islam, Katolik, dan Protestan.
Meskipun begitu, para pemeluk agama di China masih menghadapi diskriminasi dan tekanan untuk patuh pada ideologi Partai Komunis China.
Ketika pemimpin China beberapa tahun belakangan hanya bisa menjabat dua periode, maka Presiden Xi Jinping dapat melenggang dengan mudahnya menjadi penguasa seumur hidup. Inilah takhta yang sudah ada depan mata Xi Jinping.
Xi Jinping tidak ada bedanya dengan Mao Zedong. Mereka sama-sama menjadi pemimpin dari Partai Komunis China dan dihormati karena intelegensi politik dan memerintah China dengan cara sendiri.
Disadur dari Britannica dan BBC, Xi Jinping lahir pada 15 Juni 1953 di Fuping, Provinsi Shaanxi, China.
Pria berusia 68 tahun ini adalah putra Xi Zhongzun, wakil Perdana Menteri dan pahlawan revolusioner yang seantek dengan Mao Zedong.
Semasa kecil, Xi dibesarkan seperti pangeran dan tinggal di permukiman penguasa elite China di Beijing.
Tapi setelah Xi Zhongzun jadi korban “pembersihan” Mao pada tahun 1962, maka Xi Jinping terpaksa meninggalkan segala kehidupan mewahnya.
Xi Jinping, di usia 15 tahun, dikirim ke pedesaan terpencil. Di sana, selama tujuh tahun, dia bekerja keras di satu komune pertanian.
Meskipun ayahnya adalah korban Mao, Xi tidak menaruh dendam pada Partai Komunis yang dipimpin Mao. Justru, dia berusaha agar bisa bergabung di dalamnya.
Xi berhasil menjadi anggota Partai Komunis China (PKC) pada 1974. Jabatan pertamanya sebagai sekretaris partai lokal di Hebei.
Lalu semakin kariernya beranjak naik, Xi berpindah-pindah posisi ke yang lebih tinggi, yakni sebagai Wakil Walikota Fujian, penjabat Gubernur dan sekretaris PKC Zhejiang, ketua partai PKC Shanghai, hingga ke lembaga pembuat keputusan tertinggi, Komite Tetap Politbitro.
Xi Jinping pun menang telak dalam pemungutan suara oleh Kongres Rakyat Nasional dengan 2.952 suara, sehingga terpilih menjadi Presiden China pada 14 Maret 2013.
Selama kepemimpinannya, Xi berhasil mengonsolidasi kekuasaan secara cepat. Dia telah mengampanyekan anti-korupsi nasional dengan “harimau dan lalat”, yang berakhir dengan lebih dari satu juta pejabat korup dihukum pada 2017.
Selain itu, Xi juga dikenal dengan visi “China’s Dream” tentang peremajaan besar bangsa China.
Xi mencanangkan proyek perdagangan One Belt One Road, hingga mengurangi industri negara yang membengkak.
Pengaruh Xi Jinping yang begitu besar membuat Partai Komunis mengeluarkan resolusi mengenai “pencapaian besar dan pengalaman sejarah” partai selama 100 tahun terakhir.
Resolusi tersebut memuji keberhasilan Xi dalam memimpin partai. Hanya ada dua resolusi yang telah dibuat Partai Komunis sebelumnya, yakni untuk Mao dan Deng Xiaoping.
Xi Jinping menikah dengan penyanyi Peng Liyuan pada 1987. Mereka memiliki seorang putri bernama Xing Mingze yang diketahui menjadi mahasiswi Harvard, namun sosoknya tidak terendus oleh publik.
Meskipun banyak hal yang telah dicapai Cina berkatnya, Xi Jinping tetap dipandang sebagai pemimpin otoriter layaknya Mao.
Berbagai pembungkaman kebebasan berbicara, sensor online, hingga menangkap para pembangkang pemerintahannya.
Sebagai seorang revolusioner komunis, tentu Xi berkiblat pada ajaran Marxisme di mana sebagian besar Partai Komunis secara resmi adalah ateis.
Namun, mereka tetap mengakui lima agama universal lain seperti Buddha, Taoisme, Islam, Katolik, dan Protestan.
Meskipun begitu, para pemeluk agama di China masih menghadapi diskriminasi dan tekanan untuk patuh pada ideologi Partai Komunis China.
(sya)